Pendidikan Seks untuk Mencegah Kejahatan Seksual pada Anak

Suatu hari di tahun 2000-an, yaitu ketika aku masih mengasuh rubrik "uneg-uneg" di website Kafemuslimah.com (yang kini sudah tidak ada lagi); aku mendapat sebuah email yang berisi curhat.

Sebenarnya, yang namanya curhat via email itu sering aku terima. Tapi kali ini, aku benar-benar bengong dan asli termangu. Kenapa? Karena gaya tutur dan gaya berbahasanya amat familiar di mataku. Aku tahu, meski si pengirim email menggunakan nama palsu, tapi dia adalah salah seorang yang aku kenal. Memang tidak ketahuan siapa tepatnya orang tersebut. Tapi...

Dengan kulit merinding aku kembali menekuni isi emailnya. Mengabaikan kenyataan siapa sosok asli di belakang penulis email.
Ya. Aku harus profesional; lihat masalahnya bukan orangnya.
Bantu masalahnya, dan tidak menyorot orangnya lalu memperlakukannya secara berbeda hanya karena dia "orang terkenal atau orang yang aku kenal".
Aku baca baik-baik suratnya... mencoba untuk menelusuri masalahnya....  dan lalu menangis.
Sebagai seorang ibu, aku tidak bisa mengabaikan perasaanku ketika membaca curhatnya.

Isi curhat dari pengirim adalah cerita bahwa dia ketika kecil pernah mendapatkan pelecehan seksual yang cukup traumatik. Dilakukan berkali-kali oleh pamannya sendiri. Dan itu dilakukan di rumahnya sendiri, bahkan kamarnya sendiri.
Kenapa bisa begitu?
Karena kedua orang tuanya bekerja di luar rumah. Lalu semua kakaknya pergi ke sekolah dan pembantunya sibuk di dapur di rumahnya yang besar.

Tentu kalian bingung, mengapa dia tidak teriak?

Teriak.
Dia teriak minta tolong.... berontak... protes... tapi, usianya waktu itu baru 3 tahun.
T_I_G_A tahun!!!

Pemberontakan apa yang bisa dilakukan oleh balita usia 3 tahun melawan seorang paman yang jauh lebih besar dan sudah bermental binatang? Apa yang bisa dilakukan oleh seorang balita usia 3 tahun ketika berhadapan dengan seorang lelaki yang sudah dirasuki oleh durjana yang sudah kehilangan nuraninya?

Dan akibatnya... di usianya yang sudah kepala dua, balita yang sudah besar itu sekarang mengalami trauma menghadapi pernikahan. Lebih dari itu, bahkan untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis pun dia takut. Karena dia tahu, dan sadar, bahwa ujung dari hubungan dengan lawan jenis itu pasti akan berakhir ke sebuah pernikahan. Dan sebuah pernikahan, konsekuensinya adalah terjadinya sebuah hubungan intim suami istri. Dan disitulah trauma yang dialaminya di masa kecil kembali membayang.

Itu ceritaku di tahun 2000-an. Masih awal milenium baru.
Bagaimana setelah lebih dari satu dasawarsa seperti sekarang?
Ternyata, kejahatan seksual pada anak-anak terus saja terjadi. Bahkan cenderung semakin banyak dilakukan. Entah karena beritanya banyak diangkat oleh media sehingga semua yang selama ini tidak diperhatikan menjadi muncul di permukaan; atau karena memang kejahatan jenis ini marak terjadi.



Kalau sudah begini... salah siapa ya sebenarnya?

Mau menyalahkan sistem pendidikankah? Atau menyalahkan media kita yang semakin liberal? Atau menyalahkan perilaku masyarakat kita yang semakin permisif pada banyak hal sehingga menyebabkan keseluruhan sistem dalam masyarakat kita ikut berubah?

Duh. Malah makin pusing ya jika kitanya malah mencari kambing hitam untuk semua permasalahan yang muncul menyergap sekeliling kita.

Nah.... mungkin daripada kita menyalahkan pihak lain; ada baiknya kita melakukan pencegahan pada lingkungan terdekat di sekitar kita. Yaitu dengan memberikan edukasi seksual pada anak-anak yang ada di lingkungan terdekat kita. Khususnya jika kalian adalah orang tua yang bekerja di luar rumah sehingga harus meninggalkan anak-anak di rumah.

