Tentang Rindu

[Keluarga] Tidak perlu sebuah rasa cinta yang begitu besar untuk menghadirkan rasa rindu. Cukup beberapa kali pertemuan, dimana mata bertemu dengan mata dan seulas senyum saling dipertukarkan, maka rindu bisa menjelma dalam dada ketika perjumpaan tidak terwujud.

Tidak perlu juga sebuah rasa sayang. Karena sesungguhnya, ketika kita membenci seseorang dan menginginkannya untuk pergi dari hadapan kita karena kehadirannya setiap hari yang terus saja menyusahkan diri kita; suatu hari ketika dia tidak datang mengganggu, sebuah rasa kehilangan tumbuh mungil di dalam hati.



Rindu hadir karena pertemuan yang tercipta.
Menguar asa, menghasut hati hingga pikiran enggan berpaling.
Jika tidak diperlukan sebuah rasa cinta yang begitu besar untuk menghadirkan rasa rindu;
pun tidak diperlukan rasa sayang karena benci pun bisa mementikkan rindu,
lalu bagaimana dengan mereka yang memiliki rasa cinta yang amat besar dan dalam?
Lalu seperti apa orang yang sama sekali tidak memiliki rasa benci dalam hatinya?
Rasa rindu itu akan membelit hatinya begitu erat hingga membuat sesak
Rindu itu berubah menjadi belati yang sanggup membelah hati untuk dibawa pergi
Menghilang
Membiarkan sekarat hati yang tinggal separuh

Bulan April tanggal 18 tahun 2003 lalu, aku kehilangan ibuku tercinta
Perempuan yang melahirkanku dengan susah payah, dan memberiku nama di hati ketiga aku hadir di muka bumi karena rasa takutnya aku tidak bisa bicara jika tidak diberi nama dengan segera
Menungguiku dengan sabar ketika aku sakit
Berdoa diam-diam ketika sakitku semakin parah
Dan memutuskan untuk meninggalkan semua aktifitasnya di luar rumah karena rasa cintanya pada anak-anaknya
Ketika rezeki berlimpah dia berusaha menyenangkan suami dan anak-anaknya
Dan ketika rezeki menetes pelit dia tetap berusaha membahagiakan setiap mulut dan semua mata
Tangis bersanding dengan tawa
Marah berpasangan dengan belaian sayang
Pukulan tidak pernah berlari sendirian karena senantiasa ada pelukan di belakangnya
Dan cinta terus tumbuh di dalam dada lewat aroma masakan yang menguar olahannya
Dan itulah yang membuatku menulis status seperti ini di Facebook pada tanggal 11 maret 2014 lalu.

Hari ini, aku kangen pingin makan bihun goreng sederhana yang kecapnya gak terlalu manis dan bihunnya gak terlalu gurih. Dulu, ibuku sering membuat bihun goreng ini. Setelah beliau meninggal dunia di tahun 2003, aku mulai keranjingan memesan bihun goreng di resto yg menjual mie dan bihun. Tapi... tidak ada yang memasak bihun goreng seenak buatan ibuku. Dan itu membuatku jadi... semakin merindukan beliau. Termasuk hari ini. Ketika aku malas masak lalu ingin makan tempe bacem. Tempe bacem buatan ibuku itu khas. Tidak pernah terlalu manis seperti tempe bacem orang Jawa.
Dulu dia selalu berkata padaku yang menggemari Tempe: "De, suka makan ikan juga dong. Kamu kan orang Sumatra. Bukan orang Jawa."
Lalu aku selalu menjawab: "Ya udah, nanti suami ade orang Jawa deh. Biar gak harus makan ikan." Hehehehe... lalu suamiku sekarang orang Jawa beneran. Tapi tetap aku tidak bisa membuat tempe bacem. Khususnya tempe bacem seperti buatan ibu yang sengaja dibuat tidak semanis tempe bacem buatan orang Jawa. Dan hari ini... aku kangen tempe bacem ibu.
Hmm.
Tidak.
Lebih tepatnya... Aku kangen ibuku. Kangen banget. Hingga suara kelotakan tikus di dapur yang mungkin sedang bermain-main dengan cucian piring yang bertumpuk di dapurku. Menjelma menjadi khayalan... bahwa ada ibu yang sedang sibuk memasak di dapur. Memasak bihun goreng dan tempe bacem. Spesial hanya untukku saja.
------------------------------
Dan ini beberapa komen dari pembaca status tersebut yang aku suka (tidak semua aku pindahkan komen dari sana):


