"My Ibam" (part 1) : My baby boy

[Parenting] Anak sulungku sudah kuliah.
Hmm, waktu ternyata cepat sekali ya berlalunya.
Tidak terasa.
Kemarin, pas buka-buka album dalam rangka menscan foto-foto jadul biar gak rusak (foto-foto itu ditaruh di dalam album dalam lemari. Tapi kemarin lemarinya sepertinya kena lembab dari dinding jadi ada beberapa foto yang berjamur. Wah. Harus dilakukan misi penyelamatan dong. Jadilah aku menscan beberapa foto jadul.


Nah. Ini adalah foto jadul tentang anak sulungku yang sekarang sudah kuliah tersebut.






hehehehe....
Dulu, kakakku adalah seorang wanita karir ceritanya; jadilah anak sulungnya aku yang mengasuhnya bersama dengan ibuku; bukan cuma mengasuhnya tapi juga menyusuinya di siang hari. Jadi, Ibam itu punya saudara sesusuan, namanya Rizki,  anak kakakku. Mereka kompak dan lucu-lucu dulu. Yang satu gemuk, gempal dan hitam manis, yang satunya lagi putih dan langsing.




Ibam lahirnya sih di Jakarta, tapi, di usia 5 bulan dia diboyong ke Sydney karena ayahnya kuliah di Sydney, Australia. Jadilah dia menghabiskan masa kecilnya di sana (1995 - 1999). Hasilnya: dia tumbuh jadi anak yang kuat jalan kaki, mandiri dan tidak cengeng.





Kegiatan dia selama di Sydney itu, setiap pagi dari senin hingga jumat, aku memasukkan dia ke day care yang ada di suburb dekat rumah kami.


  • Apa itu day care? Day care itu tempat penitipan anak.
  • Kenapa harus dimasukkan ke day care? Ada beberapa alasan; 
  1. Karena aku tidak bisa berbahasa inggris jadi aku diwajibkan untuk ikut kelas bahasa inggris yang disediakan bagi migran yang pasangannya sedang mengikuti study di Australia. 
  2. Kami ingin anak kami bersosialisasi dengan anak-anak yang lain. Usianya belum cukup untuk masuk sekolah, dan disana juga gak ada PAUD seperti disini; ditambah lagi semua anak-anak di sekitar rumah juga gak seramah di Indonesia. Jadi, jika tidak dimasukkan ke day care atau semacamnya, bisa-bisa anak kita tidak punya teman dan jika tidak punya teman, nanti dia jadi sulit belajar bersosialisasi dengan orang lain.
  • Apa saja kegiatan di Day care tersebut? Kegiatannya sama seperti di rumah. Pagi-pagi, semua anak senam pagi bersama, lalu minum susu dan sarapan (catatan: karena penduduk muslim disana minoritas, maka penting untuk menuliskan pesan bahwa anak kita adalah seorang vegetarian; terutama jika ini day care untuk umum). Setelah sarapan, maka anak-anak diajak belajar bersama lewat permainan. Macam-macam permainannya, sama seperti permainan yang diajarkan di play group di Indonesia. Setelah itu, dibacakan cerita (story telling; dimana disini ada interaksi antara guru ke anak, dan anak ke temannya); setelah itu makan siang deh. Setelah makan siang, semua anak diajak rileks dengan aneka kegiatan santai/bebas. Setelah itu, tidur siang. Bangun tidur siang, minum susu sore dan cemilan; lalu mandi sore, setelah itu dijemput pulang oleh orang tuanya karena memang sudah sore sekali. 
  • Selesai deh.


