Bicara tentang Komunitas Ideal dari sudut yang berbeda yuk

[Lifestyle] Seorang teman bertanya pada saya, apa pentingnya ikut aneka macam komunitas yang dalam hal ini diwakili dengan keberadaan group-group di facebook. Wah. Padahal saya sudah menutup tulisan tentang apa itu komunitas ideal yang terdiri sampai tiga bagian. Tapi, pertanyaan itu terasa amat menggelitik saya. Jadi, saya akan menulis mengapa kita memerlukan sebuah komunitas, dan kalau bisa jangan cuma satu komunitas (baca: atau sama dengan group facebook) saja. Jadi... kita bicara tentang komunitas ideal dari sudut pandang yang berbeda yuk. Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kedelapan. :-) :-P


Mengapa setiap orang merasa bahwa dirinya membutuhkan sebuah komunitas? Karena kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Kita memerlukan orang lain. Betul kita bisa melakukan banyak hal seorang diri, tapi pada bagian eksekusinya kelak, tetap membutuhkan kehadiran orang lain, tidak mungkin murni seorang diri selamanya.

Seorang kaya raya sekalipun, pasti memerlukan orang lain untuk melayani keperluannya. Setidaknya dia memerlukan orang yang kurang kaya agar bisa menjadikan orang itu sebagai bawahan yang bisa disuruh-suruh dan diperintahnya; dan dia juga memerlukan orang kaya yang lebih kaya darinya agar dia tahu bahwa dia belum cukup kaya jadi harus terus berusaha lebih giat lagi (hehehe).
Seorang perempuan cantik, tidak akan pernah dinilai cantik jika tidak ada jelek (tuh, bahkan meski itu negatif, kehadirannya tetap memberi arti). Seorang yang amat pintar, tidak akan terlihat kepintarannya jika dia belum mempersembahkan sesuatu dari hasil kepintarannya yang bisa disaksikan oleh orang lain. Bahkan, ketika saya bermukim di Sydney, Australia dahulu, ketika tiba saatnya untuk melakukan ibadah kurban di hari raya Qurban, ternyata saya memerlukan kehadiran orang dhuafa yang mau menerima zakat kurban (dan parahnya di Australia hal ini amat sulit dicari. Jadilah kami mengirim zakat kurban kami lintas negara, yaitu ke negara-negara berkembang selain Australia, Indonesia termasuk di dalamnya).

Dengan demikian, kehadiran sebuah komunitas merupakan sebuah kebutuhan semua orang yang ditakdirkan menjadi makhluk sosial. Dalam komunitas, kita bisa berinteraksi, melakukan komunikasi, menggali potensi, menerima hadiah, menerima apresiasi dan memberikan apresiasi kepada orang lain, dan sebagainya. Dan kita pun akhirnya berkembang karena bantuan komunitas tersebut.
Nah, jika sudah merasa amat nyaman dengan komunitas tersebut, apakah itu berarti kita harus keluar dari komunitas dan mulai mencoba memasuki komunitas lain? Menurut saya hal ini seharusnya dilakukan.

Mengapa?

Karena komunitas yang kita sukai dan sudah membuat kita betah selama ini tersebut, sebenarnya sudah membentuk sebuah cangkang tak terlihat akan potensi kita yang sesungguhnya. Kita merasa nyaman dan hebat, itu benar. Kita memang nyaman dan hebat. Tapi, bagaimana kita tahu bahwa sebenarnya kita punya kemampuan lain yang mungkin selama ini tidak terlihat jika kita tidak pernah melihat komunitas lain? Inilah yang disebut dengan, "keluarlah sesekali dari wilayah amanmu."



Dulu, ada cerita komik yang sangat saya sukai (yup, saya memang penggemar komik). Judulnya Kungfu Boy Chinmi. Chinmi ini, anak yang punya bakat kungfu yang luar biasa. Dia otodidak belajar kungfunya. Itu sebabnya dia amat lihai dan cekatan melakukan aneka gerakan kungfu. Suatu hari, kakaknya Chinmi meminta Chinmi untuk masuk ke sebuah perguruan kungfu bernama 'kuil dairin". Karena bakat dan semangat yang dia miliki, Chinmi pun masuk ke Kuil Dairin dan berguru disana. Dia sudah amat jago setelah berlatih beberapa lama. Bahkan bisa mengalahkan kakak seperguruannya. Akhirnya, gurunya Chinmi meminta Chinmi untuk pindah ke kuil lain yang berada di gunung. Chinmi tentu saja menolak. Untuk apa lagi belajar jika dia sudah merasa nyaman dengan apa yang dia miliki selama ini. Tapi gurunya memaksa dan sambil bersungut-sungut, Chinmi pun pergi mengikuti gurunya yang lain ke gunung.


gambar diambil darihttp://paket-ebook-lengkap.blogspot.co.id/2009/11/komik-chinmi.html

