Gula Sebagai Penambah Tenaga

[Keluarga, Lifestyle: Kuliner]: Waktu kecil, aku tuh bisa dikatakan anak yang aktif. Senang berkegiatan, senang larlarian, jalan-jalan jauh juga gemar berolah raga. Itu sebabnya ketika SMP, aku bisa dengan lancar melakukan aneka gerakan senam lantai dengan mudah dan lancar meski baru pertama kali diajarkan. Tapi... xixixixi.. tubuhku tidak cukup gemulai untuk melakukan gerakan menari.
Oh ya, keluarga besarku dahulu memang keluarga yang memiliki rasa cinta akan kampung halaman yang cukup besar. Mungkin karena kami semua sadar bahwa kami ini hidup di tanah perantauan. Jadi, kami mendirikan sebuah paguyuban Sumatra Selatan. Nah, kegiatan di dalam paguyuban ini banyak sekali, dan salah satunya adalah menari. Para pemudi (maksudnya mulai dari remaja putri sampai dewasa putri yang belum menikah) diajarkan untuk menari tarian khas dari Sumatra Selatan. Nah, disinilah para senior kesal dengan kondisi tubuhku yang kaku. Seandainya saja dahulu diberi pilihan selain menari juga diajarkan untuk atletik. Pasti aku akan memilih ikut atletik deh. 

Ngomong-ngomong soal Atletik, waktu SD dan SMP aku pernah ikut lari marathon loh. Sayangnya, tidak pernah menjadi juara karena larinya memang untuk bersenang-senang saja. hehehe... lagipula, belakangan dokter penyakit dalamku melarangku ikut lari marathon lagi karena ini olah raga yang tidak bagus untuk penderita Ashma seperti aku (setiap kali selesai ikut pertandingan, ashmaku selalu kambuh dan tengah malam terpaksa ayah harus membawaku ke UGD untuk diberikan oksigen dan obat Ashma hirup). Sayangnya, setiap kali aku bercerita bahwa dulu aku pernah beberapa kali ikut lomba lari marathon ke anak-anakku, anak-anakku tidak ada yang percaya. 

"Ah, mana mungkin ibu kuat. Badan ibu gemuk gitu."

Duh. Glek. Susah memang bercerita pada mereka, bahwa dulu waktu masih gadis, tubuhku tuh langsing bahkan cenderung ceking. Bagaimana tidak disebut ceking jika dengan tinggi tubuh 165 cm beratku hanya 41 kg (baru deh setelah kuliah dan ada rencana menikah, aku mulai banyakin makan agar bagus pas pake kebaya nikahan... hahahaha. Pas nikah beratku mencapai 47 kg). 

"Bu, kalaupun ibu kurus, emang kuat ikut lari marathon. Lari marathon itu kan butuh tenaga yang kuat."
"Nah, itu sebabnya ibu selalu ngantongin gula merah di dalam kantong. Gak usah gede-gede, sebesar satu ruas jari aja. Terus, kita kulum kayak ngulum permen gitu."

Yap. Ini memang kebiasaanku ketika masih kecil dahulu. Yaitu, mengiris satu irisan kecil gula merah dan membawanya ke sekolah. Ketika keluar main, aku sering mengulum gula ini di dalam mulut dan itu membuat tubuhku jadi "bertenaga". Ibuku sendiri sering sekali  membuatkan sarapan yang terbuat dari roti yang diolesi dengan mentega lalu ditaburi dengan Palm Sugar alias Gula Semut yang berwarna merah dan bentuknya seperti butir-butir pasir tersebut. 

Tahun 2011 lalu, kebetulan aku melihat sebuah acara di stasiun televisi BBC Knowledge. Disana, ada tayangan bagaimana pengaruh glukosa sebagai sumber energi bagi manusia. Awalnya, dibuat tiga kelompok orang yang akan diberi sebuah pekerjaan yang amat melelahkan, yaitu memangkas tanaman tebu yang sudah selesai dipanen seluas masing-masing kelompok mendapat tugas 5 hektar dan harus diselesaikan dalam waktu 1 hari saja, mulai pukul 06.00 hingga pukul 18.00. Kelompok pertama diberikan segelas air putih yang sudah diberi larutan pemanis. Kelompok dua hanya diberikan gelas yang sama tapi airnya tidak boleh ditelan; melainkan hanya boleh dikumur-kumur saja. Sedangkan kelompok ketiga hanya diberikan air putih saja. Lalu pekerjaan pun dimulai. Satu jam pertama, semua kelompok masih pada giat bekerja. Tapi memasuki jam kedua, kelompok tiga mulai terlihat melemah. Setelah tiga jam, surprisednya kelompok pertama yang melemah. Dan barulah setelah empat jam, kelompok kedua yang melemah. 

