Amunisi Baru


Kata orang, kita tidak boleh menyimpan sebuah luka di dalam hati terlalu lama. Biar bagaimanapun, sebuah luka yang tidak pernah diobati tapi terus dipelihara, kelak akan menjadi racun bagi tubuh kita.
Tapi....
Hmm. Aku selalu percaya bahwa semua luka akan ada obatnya dan pada akhirnya akan hilang dengan sendirinya. Yang diperlukan adalah kesabaran untuk menunggu.



Aku punya sebuah luka. Tidak pernah aku berusaha menghilangkannya. Aku sambut mentari pagi yang selalu terbit dengan tersenyum, melambaikan tangan pada para embun yang datang menyambut, lalu mulai bergerak mengisi hari. Aku amat percaya bahwa waktu itu adalah obat bagi lukaku ini.
Rembulan datang dan pergi. Awan berarak, berkumpul, menyebar di langit biru untuk kemudian buyar diserbu angin yang bergulung. Waktu terus datang dan pergi, dan itu nyata menjadi obat yang mujarab bagi semua luka-lukaku. Hingga yang adalah bekasnya saja yang terlihat menggurat samar. Tidak ada lagi rasa sakit, bahkan aku lupa bagaimana rasa sakit itu dahulu. Dan aku pun bisa ikut tersenyum bersama kedatangan matahari pagi yang senantiasa berseri.
Semua luka, kini sudah  menjadi sejarah.
Sebagai sejarah, dia memberiku banyak pelajaran berharga untukku menyikapi hidup ini sendiri.
Ya. Semua luka yang ada, aku kumpulkan menjadi satu, menumpuknya hingga membulat membentuk sebuah amunisi. Dengan amunisi inilah aku berani berteriak: "aku bisa!".
(Lalu pekan ini, amunisiku bertambah satu lagi, alhamdulillah. Mereka yang menolak keberadaanku, insya Allah akan menjadi amunisi baru untukku bergerak sendiri dan meraih keberhasilan atas izin Allah. Ya. Aku bisa! Insya Allah aku bisa!)
------- Penulis: ade anita.

13 komentar