Catatan akhir tahun 2012: Kesempatan Yang Kita Miliki



Ada banyak hal-hal yang tampaknya sederhana di atas muka bumi ini.


Menghirup udara pagi dengan leluasa dan merasakan aliran oksigen yang sejuk masuk menelusup ke seluruh jaringan paru-paru kita adalah sesuatu yang sederhana. Dan itu insya Allah akan menghadirkan kenyamanan yang tiada tara dalam diri kita untuk memulai hari.

Tersenyum pada mereka yang memiliki wajah ramah dan bersahabat, adalah sesuatu yang sederhana. Dan itu jauh lebih sederhana daripada memasang wajah cemberut sepanjang hari lalu dijauhi oleh semua orang.

Merasakan angin menerpa wajah ketika sedang berjalan dan membiarkannya menghapus peluh yang sedang mengalir, adalah sesuatu yang sederhana.

Tidak menjadi pemilih yang terlalu pemilih, juga sesuatu yang sederhana. Dan insya Allah pasti memberikan kemudahan  bagi kita dalam beradaptasi di mana saja.

Dan bagiku, aku punya  lebih banyak  lagi hal-hal sederhana yang aku sukai.

Aku suka es teh manis ketimbang aneka minuman lain yang pembuatannya lebih rumit, dan itu adalah sesuatu yang amat sederhana.  Murah lagi, dan nyaris tersedia di warung makan atau tempat yang menjual minuman di manapun.

Aku juga suka  jalan kaki ketimbang  naik kendaraan ketika  menuju ke sebuah tempat yang masih bisa aku tuju. Dan itu amat mendatangkan keuntungan karena insya Allah fisikku jadi lebih kuat dan aku punya kesempatan untuk melakukan pengamatan pada banyak hal di sepanjang perjalananku.

Aku tidak suka mengemil. Dan itu tentu saja sesuatu yang amat sederhana.  Kemanapun aku pergi, aku jarang tergoda untuk membeli gorengan, atau di waktu senggang sibuk mencari cemilan untuk mengisi waktu. Aku mencukupkan diriku makan kenyang di kala waktu makan tiba, apa saja aku bisa makan, tapi setelah waktu makan selesai, sudah.   Aku jarang  geratak mencari cemilan di jeda waktu kosong berikutnya.

Tapi.... pernah tidak terbayangkan jika sesuatu yang amat sederhana itu suatu hari akhirnya menjadi sesuatu yang terlalu sulit untuk diwujudkan?

Pernah tidak terbayangkan jika suatu hari nanti, kamu kehilangan hal-hal sederhana yang tidak dapat kamu lakukan seperti biasanya?
Dan di tahun 2012 ini, aku mendapatkan kenyataan, bahwa tidak selamanya hal-hal sederhana itu bisa mudah kita lakukan.
Semua berawal ketika di bulan Oktober, ketika aku baru saja ingin melangkahkan kakiku untuk memasuki taman dimana terdapat jogging track, tiba-tiba merasa tercekik dan kehabisan udara. Aku ingat itu adalah hari kamis, pukul 06.30 WIB. Hari baru saja dimulai sehingga pada pukul sekian itu semua orang sedang bersiap-siap untuk ke kantor atau ke sekolah sehingga taman pun sepi. Sementara aku semakin  merasa tercekik dan semakin merasa kehabisan udara.

Aku tidak dapat menghirup udara denga leluasa, bahkan meski aku berada di areal taman yang hijau dan rimbun dimana oksigen yang dihantarkan oleh dedaunan dari banyak pohon seharusnya terjadi.
Lalu aku oleng dan limbung karena  merasa gagal menghirup udara. Kering mendadak dan merasa ... hampa.

Ah. Begini rasanya ternyata ketika kita kehilangan hal paling sederhana untuk bisa dilakukan. Menghirup udara untuk bernafas adalah sesuatu yang amat sederhana tapi aku gagal melakukannya dan itu ternyata amat.... menakutkan.

Aku langsung berpikir itu adalah hari dimana akhirnya aku bertemu dengan ajalku. Bukankah demikian gambaran yang selalu ditampilkan dalam film-film adegan orang yang menghadapi sakaratul maut. Memegang leher seakan-akan sedang mempertahankan roh yang akan keluar dari ubun-ubun kepala. Seakan-akan cengkeraman kita di leher tersebut bisa menautkan setidaknya pergelangan kaki roh kita yang akan pergi dari tubuh kita. Aku sekarang tahu. Gambaran itu bukan berarti kita sedang berusaha menahan laju roh yang sedang meluncur keluar dari tubuh. Tapi karena rasa kering akibat kita gagal mendapatkan udara untuk bernapas. 

GAGAL  MENDAPATKAN UDARA UNTUK BERNAFAS, MEMBUAT KERONGKONGAN KITA TERASA SEPERTI TERCEKIK, TERJEPIT. DAN ITU AMAT MENAKUTKAN.


(belakangan aku tahu, bahwa ternyata aku menderita anemia  yang tidak main-main. Karena anemia ini, maka sel-sel darahku gagal menghantarkan udara ke otak dan akibatnya, otak pun terganggu aktifitasnya dan itulah yang membuatku oleng dan limbung dan gagal menghirup udara).

Rentetan kejadian setelah sakitku itu panjang.
Karena anemia  itu, maka aku dilarang dokter untuk minum Teh. Semua jenis teh termasuk.... es teh manis kesukaanku.  Minuman paling sederhana yang aku gemari.

Dan aku juga dilarang untuk berjalan kaki untuk jarak jauh seorang diri. Padahal, itu adalah hal sederhana yang sering aku lakukan dan senang aku lakukan.

Subhanallah. Dari sini aku memetik sebuah hikmah. Bahwa dalam kekuasaan Allah, hal sederhana ternyata bisa dibalik begitu saja menjadi sesuatu yang sulit. Dan sebaliknya, hal yang sulit dengan mudah bisa dibalik menjadi sederhana. Semua hal, segala sesuatu itu, terjadi karena kemurahan Allah untuk memberi  kepadaku, kamu, mereka, kalian, kita semua, sebuah kesempatan untuk bisa melakukannya.

Jadi... mari bersyukur jika kalian masih diberi kesempatan untuk melakukan apa saja, meski itu hal-hal yang amat sederhana. Sebelum kesempatan untuk melakukannya terhenti. Sebelum kesempatannya hilang.  Allahu'alam.
------
Penulis: Ade Anita (30 desember 2012)

Tidak ada komentar