Salah Kaprah Penggunaan “Subhanallah” dan “Masya Allah”

Ini ada sebuah catatan penting yang sengaja aku pasang disini sebagai pengingatku. Aku copas dari statusnya Yusi Rahmaniar hari ini. Oh ya, ada juga komen untuk status itu yang aku copas disini karena komennya menarik juga untuk disimak.

-----------------


Masyarakat Indonesia sering salah kaprah menggunakan dua kalimat ini, “Subhanallah” dan “Masya Allah”. Biasanya, mereka menggunakan “Subhanallah” ketika melihat sesuatu yang indah-indah atau menakjubkan. Sedangkan “Masya Allah” digunakan ketika mendapati hal buruk, misalnya karena terkejut mendengar berita buruk.

Tahukah teman, bahwa ternyata penggunaan keduanya kurang tepat?
Berikut ini insya Allah paparan yang benar tentang penggunaan “Subhanallah” dan “Masya Allah”.

Penggunaan “Subhanallah” yang benar

“Subahanallah” di dalam Al Qur’an digunakan untuk mensucikan Allah dari hal-hal yang tidak pantas. Seperti misalnya, “Subahanallahi ‘amma yashifuun” Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan, “Subhanallahi ‘amma yusyrikuun” Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan, dll.

Ada juga kalimat “Subahanallah” yang digunakan untuk hal menakjubkan, namun penggunaannya dalam kata ganti ke dua (QS 3: 191), atau kata ganti ke tiga yang tak langsung menyebut asma Allah (QS 17: 1 dll).

“Subhanallah” juga terpakai pada; me-Maha Suci-kan Allah dalam menyaksikan bencana dan mengakui kezhaliman diri (QS 68: 29), menolak fitnah keji yang menimpa saudara (QS 24: 16).

Dalam sebuah hadits dikatakan, “Kami apabila berjalan naik membaca takbir, & apabila berjalan turun membaca tasbih.” (HR Al Bukhari, dari Jabir).

Jadi “Subhanallah” dilekatkan dalam makna “turun”, yang kemudian sesuai dengan kebiasaan orang dalam Bahasa Arab.

Secara umum yakni menggunakannya untuk mengungkapkan keprihatinan atas suatu hal kurang baik di mana tak pantas Allah SWT dilekatkan padanya.

Penggunaan “Masya Allah” yang benar

Bagaimana dengan “Masya Allah”?
QS 18: 39 memberi contoh, ia diucapkan atas kekaguman pada aneka kebaikan melimpah; kebun, anak, dan juga harta.

Sungguh ini semua terjadi atas kehendak Allah; kebun subur menghijau jelang panen; anak-anak yang ceria menggemaskan, harta yang banyak. Lengkapnya; “Masya Allah laa quwwata illaa billah”, kalimat ke-2 menegaskan lagi; tiada kemampuan mewujudkan selain atas pertolongan Allah.

Dalam kebiasaan lisan berbahasa Arab pun demikian; mereka mengucapkan “Masya Allah” pada keadaan juga sosok yang kebaikannya mengagumkan.

Saya jadi ingin menyinggung sedikit tentang ‘ain.

‘Ain adalah pandangan mata jahat.
Penyakit ‘Ain adalah penyakit yang disebabkan oleh pengaruh buruk pandangan mata,yaitu pandangan mata yang disertai rasa takjub atau bahkan iri dan dengki terhadap apa yang dilihatnya.

Bayi yang baru lahir dan anak-anak sangat rentan terkena penyakit ‘ain. Apalagi kalau bayi/anak itu mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki bayi/anak yang lain, seperti kelucuannya,rupanya yang manis ,kesehatannya, dan lain-lain yang mengundang perhatian siapa saja yang melihatnya.

Tanda-tanda anak terkena ‘ain adalah menangis tanpa henti, kejang, tak mau menyusu, dan kondisi tubuh kurus kering.

Rosullulloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda : “Jika salah seorang dari kalian melihat sesuatu yang menakjubkan dari saudaranya, pada dirinya atau pada hartanya, maka doakan keberkahan padanya, karena sesungguhnya penyakit ‘ain itu haq (benar). (HR Ahmad).

‘Ain dapat terjadi meskipun tanpa kesengajaan pelakunya. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka disunnahkan bagi orang yang takjub memandang seuatu, untuk mengucapkan do’a-do’a berikut:

1. Mendo’akan keberkahan, misalnya dengan mengucap “Barokallaahu fiih”
2. “Masya Allah” atau lengkapnya adalah “Masya Allah, Laa quwwata illaa billaah”

Jadi saat kita melihat sesuatu yang mengangumkan, jangan lupa menambahkan kata “Masya Allah”, misalnya ketika melihat bayi yang lucu dan menggemaskan, kita berujar “Lucunya, masya Allah” atau mendapati anak yang sangat pintar, lalu berkata, “Pintarnya anak itu, masya Allah”. Hal ini untuk mencegah dari apa yang dinamakan ‘ain.

Demikianlah uraian tentang “Subhanallah” dan “Masya Allah”. Mari membiasakan diri untuk mengucapkan “Subahanallah” dan “Masya Allah” sesuai dengan tempatnya. Semoga bermanfaat

[sumber: 1. kultweet salimafillah yang diambil dari sini. 2. blog ummushofi]


----komen-komen yang aku suka untuk status ini:



  • Atik Herwening Widiyanti Beneeerrr bangettt. Perlu dimasyarakatkan nih. Sering risih kalau dengar yg kebalik2 gini. Duluuu pertama kali tahunya, pas ada wartawan koran nasional kita meliput perang di irak. Ketika menyaksikan bom yg meledak dr dlm hotel bersama2 orang lain, dan bom itu membumi hanguskan sebuah bangunan, wartawan indo mengucapkan "masya Allah". Nah, dia hampir dipukuli oleh orang2 lokal. Akhirnya masalah terpecahkan krn oleh orang Indo lain yg faham Arabic, orang2 lokal tsb diberi penjelasan ttg kesalahpahaman penggunaan 2 kata tsb di Indo.akhirnya wartawan itu nulis satu topik khusus ttg ini. Lucu juga ya, kenapa bs kebalik gt di Indo?



5 komentar

  1. baru tahuu mba. berarti selama ini salah ya penggunaannya. semoga ke depan bisa tepat menenmpatkannya. makasi sharingnya mba ade

    BalasHapus
  2. Asli baru tahu. Manfaat banget!

    BalasHapus
  3. Idem ma aku kok..ini aku posting utk ,engingatkan diri sendiri

    BalasHapus
  4. wah baru ngerti.. makasih mbak ade postingannya :)

    BalasHapus