Setelah Ibam agak besar dikit, kami tidak lagi mengikutkan dia di day care tapi kami memasukkan dia di kegiatan lain; yaitu aktif di publik library (kegiatan perpustakaan di sana asyik, Ada Story Telling rutin saban awal bulan; mainan dan bukunya juga bisa dipinjam dan koleksi mainannya itu hmm... bagus-bagus semua. Aku pernah meminjam sliding, rocking horse, roller, dll) Disana juga ada kegiatan "know and love your environment". Jadi, oleh para librarian, anak-anak anggota perpustakaan itu akan diajak jalan-jalan untuk lebih mengenal lingkungan dan mencintai lingkungan tersebut. Ada kegiatan merecycle barang-barang yang ditemui di lingkungan sekitar, ada juga kegiatan re-use barang-barang yang ditemui di sekitar.





 Gambar di atas adalah gambar dimana Ibam diajarkan cara melukis dengan memanfaatkan pasir, daun-daun yang rontok, ranting-ranting yang bertebaran di tanah, dimana semuanya terdapat di pantai.

Mungkin itu ya sebabnya anak-anak di Australia sana sudah terdidik untuk kreatif sejak masih kecil.

Ya, demikianlah cerita tentang Ibam. Ini masih bagian pertama, jadi masih bersambung karena sekarang aku ingin mengerjakan yang lain dulu jadi ingin disudahi disini dulu.

Bersambung ya ceritanya.
-------------
Penulis: ade anita

6 komentar

  1. Ahhh andai di Indonesia ada banyak Day Care juga seperti di Jepang, aussie, dan negara lainnya.... Aku males deh punya baby sitter, aku lebih suka kerja sambil nitip anak di suatu penitipan (kalau ada) trus pulang kerja aku jemput lagi... Aku juga paling males pake pembantu, lebih suka beres2 di saat weekend... Rasanya lebih puas beresin rumah sendiri dan ngasuh anak pake tangan sendiri! Ga ada deh yang sebaik tangan ini...*uhuk

    BalasHapus
  2. iyaaa samaaa.... aku juga gak pake pembantu di rumah ... lebih puas dan bebas kalo gak ada pembantu perasaan.

    sebenarnya ada day care seperti diluar sana, tapi harganya itu yang gak nahan sepertinya.. sementara di sana day care ada yang disubsidi oleh pemerintah, yaitu jika ortunya seorang student.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya... memang ada tapi tidak banyak, hiks. Misalnya di dekat rumah sakit tempat saya belajar, ada tempat penitipan juga... tapi kayaknya higiennya kurang bagus, harga juga mahal...

      Iya, lebih bebas tanpa pembantu sebenarnya... soalnya kok pembantu yang ada di rumah akhir2 ini selalu orang2 berkarakter jelek, rata2 *maaf* mereka yang gagal dalam rumah tangganya...

      Dulu ada orang nya baiiiiik sekali.... tapi sayang dilamar sama pacarnya...
      Ada yang baiiiik juga.... tapi punya vertigo, dikit2 kolaps... ya Allah...
      Ada yang baiik sama aku, kerja pun bagus, eh... berantem sama baby sitter... melow, nangis2 sama aku minta berhenti... Ya Alloooh...

      Jadi curhat deeeh... "D Maap mbak... ^^

      Hapus
    2. iya, cari asisten itu susah susah gampang.. bahkan kadang lebih susah daripada nyari jodoh ya... karena kalo jodoh kan dia karena mencintai kita jadi nyesuain diri dengan kita, sedangkan pembantu, motivasi kerjanya karena duit jadi ya ... begitulah.
      cari yang pulang hari aja; toh kalau sudah malam pekerjaan juga sudah tidak banyak lagi, mungkin.
      semoga segera dapat yang cocok ya.

      Hapus
  3. Papanya Ibam kok ganteng sih, mbak Ade? *ups, salah fokus :D :p

    Seneng ya, ngerasain tinggal di luar negeri, liat foto ibam yg pake peci itu, jd inget ponakanku :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehe.... kayaknya aku waktu ke gunung berhasil gak nginjek kodok, sama seperti Yeni MUlati yang berhasil tidak nginjek kodok, makanya dapat suami ganteng. Alhamdulillah (tapi ogah nanya ke suamiku, dia nginjek kodok apa nggak...hahaha.. gak kuat nerima kenyataan)

      Hapus