Aplikasi My JNE: Solusi Bagi Pelaku Usaha Mikro

[Lifestyle] Mencari pekerjaan di jaman sekarang itu, bisa dibilang sulit. Yang sudah diterima bekerja pun, biasanya statusnya adalah pegawai kontrak. Resiko perusahaan untuk menerima pegawai tetap itu besar. Jika terjadi sesuatu seperti rasionalisasi misalnya, perusahaan punya kewajiban untuk memberikan tunjangan bagi pegawai yang dirasionalisasi. Dan jika pun tidak ada krisis ekonomi, maka ada sederet kewajiban lain yang harus dilaksanakan oleh perusahaan. Seperti memberikan jaminan kesehatan bagi pegawainya, memberikan tunjangan terkait dengan waktu-waktu tertentu, dan tentu saja kewajiban lain-lainnya.

Itu sebabnya yang sering terjadi saat ini adalah, pegawai yang diterima bekerja diberi status kontrak. Lalu, karena ada ketentuan dari pemerintah bahwa jika sudah 2 kali kontrak bekerja diperpanjang maka pegawai tersebut harus diangkat, diakali dengan sebuah cara lain. Yaitu dengan cara pegawai tersebut, diberhentikan. Nanti, jika masih ingin bekerja di perusahaan tersebut, pegawai tersebut dipersilakan untuk mengajukan surat lamaran baru dengan janji surat lamaran tersebut akan diprioritaskan untuk diterimanya. Setelah diterima, diberi status lagi kontrak. Dan begitu seterusnya. Inilah gaya hidup alias Lifestyle baru bagi pegawai yang bekerja di perusahaan-perusahaan di negara kita.

Pertanyaannya, berapa lama pegawai tersebut mau bertahan diperlakukan seperti ini?


Tidak perlu dihitung dengan rumus matematika dan kalkulator. Ini bukan soal ujian kok. Beberapa orang teman dan saudaraku pada akhirnya tidak dapat bertahan lama-lama dengan kondisi seperti ini. Usia mereka terus bertambah dan saingan ketika mengajukan surat lamaran baru pun bertambah. Yang namanya jaminan bahwa mantan pegawai kontrak lama yang mengajukan surat lamaran untuk bekerja kembali di perusahaan itu tidak bisa dijadikan jaminan.

Kenapa?
Karena ketika mereka mengajukan surat lamaran untuk bekerja kembali, surat lamaran pekerjaan itu datang bersamaan dengan surat lamaran yang diajukan oleh fresh graduate alias sarjana baru yang pasti punya semangat baru, ide baru, ilmu baru. Memang mereka semua belum memiliki pengalaman bekerja. Tapi, semangat-ide-ilmu baru yang mereka miliki ini membuat mereka mau berusaha untuk cepat beradaptasi. Belum lagi usia mereka yang masih muda dan belum punya banyak tanggungan/tuntutan keluarga. Mereka tampil tampa beban sehingga ide-ide segar mudah hadir bermunculan. Ini otomatis bisa menjadi asset bagi perusahaan untuk bisa bertahan atau bahkan berkembang lebih besar lagi dari kondisi sekarang.

Pada akhirnya, meski sudah memiliki pengalaman kerja yang lama, tapi karena usia yang bertambah dan beban tanggungan yang menggayut, pegawai kontrak lama sulit bersaing.

Itu sebabnya, banyak yang akhirnya dirumahkan. Atau, tidak produktif lagi di usia kepala empat.
Lalu solusinya apa?
Solusinya, menjadi wirausaha.

Wirausaha sebagai sebuah solusi sekaligus gaya hidup

Berdasarkan pengalaman dari teman dan saudara-saudaraku yang akhirnya banting setir menjadi pedagang, pelaku wirausaha itu tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka harus bisa mengalokasikan modal yang tidak banyak yang mereka miliki, untuk bisa berdagang dan mendapatkan keuntungan.

