Fallen

[Pernikahan] Film yang aku suka apa? Ada banyak. Tapi, film yang termasuk deretan film pertama yang aku tonton bersama dengan suamiku ketika awal kedekatan kami adalah film Pretty Woman yang dipopulerkan oleh Richard Gere dan Julia Robert.

Iya sih, ini film tentang seorang pria super tajir (Richard Gere) yang jatuh cinta pada seorang pelacur jalanan yang cantik jelita dan sebenarnya hidup miskin. Pertemuan mereka juga tidak sengaja sih, kebetulan saja mobil mewah yang dikendarai oleh Richard Gere mendadak mogok di depan Julia Robert yang sedang menjajakan tubuh di pinggir jalan besar. Kebetulan, Julia cukup mengerti bagaimana cara mengendarai mobil mewah tersebut. Sedangkan si Pria kaya terbiasa dilayani jadi tidak mengerti bahwa kesalahan dia dalam mengemudilah yang membuat mobilnya mogok. Jadi, si pria super kaya ini memberi bayaran pada pelacur yang ditemuinya ini untuk mengemudikan mobil ke apartemen super mewahnya.

Refleksi tahun 2011 # 1: bagaimana caranya untuk bahagia?

Udara dingin mulai menggigit seluruh pori-pori telapak kakiku. Perlahan, aku menyelipkan telapak kakiku ke bawah sepasang telapak kaki yang hangat di sebelah kakiku. Dalam sekejap, rasa hangat terasa menjalari seluruh telapak kakiku. Merambat terus ke seluruh kaki lalu ke sekujur tubuh.

Ini sebenarnya masalah yang sepele saja. Tentang sebuah pengorbanan sederhana yang dilakukan atas nama cinta. Hmm, kenapa tiba-tiba menulis tentang cinta? Baik, aku akan menjelaskan padamu. Tulisan ini aku buat untuk menjawab pertanyaan seorang teman, yang bertanya bagaimana caranya untuk merasa bahagia. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Maka, aku akan bercerita saja. Tentang apa yang aku dapatkan pada suatu malam ketika hujan sudah mengguyur sepertiga waktu malamnya.

Ayo Kita Protes

Pernah nggak sih merasa haknya diinjak-injak oleh orang lain?
Atau merasa sesuatu yang semestinya didapat tapi dihalangi berubah menjadi gumpalan yang menyesakkan dada?
Ah.
Saya pernah merasakannya. Dan rasanya amat sangat menyebalkan!!
Tidak ada cara lain yang harus dilakukan untuk situasi seperti itu adalah melakukan protes.

Tapi...
Bagaimana jika yang menahan hak kita itu adalah orang yang kedudukannya lebih tinggi dari kita?
Bagaimana jika yang menghalangi kita berjumpa dengan hak kita tersebut ternyata seseorang yang kita segani?
Jawabannya ternyata tetep saja sama, kita harus mengajukan protes.

Protes adalah cermin bahwa kita ingin keberadaan kita diakui oleh orang lain dan dihargai.
Bahkan para nabi dan Rasul pun pernah mengajukan protes keberatan ketika mendengar perintah dari Tuhan, dari Allah SWT.
Jadi, amat wajar jika kita sebagai manusia biasa mengajukan protes.
Yang tidak boleh itu adalah protes yang anarkie, atau menghasilkan kerusuhan, atau menggelindingkan bola salju yang digelontorkan dengan cara menghembuskan fitnah yang sesat dan menyesatkan.

"Jadi, kalau nggak suka, ya sudah, kalian harus protes."
"Protes itu apa?"
"Protes itu, kasi tahu ke orang yang kita nggak suka karena sesuatu, supaya orang itu mau berubah."
"Caranya?"
"Bisa ngomong langsung, bisa juga marah tapi cuma negur, bisa juga ngirim surat."
"Bisa juga demo." Sebuah suara celetukan keluar ikut urun rembug.
"Iya, demo juga boleh. Asal jangan merusak lingkungan."
"Seperti di tipi-tipi itu ya?"
"Iya, sayang." Lalu aku mengelus pipi halus putri bungsuku yang sedari tadi terus bertanya-tanya. Ada apa gerangan sih? Dia memang baru saja datang mengadu padaku karena diganggu kakak-kakaknya. Biasanya, aku memang tinggal mengeluarkan kata-kata saktiku, "Hei, sudah dong. Jangan ganggu adiknya terus." Lalu suasana damai kembali menyambangi rumahku. Tapi, kali ini , aku ingin memberi nasehat baru pada putri bungsuku yang baru berusia hampir 5 tahun (26 januari 2011 nanti dia tepat berusia 5 tahun). Yaitu, pentingnya untuk protes mempertahankan haknya jika ada yang mengganggu. Dia harus belajar untuk marah, belajar untuk mempertahankan miliknya, belajar untuk merebut sesuatu yang seharusnya menjadi miliknya. Bukankah umur manusia tidak dapat diduga? Kemana dia akan mengadu jika nanti aku sudah tiada?