Astia Zaibi Ia smp skr blm nemuin masakan seberani bumbu ky ibu setiap bkn mknan..selalu berasa kurang berani atw keberanian ga pernah pas apapun makanannya..
3/11/2014 10:44:1



Ade Anita Full Astia Zaibi: iya samaaaaa..... bumbu masakan ibu kita itu tidak pedas dan pekat sepreti masakan sumatra tapi juga tidak manis seperti masakan jawa... benar-benar pas aja. Bahkan tempoyak dan sambal cengek buatan ibu belum ada yang bisa menyainginya menurut ade.. always the best..... (termasuk makaroni schotelnya, juga gulai pindangnya)
3/12/2014 11:38:1


Astia Zaibi Bener...ibu kalo masak tampilannya ga pernah pucet tp pas dimakan ga berlebihan..pas..sesuai yg kita pkrin..kalo pedes yha pedes,kalo asem yha asem,kalo manis yha manis tp ga berlebihan cm ga prnh kurang juga rasa dan tampilannya..siapapun smp skr ia...
See more
3/12/2014 12:48:5


BacaBaca Tulungagung jadi ingat makan tempe bacem di rumah mbak Ade... sambil menyuguhkan, kita diwanti-wanti, "ini bukan gosong.. warnanya emang coklat..." hihihi
3/12/2014 1:46:1



Ade Anita Full BacaBaca Tulungagung: hahahahaha... aku gak bisa masakkkk... semua modal nekad. Makanya dikasi warning.
3/12/2014 5:14:3


Umi Widarti 2003? ibuku juga berpulang pada tahun yang sama. Lalu aku pun merindukan masakannya. Merindukan wangi khas kulit ayam yang digoreng.
3/12/2014 11:04:4


Ade Anita Full Sama kita ya mbak Umi Widarti...
3/13/2014 7:11:3


Umi Widarti dua tahun baru bisa keluar dari rasa histeria kehilangan ibuk. Waktu berpulang hanya aku yang mengiringi kepergiannya di ruang HCU. Setengah malam aku bacakan Yassin dan berbicara sama Ibuk yang koma. Hingga aku tertidur disamping Ibuk. Lalu Suster membangunkanku krn angka di monitor menunjukkan kritis. Aku glagapan, tiba2 sdh ada Oom ku - adik Ibu yang datang tengah malam dari Bandung. Digital monitor turun terus angkanya. Dokter menggunakan CPR...mataku nanar didalam kondisi kalut. Tiiiiiiiiiit yang sangat panjang lalu membuatku trasa kaku sekujur tubuh. Wajahku. Wajahku kubenamkan dalam-dalam ke bantal disamping kepala ibuk. Butuh waktu dua tahun utk sembuh dari kehilangan. (mbak Ade...udah critaku, hehehe kebablasan deh). Yuk! masak skg hihih
3/13/2014 9:46:0

13 komentar

  1. Emmm, perbedaan org sumatera-jawa.
    Makannya ikan-tempe. Hihihi. Subur2 org sumatera dong, Ibuuuu. :D



    BalasHapus
  2. Kalau aku kangen alm ayahku. *mewek

    BalasHapus
  3. rindu itu, tidak perlu terlalu sering bertemu tapi sapalah dia dalam hati. aih, rindu itu manis :)

    BalasHapus
  4. Postingan ini mengingatkan saya pada ibu di rumah. Ah, jadi pengen cepat pulang ke tanah air.

    BalasHapus
  5. Semoga Ibunda tercinta mendapat tempat yang layak di sisi Allah Swt. Amin
    Aku baru saja mengunjungi Emak di Jombang. Alhamdulillah suara beliau masih cethar,tanda sehat.
    Salam hagat dari Surabaya

    BalasHapus
  6. Kangen berat ya mbak ade sama ibunya. Kirim Al Fatihah ya

    BalasHapus
  7. Samaa..kangen Ibu juga bapa. Aku manggil ibu dengan sebutan Amin. Jarang pulang kampung paling SMS an aja...

    BalasHapus
  8. Mak.. aku jadi kangen ibu juga nih setelah baca tulisan ini.
    Jadi pengen peluk ibu pulang kantor nanti....

    BalasHapus
  9. titip sebait doa dan al fatihah untuk almarhumah ibunda bu Ade Anita, semoga ALLAH melapangkan jalan almarhumah menuju surga-NYA.....
    keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)

    BalasHapus
  10. Tulisannya bagus... membuat saya ikut merenung :)

    BalasHapus