Ini ada beberapa cerita dari teman dan saudaraku:

"Setelah suamiku di-PHK, aku dan suami sebenarnya nekad. Kami menjual rumah kami, lalu segera melunasi semua hutang kredit rumah tersebut di bank. Sisa uang yang kami miliki, langsung kami bagi-bagi. Kami membeli mobil bekas tapi yang punya bagasi cukup luas. Tidak perlu mewah yang penting masih berfungsi dengan baik. Lalu kontrak rumah, masukkan sedikit ke deposito untuk sekolah anak nanti. Sisanya kami jadikan modal untuk membeli barang dan sewa tempat untuk berdagang. Dan begitulah kami memulai usaha kami."

"Aku tidak berniat untuk berdagang sebenarnya. Tapi, kian belajar tentang agama, aku dan suami kian gelisah karena memikirkan tempat bekerja suami yang masih bersentuhan dengan uang riba karena dia bekerja di Bank Konvensional. Akhirnya, bismillah. Ketika masa kontrak habis dan suami ditawarkan untuk mengirim lamaran kembali agar bisa diterima di perusahaan tersebut, aku dan suami sepakat untuk tidak mengirim surat lamaran. Uang tabungan selama ini, seluruhnya kami gunakan untuk mulai membuka usaha sendiri. Yaitu berdagang. Kami berdua belanja ke pasar, lalu aku bertugas melayani customer, suami bertugas untuk antar dan packing barang. Tapi... kian lama, aku tidak kuat jika harus bekerja sendiri. Jadi, tugas packing barang kami alokasikan ke bagian lain. Hanya saja, jika harus membayar tenaga kerja baru tentu saja kami tidak mampu. Jalan keluarnya, kami mulai bekerja sama dengan JNE. Jadi, tugas mengantar barang pesanan dikerjakan oleh JNE."

Ya. Tanpa terasa, ternyata rata-rata mereka yang berdagang saat ini, mau tidak mau pada akhirnya harus berhadapan dengan gaya hidup baru di masyarakat kita. Yaitu gaya hidup belanja online. Bisa jadi, hal ini diakibatkan karena nyaris semua orang punya handphone. Ditambah dengan kondisi laju internet yang makin cepat aksesnya, maka nyaris semua pengguna handphone bisa merambah internet lewat handphone di tangan mereka. Perlahan tapi pasti, keterikatan dengan handphone ini membuat orang mulai melirik untuk mulai berbelanja online.

Dan demikianlah gaya hidup atau lifestyle belanja online terus tumbuh dan mewabah di tengah masyarakat. Semakin subur karena munculnya kondisi seperti jadi bertambahnya ongkos yang harus dikeluarkan jika harus pergi ke mall atau pasar; jalan raya yang macet, dan sibuknya menyisihkan waktu untuk bepergian ke pasar atau mall.

Jika sudah berbelanja online, hal yang penting untuk diperhatikan setelah merasa cocok dengan suatu barang yang ingin dibeli adalah: agen yang mengantar barang siapa, dan berapa tarifnya.



Kendala Bisnis/Belanja Online dan Solusi Yang Ditawarkan Aplikasi My JNE
.


Aku sendiri, jujur saja, seorang penggemar belanja online. Ada beberapa fakta yang aku temui ketika berbelanja online.
1. Harganya bisa lebih murah ketimbang membeli di gerai konvensional.
2. Aku bisa nyaman melihat-lihat barang yang ditawarkan (sambil dasteran, kadang belum mandi, dan tidak perlu bingung menghadapi SPG yang datang menghampiri padahal kita belum tentu beli).
3. Banyak diskonnya. Jadi, dengan adanya diskon, meski nanti aku harus menambah ongkos kirim sekalipun, tetap saja harga barang yang aku beli lebih murah daripada barang sama yang dijual di gerai konvensional.

Ngomong-ngomong soal harga ongkos kirim dan tingkat kepercayaan atas keamanan barang hingga depan rumah, aku termasuk orang yang rajin menggunakan jasa dari JNE.

