Cerita Ngidam

[Pernikahan]
Kata para ahli, ternyata NGIDAM yang dialami oleh banyak ibu-ibu ketika hamil anak mereka itu tidak pernah ada dalam tinjaua medis kedokteran. Jadi, gejala NGIDAM itu murni adalah gejala psikologis.

Dasyatnya lagi, aku pernah baca pernyataan seorang dokter kandungan yang mengatakan bahwa segala macam mitos tentang NGIDAM itu sebenarnya karena "aji mumpung istri untuk bermanja-manja pada suaminya selagi sadar bahwa dia berada di posisi yang tidak bisa ditolak permintaannya oleh suaminya".

Wah. Masa sih? Jujur saja, aku langsung misah-misuh membaca pernyataan ini. Kenapa? Karena aku beberapa kali hamil dan selalu mengalami peristiwa NGIDAM. Padahal sih, aku tidak dalam posisi ingin bermanja-manja dengan suami, atau sedang ingin mengerjai suami sendiri. Ya Ampun, pernikahan sedang manis-manisnya masa iya mau memanfaatkan situasi untuk mencari keuntungan dari suami sendiri?



1. CERITA NGIDAM WAKTU HAMIL ANAK PERTAMA


Waktu hamil anak pertama, aku tinggal di daerah Bojong gede, Kabupaten Bogor. Waktu itu, usiaku masih 23 tahun; masih kuliah di kampus UI Depok (FISIP UI).

Suatu malam, tiduran berdua dengan suamiku sambil menonton pertandingan sepak bola, aku tiba-tiba ingin sekali memakan Lontong yang dijual oleh embok-embok penjual jajanan di dekat tangga yang menuju ke tempat menunggu kereta api.

jaman dulu, ada penjual yang bisa menaruh daganganya di tengah bangku penumpang di stasiun DEPOK ini. Credit foto:http://www.panoramio.com/photo/93546447

Seperti pedagang ini nih. Dia bebas menaruh lapak di tengah bangku penumpang. Credit foto: http://depok-kita.blogspot.co.id/2010_04_01_archive.html

"Mas... mas.. gue pingin lontong isi oncom deh." (dulu waktu baru nikah hubungan kami masih seperti teman, jadi masih saling menyapa ELO-GUE).
"Besok aja gimana?" Suami fokus nonton bola.  Mendengar jawaban suami, entah mengapa, tiba-tiba rasanya sedih sekali. Pingin nangis dan nggak tahu kenapa pokoknya sedih banget. Seakan baru saja menyatakan cinta lalu ditolak mentah -mentah gitu.
"Gue pingin sekarang."
"Di warung ujung jalan sana jual nggak ya?"
"Nggak mau yang disitu. Gue maunya yang dijual sama embok-embok yang jual lontong isi oncom dan lontong isi sayuran di stasiun Depok. Cuma mau yang disana. Nggak mau lontong yang lain."
"Apa bedanya?"
"Beda... yang itu kayaknya paling enak dibanding lonton di tempat lain. Maunya cuma yang itu aja."
"Ini sudah malam. Stasiun udah tutup. Besok saja ya."
Aku pasrah. Lalu menatap sedih layar televisi. Lalu tertidur sambil memendam sedih.

Besoknya, entah mengapa jadi hilang semangat mau ngapa-ngapain tuh. Kebayang terus lontong murah isi oncom atau isi wortel dan kentang si embok yang jualan di stasiun Depok. Duh.. pingin banget. Lalu kuliah sambil banyak diem. Karena masih sedih belum kesampaian makan lontong itu.

Kenapa nggak beli aja pulang kuliah? Nah... itulah. Aku juga bingung kenapa aku nggak jalan aja sendiri pulang kuliah ke stasiun Depok lalu beli lontong itu. Hahahaha.

