Imbalan Untuk Anak Yang Baik

[Parenting] Kalian ibu bekerja atau ibu rumah tangga? Atau, kalian orang kaya atau orang miskin? Ah... kedua pertanyaan ini amat sensitif ya jika ditanyakan, karena yang sudah-sudah malah berakhir menjadi mom's war. Padahal sih, menurutku, apapun pekerjaan dan kondisi yang kita jalani saat ini, dinikmati saja. Disyukuri. Dengan  begitu kita bangga dengan pilihan yang telah kita ambil terhadap kehidupan kita sendiri.

Tapi, sesekali mungkin ada baiknya juga bertanya pada anak. Apakah dia bahagia memiliki orang tua seperti kita? Tentu saja pertanyaan ini tidak berguna jika anak masih balita (bawah lima tahun). Karena pada saat itu, anak-anak memiliki ketergantungan yang amat besar pada kedua orang tuanya, khususnya pada ibunya. Sehingga tidak heran jika jawaban mereka adalah: "amat sangat bahagia". Tidak mau kehilangan barang sekejap pun.

 Coba tanyakan sesekali pada anak yang telah berusia di atas 7 tahun deh. Minta dia menjawab dengan jujur dan jangan kaget dengan jawaban yang dia berikan. Jangan baper, juga nggak usah langsung terharu biru lebay. Nanti anak menjadi bingung.

Nah, kebetulan fitur  memory facebook memberitahuku apa yang aku tulis beberapa  waktu dahulu. Dan salah satunya hari ini (hari ini dalam status facebookku yang lalu).




Jadi, ceritanya 2 tahun lalu (tahun 2015), temanku di grup rumpian embak ceria, bikin kuis iseng. Yaitu kami anggota grup rumpian tersebut harus membuat cerita lucu yang ditulis di facebook lalu dijadikan status, dengan mention ke pembuat kuis, Uniek Kaswarganti (dulu aku selalu terbalik-balik menulis nama uniek ini; jadi oleh empunya nama diberitahu kunci cara mengingatnya, ada kata surga di tengah namanya, swarga,... jadi bukan kasgarwanti tapi kaswarganti).

Kebetulan laginya, ketika jemput anakku pulang sekolah, seperti biasa aku datang lebih pagi daripada waktu menjemput karena niat untuk bisa ngobrol dengan para ibu yang lain.  Ketika itulah datang seorang anak yang masih duduk di kelas 1 SD. Datang-datang, dia langsung memeluk ibunya.

udah anggap saja sekarang anaknya sudah besar ya, dan diperankan oleh Lee Song Juk. Credit foto: dramafever.com (pinterest). 

Ibunya heran dong, kenapa si anak tiba-tiba datang-datang langsung memeluk dia. Jadi, dibalaslah pelukan anaknya tersebut.

"Kenapa?" si Anak cemberut. Bibirnya manyun hingga maju beberapa centi ke depan.
"Mamaaaa.... temanku nakal."
"Kenapa temanmu?"
"Dia nakal banget ma di kelasnya. Dia nggak pernah ngerjain PR. Jadi, sama guru dia suka dimarahin karena nggak ngerjain PR. Terus, biar nggak dimarahin, dia suka minta PR teman yang sudah dikerjakan terus dia salin PR temannya di buku dia."
"Ihh.. nggak bagus, itu namanya nyontek. Nakal tuh, kamu nggak usah tiru ya sayang."
"Dia juga suka dorong-dorong temannya ma. Jadi, kalau ada teman yang sedang berdiri di depan dia padahal dia mau jalan, kan dia nggak bisa jalan. Jadi, temannya itu didorong sama dia sampai temannya jatuh ma. Tapi dia nggak nolong, terus dia jalan aja terus."
"Ya Allah, itu juga nakal. Nggak sopan sama orang lain. Adik nggak boleh tiru ya. Kalau mau lihat harus bilang apa?"
"Permisi."
"Adik pinter."
"Dia ma..dia juga suka ngambil makanan anak perempuan, kalo minta suka teriak2. Terus kalo disuruh ngaji sama pak guru malah lari muter kelas. Mana susah lagi diajak shalatnya. Ngeselin banget deh mah." Llalu anak itu mengeratkan pelukannya pada ibunya, sebagai pelengkap pengaduannya.

(Temanku, dengan suara lembut mengelus kepala anaknya): "Nahh.... kamu gak boleh meniru temanmu itu ya. Ķesel kan liatnya? Apalagi orang lain. Itu gak baik namanya. Kamu harus jadi anak baik ya. Biar disayang banyak orang dan murah rezeki."