Ada sih kompetitor merek lain untuk jasa pengiriman ini, baik yang milik pemerintah maupun yang swasta. Dan aku sudah mencobanya semua. Yang kompetitor jasa pengiriman milik swasta merek lain, ada yang harganya mahal. Memang sih sama-sama aman-cepat-nyaman-terpercaya, tapi harganya yang mahal, jika ditambah dengan harga barang yang kubeli, bisa-bisa harga barang yang kubeli jatuhnya jadi lebih mahal daripada yang dijual di gerai konvensional. Padahal, tujuan utama aku membeli barang di toko online adalah untuk mendapatkan harga yang lebih murah daripada yang dijual di gerai konvensional.

Sedangkan jasa pengiriman milik pemerintah, duh. Sudah beberapa kali kok mengecewakan ya? Lebih seringnya sih, barang tiba dalam kondisi sampul sudah dirobek hingga terlihat isinya. Kadang, isinya sudah berantakan atau bahkan berkurang jumlahnya. Itu sebabnya aku jika tidak terpaksa sekali jarang menggunakan jasa pengiriman milik pemerintah.

Sisanya, jasa pengiriman barang milik swasta dengan harga yang lebih murah daripada JNE. Tapi... kok waktu kedatangan barangnya malah sulit diprediksi. Memang bisa tiba selamat sampai di tanganku, tapi, waktunya lama sekali. Dan itu asli bikin deg-degan.

Jasa layanan kirim barang dari JNE termasuk yang pas. Pas di harga, pas di layanan primanya dan pas juga di tingkat stress (tidak bikin stress gitu maksudnya).

Teman-teman dan saudara-saudaraku yang beralih menjadi pedagang online, juga mengakui hal yang sama. Tapi, mereka bercerita padaku bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi oleh para pedagang online ini. Yaitu:
1. Mereka kesulitan untuk bisa bergabung dengan toko online besar yang sekarang mulai bertumbuh beberapa. Toko online besar itu, memang menampung pada pelaku usaha mikro. Tapi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh para pelaku usaha mikro tersebut.
Nah. Syarat ini yang sulit dipenuhi oleh para pedagang online kecil seperti teman-teman dan saudara-saudaraku.
2. Mereka juga kesulitan untuk membuka sebuah rekening virtual di bank. Mengapa? Karena ada prasyarat yang harus dipenuhi oleh mereka yang ingin membuka rekening virtual di bank. Dan inipun menyulitkan mereka yang masih pelaku usaha mikro level pemula.
3. Mereka juga punya kesulitan untuk membagi perhatian pada bagian pengiriman barang yang meliputi memantau perjalanan barang yang dikirim dan sekaligus memastikan bahwa barang itu sampai dengan selamat di tangan pemesan.
4. Terakhir, mereka juga punya kesulitan untuk membagi perhatian untuk memastikan bahwa uang yang ditransfer oleh pembeli sudah sampai.
Pernah seorang pembeli (ini cerita temanku yang pedagang online) memberitahu bahwa dia sudah mengirim uang transfer sejumlah sekian ke temanku yang menjadi pedagang online. Padahal, temanku belum menerima uang yang ditransfer. Si pembeli memperlihatkan bukti transfer berupa copy resi pengiriman uang. Hanya saja, warna tinta resi itu sudah agak pudar sehingga yang terlihat hanya jumlah uangnya saja tapi keterangan lain tidak bisa terbaca. Si pembeli ngotot mengatakan bahwa itu bukan kesalahan dia jika warna tintanya pudar. Yang penting dia sudah mentransfer uangnya.
Karena si pembeli terus marah dan ngotot, akhirnya dengan terpaksa temanku itu pun mengirim barang yang dipesan kepada pembeli tersebut. Hingga saat ini, uang yang dikatakan sudah ditransfer tidak pernah masuk ke rekening temanku. Entah mengapa. 