Sorenya, di rumah sendirian sedih saja. Lalu tidur-tiduran saja di atas kasur. Hilang semangat mau ngapa-ngapain (eh padahal sih emang nggak ada yang dikerjain juga sih... hahaha).
Hingga suami pulang sambil bawa oleh-oleh: lontong isi oncom dan lontong isi sayuran yang dia beli di stasiun Depok.
Wah.. Alhamdulillah. Senang sekali. Langsung makan dengan lahap seakan selama ini sudah dikurung di rumah 5 tahun dan nggak pernah dikasi makan saking lahapnya.

credit foto: http://anekaresepnusantaraok.blogspot.co.id/2014/07/resep-lontong-isi-tempe.html

2. CERITA NGIDAM WAKTU HAMIL ANAK KEDUA

Waktu hamil anak kedua lain lagi ceritanya.
Waktu itu aku sudah tinggal di Sydney ikut suamiku yang tugas belajar di negeri Kanguru ini.

Sebagai seorang pelajar yang biaya hidupnya ditanggung lewat beasiswa penuh; aku dan suami sudah pastilah berhemat luar biasa. Apalagi, kami berencana untuk melahirkan di Sydney untuk anak kedua kami ini (sebelumnya pernah keguguran sih).

Jadi, kalau mau jalan-jalan, mending datang ke tempat yang murah meriah deh. Atau kalau perlu gratis tapi seru. Semuanya serba dikerjakan sendiri. Termasuk potong rambut suami, aku sendiri yang memotongnya dengan gunting dan sisir (biaya ke salon di Sydney mahal.. hehehe).

Kalau jalan-jalan, diusahakan untuk membawa makanan dari rumah. Itu jelas lebih hemat. Tapi, ketika hamil anak kedua itu, aku benar-benar menginginkan untuk makan ice cream New Zealand.

"Mas... gue pingin makan ice cream New Zealand deh. Kayaknya enak... yang cookies and cream. Duh.. yummy. Slurppp."

"Ya sudah, nabung saja biar akhir pekan kita bisa ke mall dan beli ice cream itu."

Dulu, ice cream New Zealand ini masih termasuk makanan yang lumayan mahal buat kantong pelajar beasiswa dan sedang melakukan penghematan seperti kami. Jadi, setiap receh menjadi berharga agar bisa membeli ice cream ini. Itu sebabnya aku selalu tidak sabar untuk menanti kedatangan akhir pekan, karena di akhir pekan itu, receh yang terkumpul bisa dibelikan ice cream New Zealand.

credit foto: http://www.zmonline.com/random-stuff/this-is-new-zealands-favourite-ice-cream-flavour/
Nah, mungkin karena selama hamil anak kedua ini aku ngidam makan ice cream dan bersemangat untuk mewujudkannya berkali-kali pas lahir, bayiku adalah bayi yang besar. Beratnya 4780 Gram alias 4 kilo 7,8 ons; dan tingginya 58 cm. Besar banget ya.

3. CERITA NGIDAM HAMIL ANAK KETIGA


Setelah anak kedua lahir, aku sempat mengalami keguguran 2 kali dulu sebelum akhirnya hamil anak ketiga. Anak ketiga ini, aku sudah ada di Indonesia kembali. Tidak lagi berkeliling mengikuti suamiku yang kadang mendapat tugas  belajar, kadang juga mendapat tugas penelitian ke manca negara.

Nah. Keadaan di Jakarta di abad milenium baru sudah banyak berubah. Yang namanya warung-warung khas Betawi mulai banyak yang tersingkir. Berganti menjadi aneka rumah kost atau kontrakan elite.

Jadi, mulai sulit tuh mencari aneka jajanan khas betawi. Tapi herannya, aku kok ya ngidam pingin banget makan kue apem yang bentuk potongannya jajaran genjang gitu.

Kebetulan, aku sedang asyik dengan kegiatan baru: chatting di internet secara ramai-ramai dengan fitur CHIT CHAT di sebuah website komunitas islam.  Aku tulis pada teman-temanku tentang keinginanku itu.

"Duh, pingin makan kue apem yang warna pink yang dipotong jajaran genjang."

Beberapa teman otomatis memberi rekomendasi beberapa tempat. Iseng, tempat yang dekat aku datangi, seperti di daerah Tebet dan Kalibata misalnya. Tapi....

"Beda. Mereka kebanyakan jualnya yang bentuknya bulat gitu kayak kue mangkok. Aku nggak mau. Aku maunya yang bentuknya jajaran genjang. Eh.. ada sih di PSPT tebet timur yang jual bentuk jajaran genjang tapi.. warnanya cuma jual warna putih dan coklat saja. Aku maunya yang warna pink."