Di tengah jalan, Chinmi bertemu dengan seekor Katak. Oleh guru barunya, katak itu dipungut dan diletakkan dalam tempurung yang alasnya tertutup. Lalu dibawa pergi bersama menuju gunung. Singkat kata, di gunung Chinmi bertemu dengan sekelompok penjahat yang ingin mengeksekusi sebuah desa di dekat kuil. Kelompok penjahat ini kuat-kuat dan Chinmi kalah ketika berhadapan dengan mereka. Chinmi tentu saja sedih. Oleh gurunya yang baru, Chinmi diminta untuk belajar ilmu tenaga dalam sebagai bagian dari ilmu peremuk tulang di tepi danau. Ketika Chinmi selalu gagal melatih ilmu peremuk tulangnya tersebut, guru baru Chinmi menangkap seekor katak yang sedang diam di pinggir danau.

"Chinmi, lihat katak ini dan bandingkan dengan katak yang kita bawa dari kaki gunung dahulu. Apa yang berbeda dari mereka?"
Chinmi melihat satu perbedaan yang amat nyata. Lompatan katak yang ada di pinggir danau ternyata lebih tinggi ketimbang lompatan katak yang ada di dalam tempurung. Kenapa?

"Karena selama ini katak di dalam tempurung menganggap bahwa dunianya hanyalah sebesar dan setinggi tempurung. Dia merasa nyaman disana dan ketika dia dibebaskan, dia tetap merasa bahwa dunianya hanya setinggi itu. Sedangkan katak yang hidup bebas di danau, tidak merasakan sebuah batasan bagi lompatannya."

Chinmi mengerti sekarang, mengapa gurunya yang lama ngotot memintanya untuk belajar di tempat lain yang lebih baru dan belum dikenalnya sama sekali. Yaitu, agar dia bisa melihat bahwa bisa jadi, di daerah dimana dia merasa nyaman dan hebat selama ini, dia sebenarnya belum menggali kemampuan dan bakatnya yang lain.
Jadi, kembali pada pertanyaan teman saya tersebut. Mengapa kita perlu mencoba untuk turut serta memasuki komunitas baru atau group baru (yang masih satu haluan atau satu misi tentu saja)? Karena pengalaman baru tidak dapat diperoleh di tempat dimana kita merasa nyaman dan aman. Sesungguhnya, rasa nyaman dan aman lambat laun akan membuat kita lalai pada kewajiban untuk menggali dan  mencoba kemampuan terbaik kita yang lain. 


Padahal, manusia terbaik adalah manusia yang senantiasa berusaha melakukan secara maksimal kemampuan terbaiknya dalam berusaha. Allahu'alam. 

========================
Penulis: Ade Anita
Tulisan ini diikut sertakan dalam #8 minggu ngeblog bersama anging mamiri


9 komentar

  1. bergabung dalam sebuah komunitas tentu sangat penting menurutku, dimana kita dapat berinteraksi dengan banyak orang, sharing ,berbagi ilmu dan bersilaturahim plus nambah temen juga..

    cuma aku pribadi, jarang aktif juga, seperlunya saja Mak, apalagi kalo dah punya anak, rempong dah emak2,harus bawa buntuut !

    BalasHapus
    Balasan
    1. HEHEHEHE... iya yah... rempong emak2 emang

      Hapus
  2. saya juga suka gaul di komunitas tapi setelah kerjaan RT kelar hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. mak hana itu luar biasa gaulnya, aku selalu bertemu namamu dimana-mana. hebat deh.

      Hapus
  3. suka perumpamaan kecenya: katak dalam tempurung dan kelaur dari zona nyaman ^^
    saya baru tahu kalau mbaknya selain hobi ngegame (dulu, atau sekarang masih ya?) juga suka komik :) Pasti orang yang riang :p

    tetap semangat ngeblog yaaa_
    Salam manis,
    Arga Litha

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa... sampe sekarang masih suka terus ngegame dan baca komik.. dan kamu benar, saya memang orang yang periang dan ceria kata orang. Pinter deh nebaknya.

      Hapus
  4. kalau aku ikutan komunitas yang sesuai dengan hati aja mbak :)

    BalasHapus
  5. komunitas hendaknya membuat nyaman anggotanya :D

    BalasHapus
  6. Saya sie agak jarang mengikuti komunitas grup atau milis, tapi saran mbak bagus juga sie, apalagi kalau karakter orangnya pendiam, pemalu dan kurang dominan dalam komunitas nyata, sehingga kemampuan ilmunya kurang terlihat. Justru dengan adanya komunitas grup, mereka bisa lebih nyaman dalam bertukar pikiran... Dan sebagai pembelajaran supaya bisa lebih terbuka dan aktif dalam mengemukakakan gagasan2 kreatifnya yang sempat terpendam dalam lingkugan komunitasnya yang nyata...

    BalasHapus