Nah. Sepertinya, JNE melihat peluang dimana mereka bisa mengembangkan usaha jasa kurir mereka. Maka, sekarang hadirlah sebuah layanan baru di aplikasi My JNE. My JNE ini adalah sebuah JNE Revolution. Kenapa? Karena ada banyak sekali fitur di dalamnya,  bahkan aplikasi My JNE ini lengkap pula dengan fitur My COD.

Eh.. sebentar. Mungkin aku perlu jelaskan apa itu My JNE dan MyCOD.

My JNE dan My COD



My JNE adalah aplikasi yang bisa didownload di handphone android lewat market playstore. Jadi basisnya adalah aplilasi android yang menghubungkan nomor telepon handphone android seluruh kiriman yang kita kirim melalui JNE.

Dengan satu nomor telepon yang terdaftar, kita bisa menikmati fitur-fitur istimewa di dalam aplikasi ini. Dengan kata lain, di aplikasi ini, kita bisa melakukan beberapa aktifitas.


1. My Tarif.  Kita bisa mengetahui berapa tarif yang menjadi ongkos kirim sebuah barang.
Ini contohnya ketika temanku menjual sebuah buku tafsir Al Quran.
Kita bisa memasukkan berapa rincian fisik dari barang tersebut yang meliputi panjang, tinggi, lebar. Nanti, otomatis aplikasi ini akan memberikan rincian tarif dari jasa kurir barang tersebut ke kota tujuan.


2. My Shipment. Kita juga bisa memantau barang yang dikirim; sekaligus bisa melihat history barang yang sudah pernah dikirim sebelumnya. Jadi, jika pembeli sebenarnya tidak perlu lagi bertanya-tanya pada penjual barang yang dibeli sudah sampai mana. Karena, hal ini sebenarnya bisa dipantau dengan melihat dari aplikasi My JNE.
Ini contohnya:


3. My Location. Kita juga bisa melihat dimana letak agen JNE terdekat jika kita ingin datang guna keperluan mengirim barang. Atau...sekarang petugas JNE loh yang bisa menjemput barang yang akan dikirim ke rumah jika kita memang seorang penjual.


asyiknya my location ini adalah, kita bisa mengetahui dimana tepatnya agen JNE terdekat dengan rumah kita.
Karena dia terhubung dengan google map, maka kita juga bisa mengetahui rute jalan yang bisa ditempuh untuk menuju ke lokasi, bahkan hingga berapa lama waktu tempuh untuk menuju lokasi itu.


4. My COD. Kita juga bisa melihat atau mengecek apakah uang yang ditransfer oleh pembeli sudah dikirim atau belum. Dalam hal inilah ada fitur My COD.


My COD ini sebenarnya adalah fitur Rekening bersama. Mungkin jika kalian pernah membeli di toko online besar, sering tertera perintah untuk mengirim transfer uang kepada mereka. 
Nah, nanti pihak toko online besar ini akan mengecek apakah uang tersebut sudah masuk atau belum ke rekening mereka. Jika sudah masuk, barulah toko online besar tersebut mengontak toko online yang berada di dalam naungan mereka tempat barang yang dibeli berada. Meminta mereka untuk mengirim barang yang dipesan. Jika barang sudah pasti tiba di tangan pemesan, barulah uang yang ada di rekening toko online besar ini dikirim ke toko online yang bekerja sama dengan mereka. 

Sebaliknya, jika toko online yang berada di naungan mereka ternyata nakal, dalam arti tidak mengirim barang, maka uang yang sudah masuk ke rekening toko online besar ditahan atau dikembalikan kembali ke pemesan barang. 

Dengan cara inilah toko besar menjaga rasa percaya dan keamanan pemesanan para pembelinya. Untuk semua cara kerja yang rapi ini, tentu saja dibutuhkan tenaga kerja tersendiri untuk mengurus berbagai lini kegiatan jual-beli. 