Hadeuh.... susah deh emang kalau sudah maunya. Herannya, entah mengapa sebelum hal itu kesampaian, aku tuh bawaannya sedih dan baperan gitu. Kepikiran terus meski diam-diam kepikirannya. Dimana ya tukang jual kue apem yang jual kue apem dengan bentuk jajaran genjang dan warna pink?

Akhirnya, seorang teman memberitahu bahwa di dekat STEKPI ada warung betawi yang jual jajanan ini di pagi hari sebelum pukul 09.00. Karena setelah pukul 09.00 empunya warung sudah akan tutup warung karena akan berkeliling naik sepeda membawa daganganya.

Wah. Langsung dong, selesai antar anak sekolah, aku langsung berburu kue apem bentuk jajaran genjang warna pink ini. Alhamdulillah dapat.
Hah. Puasss banget. Lalu kembali ceria.
Langit jadi terlihat warna biru cerah gitu deh.... padahal sebelumnya bawaannya ngeliat langit tuh mendung aja. hahahaha.

ini dia kue apem khas betawi warna pink dan bentuknya jajaran genjang. Credit foto ini ada resepnya juga nih: http://resep.asia/resep-kue-apem-tepung-beras-kukus-dan-cara-membuatnya/

4. CERITA NGIDAM TEMAN

Eh... ternyata nih, teman bloggerku Rahmah Chemist  yang memiliki blog Istanacinta.com, menulis sebuah cerita NGIDAM-nya. Yaitu ketika dia ngidam untuk bertemu dengan Bu Risma. Kalian tahu kan Bu Risma? Walikota Surabaya. Perempuan yang tegas, disiplin dan taat pada peraturan dalam mengerjakan tugasnya selama menjadi walikota Surabaya.

Rahmah Chemist memang tinggal di Surabaya selama ini. Setelah bertahun-tahun menikah dan belum juga dikaruniai anak, akhirnya Rahmah Chemist hamil Shalfa. Ketika sedang mengandung Shalfa inilah Rahmah tiba-tiba ngidam ingin sekali bertemu dengan Bu  Risma.

Dia mengutarakan keinginannya ini pada suaminya. Tentu saja suaminya terkejut. Ngidam istrinya kali ini bukan main-main. Bu Risma, gimana bertemunya coba? Bu Risma itu kan orang penting. Walikota gitu loh. Untuk bertemu saja mungkin harus membuat janji temu dulu; belum lagi ada prosedur administirasi yang harus dilewati. Masa iya pas ditanya kepentingannya apa kita menjawab " ngidam".

Tahu dan sadar bahwa ngidam kali ini adalah sesuatu yang rasanya mustahil, akhirnya Rahmah hanya bisa berdoa agar keinginanya itu terwujud.

Kalian tahu, ketika kita tidak memiliki sesuatu yang bisa mewujudkan mimpi kita, ketika kita terbentuk dengan keterbatasan kita sebagaia manusia biasa, maka doa adalah satu-satunya pintu untuk bisa meraih sebuah keinginan tertentu.

Berdoalah dengan sungguh-sungguh, bermunajat dengan sepenuh ketulusan hati, maka insya Allah doa tersebut akan dikabulkan.

Dan.. tidak disangka ternyata doa Rahmah dikabulkan oleh Allah SWT. Tiba-tba saja, dia diundang sebagai salah satu dari 50 peserta Kompasianer dimana di acara tersebut dia bisa bertemu langsung dengan Bu Risma.  

 Bertemu dengan Bu Risma bisa terwujud dengan jalan menghadiri sebuah acara talk show yang diadakan oleh Kompasiana. Dimana acara tersebut mengundang sekitar 50 kompasianer untuk hadir di gedung Kompas Gramedia Surabaya, tanggal 22 Maret 2014 kemarin. Rasanya tak percaya karena bisa terpilih masuk menjadi bagian dalam acara tersebut. Dan kehamilan saya sudah memasuki usia minggu ke-19. (Baca ceritanya di:  Ngidam Bertemu dengan Bu Risma Akhirnya Terwujud.)
rahmah chemist yang akhirnya kesampaian bertemu dengan Bu Risma, walikota surabaya ketika dia ngidam anak pertama dulu


Wah. Luar biasa ya ceritanya Rahmah. Kalian punya juga nggak cerita ngidam yang tak terlupakan?