Jaman sekarang, bukannya aku ngajarin orang untuk parno, tapi, siapa saja punya kans untuk mencelakai anak-anak kita. Jadi, mencegah tentu sebuah perilaku yang amat bijak untuk dilakukan.

Nah... ini adalah video yang berisi tentang pendidikan seks untuk mencegah kejahatan seksual pada anak.
Please tonton dan simak pesan di dalamnya ya.



19 komentar

  1. Setuju mba, pendidikan seks perlu di ajarkan kepada anak sejak dini mungkin

    BalasHapus
  2. merinding bacanya, Mbak..sekarang gimana ketraumaan anak itu, apa bisa disembuhkan..


    di rumah kami tidak mempunyai orang lain, tapi bila anak perempuan saya main jauh, perasaan saya tidak nyaman, mungkin terbawa berita-berita yang tidak nyaman, tapi apa salahnya kalau kita khawatir dan hati-hati.

    BalasHapus
  3. Bully semasa kecil sama teman sebaya ajah trauma, apalagi ini ya? saya membayangkan ngeri

    Bookmark, buat unduh vidoenya nanti malam pas PAHE internet :)

    BalasHapus
  4. Itu pamannya ga punya hati nurani lagi apa yaaa? Anak usia 3 tahun aja masih aja jadi korban bejatnya si paman itu. Astagfirulloh -_____-

    BalasHapus
  5. bener banget maakkk.. aku termasuk orang yang parno banget dengan kejadian2 itu. sampai2 ga berani membiarkan anak untuk lepas dari pandangan. na'udzubillahi mindzalik, semoga anak-anak kita semua dijauhkan dari segala bentuk kekerasan. aamiin

    BalasHapus
  6. Di daerah saya juga pernah kejadian,pelakunya anak putus sekolah pengangguran pula. Mungkin saat ini masih di penjara, sudah tidak pernah nampak batang hidungnya setelah kejadian itu.

    Peringatan untuk ibu2 agar lebih berhati2 menjaga anak perempuannya termasuk saya :(

    BalasHapus
  7. Mbak Aku mau cerita untuk bahan pembelajaran bagi siapa saja dan terutama ibu-ibu yang membaca tulisan ini. Beberapa bulan lalu di tempat kerja saya ada ibu-ibu pingsan. Kami semua kaget dan bertanya-tanya kenapa. Setelah didesak dia bercerita bahwa anaknya yang baru 1,5 tahun diperkosa oleh bapak kandungnya sendiri. Astagfirulloh. Naudzubillahhimindzalik. Saya ngeri luar biasa.

    Kejadiannya pas ibunya kerja. Anak bayi itu nangis terus. Nah tetangganya curiga terus membawanya ke rumah sakit. begitu diperiksa dokter ternyata ada bekas di kemaluannya anak itu. Miss V-nya bolong. Benar-benar kelihatan bolong menganga kata teman saya yang mengantar ibu-ibu itu ke rumahnya.

    Suaminya sekarang dipenjara. Tapi nggak mau ngaku. Saat berkas pengaduan jaksa tidak lengkap suami itu hampir dilepaskan. Untung Komisi anak sepertinya ikut turun tangan menangani kasus ini. Dan hingga sekarang masih dipenjara.

    BalasHapus
  8. HArus waspada sekalipun sama keluarga sendiri ya, mengerikan

    BalasHapus
  9. Ya Allah. . . 3 Tahun. Hiks
    Kasihannya balita itu duluu ya, Mam. . .

    BalasHapus
  10. Peringatan untuk ibu2 agar lebih berhati hati menjaga anak perempuannya
    terimakasih atas sharingnya :)

    BalasHapus
  11. hickz,sedih banget lihat videonya :(

    BalasHapus
  12. Sedih bacanya, mak.. :(
    Karena memang, anak kecil lemah banget posisinya di masalah seperti ini..

    BalasHapus
  13. Tanamkan pendidikan seks sejak dini pada anak kita ....

    BalasHapus