Bingung kan kenapa kondisi ini bisa terjadi? Jawabannya, karena ternyata kelompok ketiga itu dia sama sekali tidak memiliki cadangan energi yang dihasilkan oleh glukosa dalam tubuhnya. Itu sebabnya mereka cepat sekali lemas. Sedangkan kelompok pertama, memang energi yang dihasilkan bisa bertahan lebih lama tapi oleh tubuh cepat juga diserapnya untuk mengfungsikan organ-organ tubuh lain yang membutuhkan glukosa dalam pekerjaan  mereka. Sedangkan kelompok kedua, karena dikumur-kumur cukup lama, maka ada kadar glukosa yang menempel di sela-sela gigi dan juga di bawah lidah dan rongga mulut lainnya. Hal ini membuat otak terus bekerja bahwa "mereka masih memiliki persediaan glukosa yang bisa dipakai untuk menghasilkan energi untuk bekerja". Meski kondisi sebenarnya tidak ada glukosa yang masuk ke dalam perut mereka. Karena ketika melihat tontonan ini aku ditemani oleh anak-anakku jadi dengan senang aku langsung saja bersorak:

"Tuh kan! Berarti bener kan dulu ibu selalu mengulum gula merah di dalam mulut ibu ketika ikut banyak kegiatan. Makanya meski ibu dalam kondisi gak makan dan badan kurus tapi tetap kuat ikut lari Marathon."

Sayangnya, akibat bertubuh gemuk setelah beberapa kali melahirkan (aishh... melahirkan disalahin. Gemuk mah gemuk aja kali...xixixixi...) aku mulai berusaha menjalankan beberapa metode diet. Tahun 2012, Aku pernah menjalankan pola diet non karbohidrat. Hasilnya, ternyata aku malah mengalami kondisi dimana kadar gulaku turun amat drastis. Hingga sekarang, kadar gulaku sering berada di bawah normal. Itu sebabnya dokter giziku melarangku untuk menjalankan program diet non karbohidrat.

"Kadar gula itu akan berproduksi dengan baik jika diimbangi dengan asupan karbohidrat yang cukup. Jika tidak ada karbohidrat sama sekali maka tubuhmu akan tidak mampu menghasilkan zat-zat lain dalam tubuhmu sehingga kamupun akan kembali mengalami kondisi kadar gula darah rendah lagi."

Itu kata dokter giziku.

"Tapi dok... saya... pingin langsing." (ceritanya ngucapinnya sambil malu-malu gitu... )
"Ya sudah, kamu tetap harus makan. 5 kali sehari tapi dengan porsi khusus. Pagi-pagi, harus jika makan roti, cukup dua lembar saja, plus 1 telor rebus dan susu. Tapi dengan catatan, selai rotinya tidak boleh selai untuk orang diet. Jadi harus selai manis. Jangan selai tawar."

Nah, ini nih ... menu sarapan pagiku. Yaitu roti yang ditaburi dengan gula semut atau Palm Sugar di atasnya. Bisa dimakan begitu saja, bisa juga dibakar di panggangan. 

jika tidak dibakar, bentuknya seperti ini

jika dibakar, gulanya akan meleleh seperti ini. Rasanya menurutku sih mengalahkan rasa selai coklat. Enak, lembut dan yang pasti memberiku tenaga sih. 


jika ditangkupkan, dia akan merekatkan jadi enak disantap jika terburu-buru ingin berangkat di pagi hari

Di rumah, aku selalu menyediakan Palm Sugar bubuk untuk berbagai keperluan. Untuk pemanis susu kedelaiku yang tawar itu (oh ya, karena aku seorang penderita hb rendah jadi aku tidak pernah minum kopi atau teh, sebagai gantinya aku minum susu kedelai non pemanis). Palm Sugar sekarang memang sekarang tersedia dalam bentuk kemasan praktis untuk satu gelas minuman. Rasa manisnya tidak setajam gula, dan harumnya bikin nyaman. Di dalam tasku saja, aku selalu menenteng kemasan praktis gula 9 gram ini (ini perintah dokter sih, "Pokoknya, jika sedang beraktifitas ibu tiba-tiba mulai merasakan gejala-gejala kurang gula, ibu harus segera mengunyah sesuatu yang manis. Tapi jangan pemanis yang sudah diberi campuran kimia yang macam-macam ya bu. Usahakan untuk mencari pemanis yang murni kadar gulanya."). 


palm sugar dalam kemasan 9 gr untuk minuman. Eh, ini juga bisa dikulum seperti permen. hehehe.

ini palm sugar dalam kemasan besar; bisa untuk pemanis masakan juga. Kebetulan, aku kan tidak pernah menggunakan MSG, nah untuk menghasilkan rasa gurih dalam masakan, aku selalu mencampur garam dan palm sugar dalam masakanku

ini dia bentuk palm sugar alias gula semut itu

Arenga adalah salah satu produsen penghasil Gula Aren.