15 komentar

  1. Besok kalau aku hamil ngidam apa yah? Hihihi....
    Kata mamaku dulu pas hamil aku, ngidam kue Cumcum. Ituloh kue yang bentuknya kaya keong panjang lancip. Di dalamnya ada krim manis banget. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ooh iya aku tahu.. oh itu namanya kue cumcum ya? baru tahu... aku bilangnya croisant keong... hahahaha

      Hapus
  2. Aku 4 anak gada nyidam mb, biasa aja sampai pernah berkhayal pura2 pengen sesuatu wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah.. aku juga heran.. tiba-tiba aja pingin banget dan saking pinginya sampai ke tarah baper gitu kalo sampai gak kesampaian.

      Hapus
  3. Aku dulu pernah ngidam, tapi keguguran. Untung mintanya nggak macem-macem. Pengen Buavita tapi belinya di Padang, bukan yg di Pariaman. Jaraknya 60 km, hahaha. Itu apa bedanya, dibeliin temen sih akhirnya ������.

    Btw si kakak tuh gede banget yaa, mba. Caesar atau normal?

    BalasHapus
  4. Cerita ngidam emang unik-unik ya Mba. Dulu waktu hamil, aku ga ngidam, yg ngidam malah suami. Katanya siang-siang selalu pengen rujak Mamang depan kantornya & kalau hari Minggu selalu nungguin Mamang es sumsum, hehehe.

    BalasHapus
  5. Cerita ngidamnya seru ya Mbk Ade, aku sih ngidamnya juga lucu-lucu hehehe

    BalasHapus
  6. hihi... lucu-lucuu yaa mbak cerita ngidamnya... jujur aku masih percaya gak percaya soal ngidam ini, dan kebetulan hamil pertama ini kok gak pernah ngerasain ngidam. Pengen ya pengen biasa, kesampaian alhamdulillah, gak kesampaian ya udah gak papa, gitu. hehe

    BalasHapus
  7. Wah seru bgt sih mba cerita ngidamnya..mmm diingat-ingat saya rasanya ga banyak ngidam deh, sy mau minta ini itu mikir dulu suami mau nggak ya nuruti keinginan istrinya soalnya dr awal nikah suami udah sering sakit2an jd ga enak minta2nya.. :(

    BalasHapus
  8. luar biasa ceritanya, aku ngidam cuma kepingin ketoprak aja waktu itu mbak, sayangnya gak kesampaian karena di hutan, hiks

    BalasHapus
  9. wow ketemu bu risma...hihihi selamat mbak amma keturutan juga yaaa

    BalasHapus
  10. Yaampun ngakak aku mbak baca cerita ngidam temennya yang pengen ketemu bu Risma :D *ngakak nangis sampe planet Mars*

    BalasHapus
  11. Luar biasa nih Amma yg keturutan ketemu Bu Risma waktu ngidam. Mba Ade juga luar biasa nih usahanya untuk dapetin apem jajaran genjang warna pink :) Aku terus terang nggak pernah ngidam mba, jadi kayaknya masih setuju aja dengan pendapat dokter kandungan yg Mb Ade sampaikan di awal artikel hihihii... *kaboooorrrr....

    BalasHapus
  12. Waktu hamil aku nggak ngidam. Cuma morning sickness aja. Itu juga berkurang kalo makanan pemicu morning sickness dihindari. Tapi ibuku pernah cerita, dulu beliau ngidam semasa mengandungnya. Kalau pas ngandung Mbak ngidamnya ikan baung di bakar. Kalo pas ngidam aku... nggg apa ya, lupa :D Lain lagi dengan nenek. Waktu ngandung pernah ngidam pengen pindang yang dijual di Palembang. Padahal nenek dan kakek tinggalnya di Lampung. Gubrak, deh... Kebayang gimana cara menuhin ngidamnya nenek :D

    BalasHapus
  13. saya gak pernah ngerasain ngidam, Mbak. Tapi, suami saya kayaknya bakal cuek untuk urusan ini hahaha

    BalasHapus