Lalu bagaimana dengan toko online kecil yang tidak bekerja sama dengan toko online besar seperti yang dialami oleh teman-teman dan saudaraku? Mereka semua insya Allah bisa dipercaya. Hanya saja usahanya belum besar. Untuk menggaji banyak tenaga kerja lain tentu saja mereka belum mampu. Di posisi inilah My COD hadir. 





Nah. Jika sudah begitu, jadi lebih enak kan.
Pembeli tenang, penjual pun tenang.
Makanya, download dong My JNE.

Bagaimana cara mendownload My JNE di hape?


Gampang. Pertama, buka playstore di handphone android kalian, lalu download. Setelah itu, akan muncul icon seorang anak lelaki bertopi yang sedang tersenyum bahagia.

abaikan toko online yang bertebaran di handphoneku itu ya... fokus saja pada aplikasi My JNE yang kutanam disana

 Nanti, jika sudah lihat icon ini, tinggal diklik saja deh icon itu.
Jika sudah ada di dalamnya, kita tinggal mengisi data kita. Masukkan atau daftarkan
nomor hp dan email agar bisa melakukan transaksi. Kenapa nomor hp? karena dari nomor hp ini yang menghubungkan data pengiriman dengan aplikasi. Setelah registrasi jangan lupa untuk melakukan konfirmasi melalui link yang dikirimkan melalui email. Di dalam email tersebut sudah tercantum nomor hp yang sudah kita daftarkan.

Untuk tracking barang yang kita pesan atau kita kirim, masukkan saja ke bagian My Shipment. Masukkan nomor resi. Sedangkan untuk cek tarif, tulis dulu tujuan dan asal barang yang akan dikirim.



Sudah. Begitu saja. Sederhana kan?
Makanya.... pasang dong aplikasi My JNE di handphone kalian jika kalian memang gemar belanja online atau pelaku usaha mikro yang niat untuk jadi besar dan terus sukses.


24 komentar

  1. Wah asik juga ya. Jne bisa jd jembatan aman antara pembeli dan penjual. Sippp keren. Goodluck mbk ade

    BalasHapus
  2. Wah lengkaappp, jadi pingin cob amenggunakan aplikasi JNE juga ni.. makasih sharingnya mba..

    BalasHapus
  3. tepat bngt mbak, kalaok usaha mikro bagus pakek JNE tapi usaha makro lebih jangan.

    BalasHapus
  4. Kerenn mak...lucu infografisnya. Sukakk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Xixixix..amatiran ya hasilnya..gak ngerti bikin infografis yg keren soalnya

      Hapus
  5. Saya juga sdh percaya banget ma JNE

    BalasHapus
  6. Aku nih langganan JNE *maksudnya sering dikirimi paket lewat JNE. Sampe orangnya hafal bener sama aku..hihi
    By the way, gambar ilustrasinya keren deh,..nggak kalah sama yang lain

    BalasHapus
  7. Nah ini yang bikin beda tapi unik, ahahhaiii,..aku juga pengen ngikutin cara mb ade ni, gambar sendiri...sayang aku ga punya pen tablet

    Wah aplikasi jne ini mang keren nih, khususnya yang jadi pemilik olshop..kayaknya mau donlod deh buat otak atik aplikasinya

    BalasHapus
  8. makin banyak aplikasi, hape saya ga muattt , hiks

    BalasHapus
  9. Akuuu udah masang aplikasinya Mbak Ade :D

    BalasHapus
  10. Mbak Ade, aku dong sudah pasang, ya siapa tahu aku jadi gemar belanja online, hehee

    BalasHapus
  11. wah, ingin install juga apalagi kalau ada diskonan

    BalasHapus
  12. Eh beneran ya si MyCOD ini memudahkan banget. Aku blm coba sih krn gak punya hp android.

    BalasHapus
  13. gak ragu lagi pakai mycod ya mbak ade

    BalasHapus
  14. Aplikasi ini memang sangat membantu dan praktis, apalagi bagi seorang pebisis online. Tracking pesanan pun semakin Mudah

    BalasHapus