Pindah Rumah Sementara (1): Persiapan

[Lifestyle] Rumah yang aku tempati saat ini, bisa dibilang rumah tua. Ayah membelinya puluhan tahun yang lalu. Jadi wajar jika disana sini kita bisa menemukan kerusakan. Pekerjaan tambal dan memperbaiki nyaris setiap tahun kami lakukan. Rasanya, semua bisa diatasi kecuali masalah rayap.

Pengumuman Pemenang Giveaway tentang Ikhlas

[Lifestyle] Sebagai seorang muslim, dalam kehidupan ini, ada satu perkara yang menurut saya amat berat untuk dilakukan. Kenapa berat? Karena, tidak pernah ada patokan yang pasti untuk mengukur keberhasilan dari penerapan perkaran tersebut dalam hidup kita. Dialah perkara "IKHLAS".

Meski demikian, saya pernah bertanya pada seorang ustad, bagaimana untuk mengetahui apakah kita sudah ikhlas atau belum dalam rangka terus mempelajari guna memahami perkara Ikhlas. Jawabannya adalah:  ikhlas itu tidak bisa diukur oleh manusia apakah sudah berhasil diterapkan atau belum. Tapi, bisa dirasakan oleh pelakunya, yaitu pelakunya sudah merasa bahwa rasa pahit dan manis menjadi dua hal yang sama saja rasanya. Tidak ada yang lebih enak, dan tidak ada yang lebih tidak enak. Artinya, untuk mengetahui apakah kita sudah ikhlas atau belum itu, yaitu justru ketika kita melupakan hasil dari perbuatan yang diniatkan untuk dilakukan dengan keikhlasan itu sendiri.

Masak Bersama Anak: Bikin Somay Yuk

[Keluarga] Liburan telah tiba.
Horeeee.
Liburan kali ini diisi apa kegiatan anak-anak? Kalau aku, sepertinya dengan mengajak anak-anakku turun ke dapur.

Anak-anaku senang semua memasak. Cuma mereka tidak suka kegiatan mencuci piring setelah selesai acara memasaknya (emang ada yang suka?)

TONGSIS: agar narsis bisa jalan terus

Dulu, mungkin urusan narsis bukan sesuatu yang spesial. Bahkan pada beberapa orang, masih dianggap tabu. Beberapa ibu-ibu di sekolah anak saya, sempat melontarkan sebuah perbincangan yang sebenarnya membuat saya menahan senyum.

"Eh, kemarin aku kan iseng ya masukin namaku di google search. Eh.. masa muncul loh namaku disana. Kayaknya, Amerika memang gencar-gencarnya mematai-matai kita deh. Jadi mereka tuh random gitu memata-matai bangsa lain. Coba bayangin, nulis namaku sendiri langsung muncul profilku. Ada nama, semua foto-fotoku. Hadeuhhh..."

"Oh, memangnya, kamu punya akun twitter gitu?"
"Gak ada."
"Facebook?"
"Ya kalo itu sih ada. Jaman sekarang aduh tolong deh kalau nggak punya akun facebook."
"Nah... gugle itu memasukkan nama profil dan foto-fotomu itu diambil dari facebook kali. Bukan karena dirimu jadi inceran intelnya amerika."

Tapi ibu-ibu itu tetap percaya bahwa dirinya sedang dimata-matai oleh pihak asing. Jadilah dia melarang keras dirinya sendiri dan anggota keluarganya yang lain untuk memasukkan semua foto-fotonya ke internet manapun. Akun facebooknya pun ditutup.

Selesaikah persoalan? Tidak. Karena, sekarang kan jamannya internet. Tetap saja pengumuman lulus-lulusan sekolah, bahkan foto-foto dia yang diupload oleh teman dan kerabatnya tidak bisa dicegah juga. Jadi... mau tidak mau.. ibu itu tetap eksis meski berusaha keras untuk tidak eksis.

Nah... sehubungan dengan kata eksis ini, tidak semua orang seperti ibu-ibu temanku itu. Ada juga yang menikmati keeksisan mereka.  Termasuk aku sepertinya.. hehehehe. Dan eksis tidak afdhol jika tidak disertai narsis dengan foto-foto pribadi.

Dan sejak ada fasilitas self picture di kamera henpon maka meski seorang diri kita tetap bisa narsis di depan kamera loh.

Dulu, narsis bisa ditempuh dengan cara meletakkan kamera di depan lengan kita. Hasilnya tidak bagus pasti. Lalu fasiltias kamera di henpon mengalami peningkatan. Disediakan dual kamera dimana salah satunya diletakkan di depan kamera. Dengan begitu, kita bisa melihat wajah kita sendiri di layar sebelum memencet tombol kamera. Hasilnya tapi tetap tidak bagus. Karena perpanjangan lengan kita tetap membuat jarak wajah dan kamera terlalu dekat sehingga wajah jadi terlihat membulat.

Akhirnya, proses kreatif para narsis bergerak. Mereka pun mulai memanfaatkan cermin yang ada di depan mereka untuk menghasilkan foto yang lebih baik.

ini salah satu conton foto narsis dengan memanfaatkan cermin. Tuh, terlihat kan henponnya? Itu tuh kekurangannya

Nah... kendalanya adalah, gambar kameranya tetap terlihat. Jadi ketahuan banget kalau foto diri sendiri.
Akhirnya, mulailah muncul pemikiran untuk menggunakan alat perpanjangan pengganti tangan. Dan muncullah TONGSIS: Tongkat Narsis.

Cara kerjanya sederhana saja, yaitu henpon diletakkan di ujung tongkat yang bisa dipanjangkan tersebut, lalu dipasang timer untuk menghasilkan foto. Misalnya pilih 2 detik, atau 5 detik. Klik tombol kamera lalu jauhkan tongsis dari kita dan SMILE. Difoto deh.

Praktis kan?

besarnya tongkat hanya seperti sebuah gagang sapu saja. Ketika dilipat dia hanya sepanjang sebuah remote. Tapi ketika dipanjangkan isa mencapai satu setengah meter. Nah, henpon taruh di ujungnya. Karena letaknya lebih jauh maka bisa mengabadikan foto rame-rame hingga beberapa orang sekaligus. Ini kebaikan dari sebuah tongsis. JIka tangan sendiri yang digunakan, hanya bisa mencakup dua sampai tiga orang saja.
Ada yang sudah mencoba pake tongsis? Gimana? Ketagihan nggak?
hehehhe.... kok aku iya ya sepertinya....

Bikin Pempek A La Ade Anita (part 2)

Nah... setelah sebelumnya menyimpan resep-resep tentang cara membuat Pempek, akhirnya aku dan kedua putriku memutuskan hari yang tepat untuk membuat Pempek Palembang. Ada latar belakangnya sebenarnya kenapa pada akhirnya aku dan kedua putriku ingin membuat Pempek.

Pempek Palembang A La Ade Anita (bag.1)

[Keluarga] Hari ini, rencananya mau mulai belajar bikin Pempek Palembang.
Hehehe.. meski aku orang Palembang tapi aku gak bisa bikin Pempek Palembang, padahal setiap kali ngobrol sama orang:

"Asalnya dari mana mbak?"
"Palembang."
"O... pantas kayak orang China. Eh.. berarti bisa bikin Empek-empek dong?"