Si anak langsung melihat ibunya dengam wajah memelas.

"Justru itu Mah aku nyeritain temanku itu. Karena temanku itu setiap kali liburan selalu pergi ke luar negeri dan dapat mainan banyak banget. Tapi kenapa aku yang selalu jadi anak yang baik, gak pernah nyusahin mamah, nurut, jarang banget dapat hadiah mainan dan gak pernah diajak pergi ke luar negeri."

Mulut temanku langsung mlengsong. Kami yang mendengarnya jadi ikut tertawa meski ketawa kering. Dalam hati terasa sesuatu yang miris-miris sedap.

Dunia ini memang kejam ya. Ada orang yang selalu mendapat keberuntungan meski segala bentuk kenakalan dan kecerobohan sudah dia lakukan. Ada orang yang terus saja bergelimpangan dengan hadiah dan kemewahan meski berbagai bentuk keisengan yang membuat kesal orang lain dan kejahatan kecil sering dia lakukan. 

Pada saat itu, jika orang yang tidak memiliki ketakwaan pada Allah (sebagai Tuhan yang dia imani), pasti langsung bertanya, "Mana imbalanku ya Tuhan, karena aku sudah berbuat baik yang banyak, tapi mengapa kesulitanku belum juga diangkat?"

Mempersiapkan anak menghadapi dunia yang seperti ini, kuncinya hanya satu menurutku. Yaitu, tetap mengajarkan dia agar tetap berprasangka baik pada Allah. Juga, tetap meyakini bahwa segala sesuatu itu sudah ditakdirkan oleh Allah sesuai dengan porsinya, dan imbalan yang tertinggi adalah memperoleh rahmat Allah dan menempati surga Allah kelak.

Hmm... terasa di awang-awang memang penjelasannya jika anak kelas 1 SD yang bertanya. Tapi, tetap saja tanamkan hal ini, agar keyakinan akan hal ini tertanam dalam di benak anak, dan menyatu dengan jiwa raganya hingga anak beranjak besar dan terus menetap di dalam diri anak hingga dia mati.

Kembali ke cerita si anak di sekolahan itu. Setelah ibu-ibu reda tertawanya, kami pun mengerubungi anak ini.

"Tapi dik, ibunya temanmu itu kan jarang loh jemput ke sekolah seperti mama. Jadi, kalau istirahat gini dan tiba-tiba mau ngadu ke mama, mama selalu ada. Iya nggak?"

Si anak tersenyum dan mengeratkan pelukannya pada si mama.

"Temanmu itu ngerasain nggak, pulang sekolah diajak makan bakso di pinggir jalan yang enak itu tuh, berdua saja sama mamanya? Terus beli es potong yang dimakan berdua sama mama, jadi kalau esnya nggak enak, ada mama yang menghabiskan es yang dah terlanjur dibeli, jadi nggak mubazir?" 

hahahaha.. ini perumpamaan yang receh banget memang. Tapi herannya, senyum si anak makin lebar dan pelukannya kian erat. Akhirnya, sesi curhat yang amat sebentar itu pun selesai. Bel tanda istirahat berakhir, dan si anak berlari kembali lagi ke kelasnya dengan wajah yang penuh kebahagiaan.

Kadang, imbalan untuk anak yang baik itu bukan selalu berupa harta benda dan kemewahan sih. Tapi kasih sayang nyata yang didapat langsung, tentu saja terasa lebih berharga baginya. (adeanita) 

5 komentar

  1. Kasih sayang memang penting buat anak ya mba :) karena itu bukti cinta kita ke anak

    BalasHapus
  2. Nice to get to know about the detention center same as the simple way to get free playstation codes and psn cards from, Jelly Gamat QnC, Jelly Gamat QnC, Jelly Gamat QnC. Thanks a lot for sharing.

    BalasHapus
  3. Muridku juga banyak tuh Mbak yg sering komplen semacam gitu. Aku paling jawabnya gini, "Kalau nakal nggak disayang Allah."

    BalasHapus
  4. memberikan Perhatian dan Kasih Sayang merupakan Kebutuhan Lahir dan Batin bagi seseorang ...
    terkadang kasih sayang harus dikemas dengan baik, supaya memberikan manfaat ...

    BalasHapus
  5. Sebagai ibu yang bekerja, Senin sampai Jumat lebih banyak waktu di kantor, akhir pekan harus menjadi family time. Waktu bersama keluarga, waktu yang bener-bener digunakan untuk saling mengobrol dan mengungkapkan uneg-uneg. Karena anak senang ketika didengarkan, senang ketika orang tua antusias menjadi penikmat ocehannya :)

    BalasHapus