 Nah... kenapa aku gak memakai gula merah lagi buat dikulum? Karena aku rada-rada parno sendiri sejak menonton acara di salah satu stasiun televisi yang menayangkan tentang kecurangan orang terhadap gula merah. Jadi, sekarang ada gula merah yang sudah diberi campuran yang berbahaya untuk tubuh seperti mencampurnya dengan boraks atau pengawet buatan atau mencampurnya dengan bahan-bahan kimia lainnya yang berbahaya untuk tubuh. Ada sih diberitahu trik-trik khusus untuk mengetahui apakah itu gula merah yang sudah dicurangi atau masih gula merah murni. Yaitu dengan cara mengerik tubuhnya. Jika terlihat warna putih (seperti kulit yang terlalu kering lalu ketika digaruk muncul garis-garis putih gitu) itu artinya dia sudah diberi pengawet buatan. Pengawet buatan itu banyak sekali bahayanya untuk tubuh kita. Seperti bisa menyebabkan kanker, kelainan organ, dan sebagainya. Itu sebabnya aku amat selektif memilih produk. Arenga, dalam hal ini mungkin bisa jadi rekomendasi karena dia merupakan gula aren yang diproduksi secara organic. Jadi, mulai dari pohonnya, dipelihara tidak dengan menggunakan pestisida dan tidak ada pencampuran bahan kimia lainnya.
Ini beberapa produk Arenga lainnya:

gambar diambil dari http://www.palmsugarindonesia.com/

Hidup sehat itu adalah pilihan yang diwajibkan. Dan tidak ada salahnya juga jika disebar luaskan agar banyak orang yang mengikuti pola hidup sehat. Salah satunya dengan cara memilih pemanis sehat.

“Ikutan Menulis Tentang Pemanis Sehat Yuk…”





16 komentar

  1. gula plm dimakan aja dah enak apalagi pake roti hehehe,pasti tambah enakkk

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Pemakaian bahan berbahaya dalam gula merah memang mengkuatirkan, Mbak. Semoga kita selalu berhati-hati menggunakannya.
      Terima kasih atas sharingnya :)

      Hapus
  3. Aku belum pernah mencoba makan roti tawar dg taburan gula aren.
    Sepertinya patut dicoba deh Mak.

    BalasHapus
  4. Iya banyak yg bilang kalo gula aren bisa untuk menambah tenaga Mak.
    Gutlak utk kontesnya ya

    BalasHapus
  5. gula bisa menambah tenaga ya? baru tau saya
    tapi sayang kalau makan yang manis-manis suka kambuh sakit gigi saya

    BalasHapus
  6. Aku juga pernah makan roti kukus pakai gula palem, tapi baru kali ini tahu manfaatnya. Oh iya, terimakasih ya mba atas sharingnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, aku paling senang nonton BBC Knowledge, banyak ilmu pengetahuan baru disana.

      Hapus
  7. Betul kok gula penambah tenaga. Saya waktu pendidikan di Akabri suka mbawa gula merah yang dikasih senior. Asyik lho, sambil logmars ngemut gula merah
    Salam hangat dari Surabay

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh... Pakde, aku juga dapat tips ini dari ayahku waktu beliau ikut wajib militer selepas dari kuliahnya di IKIP Lembang. Mungkin karena ayah liat aku kurus ceking tapi lincah gak karuan... hahahaha... padahal makanku banyak dulu tapi entah kenapa tetap kurus. Nah, ayah ngajarin aku buat ngantongin gula merah biar gak lemes

      Hapus
  8. Gula sebagai penambah tenaga, betul banget, selain itu enaaaaaak

    BalasHapus
  9. Terima kasih sudah turut menyemarakkan kontes Peduli Manis Sehat

    artikel sudah tercatat sebagai peserta ya mbak Ade

    BalasHapus
  10. waah bener banget tuh gan.... gula memang penambah tenaga.... hmmm ane mau numpang nanya gan Kalau di surabaya apakah ada informasi tentang sanggar senam yang favorit, dan dimana tempat yang menyediakan baju senam murah disini?, trims infonya :)

    BalasHapus