Lalu, beberapa hari kemudian setelah aku mengajarkan dia pentingnya protes jika ada yang mengganggunya, terjadi kembali sebuah keributan di rumahku. Kali ini gara-garanya adalah, kakaknya merebut boneka Pooh yang sedang dia mainkan. Hmm.. sebenarnya, bukan merebut, tapi ingin bermain bersama tapi porsi pembagian pemilikannya tidak seimbang (hehehehe, ini bahasa pejabat nih, yang suka memperhalus sebuah situasi. Ada bakat jadi pejabat ya aku sepertinya? ^_^ )

JEDAR!
JEDUR!
Pintu dibanting mendadak setelah baru saja mereka saling sahut-sahutan. Lalu tiba-tiba senyap. Begitu senyap sampai aku sendiri bingung, "Hei, indahnya perdamaian. Cepat sekali mereka akur kembali. Alhamdulillah." Lalu, sambil masih memegang centong (karena memang aku sedang memasak), aku mengintip keduanya.
Olala... ternyata, sang kakak sudah asyik dengan televisi. Sedangkan sang adik, sedang asyik membuat sesuatu. Cepat aku ambil kamera dan diam-diam mengabadikan gambarnya. Sambil tidak lupa wawancara tanpa setahu objek yang aku abadikan gambarnya.

gambar satu dan dua di bawah ini ; Hawna sedang bekerja.







"Sedang apa?"
''Aku lagi nulis buat mbak Arna."
"Nulis apa?" (Hawna belum bisa menulis dan membaca).
"Nulis, Mbak Arna nggak boleh masuk kamar kalau boneka pooh madunya nggak dikembaliin ke aku. Kalau mau masuk kamar, boneka pooh madunya harus dikembaliin dulu ke aku. Pokoknya aku marah sama mbak Arna dan aku mau bonekaku kembali."
"Wahh..begitu panjang protesnya."
'Iya, panjang, biar mbak arna denger yang mau aku omongin." (pasti maksudnya tahu, bukan dengar..hehehe, namanya juga anak kecil)
"Tapi, kenapa kertas protesnya ada dua?"
'Iya, yang satunya lagi, tulisannya awas hati-hati nanti boneka poohnya kotor karena poohnya suka makan madu dan madunya itu kalau tumpah lengket jadi bisa datengin semut."
"Puanjang buanget sih nak isi protesnya. Coba ibu baca.. boleh kan?"
"Boleh.. tapi aku mau mbak arna sih yang baca."

Lalu, tok..tok..tok.. pintu dipukul-pukulnya dengan kepalan tangan mungilnya agar lem di kertas itu menempel dengan kuat di daun pintu. Setelah selesai, di depan pintu terlihat dua buah kertas. Ini isinya (tulisan pesannya sudah dibaca kan di atas?).






Perhatikan perbedaan kedua gambarnya. Gambar yang hanya ada satu sosok itu, adalah peringatan untuk boneka pook agar madunya tidak kecret kemana-mana. Sedangkan gambar yang ada dua sosok itu adalah protes untuk mbak arna.




------------
Penulis: Ade Anita. Maaf ya notesnya nggak penting, cuma pingin berbagi cerita saja kok. ^_^

Mengomentari Bacaan Yang Aku Baca

Ah. Ini cuma masalah selera.

Sudah beberapa hari ini, eh, bukan. Tepatnya, sudah beberapa bulan ini, aku vakum menulis. Bukan berarti berhenti sama sekali dari menulis. Tidak. Masih terus menulis, karena menulis itu sudah menjadi candu untukku. Jadi, jika tidak menulis sama sekali dalam satu pekan itu, rasanya hidup jadi terasa hampa dan terasa ada yang hilang dari diriku. Mungkin karena menulis itu adalah hobbi yang amat sangat aku manjakan. Jadi, jika dia datang memanggil aku segera akan datang memenuhinya.

Terkait dengan kegiatan penyaluran hobbi menulis tersebut, ada Soul Mate dari hobbi menulis yang juga harus dilakukan. Artinya, jika keberadaan pasangan menulis ini tidak dilakukan, maka seorang penulis tidak akan pernah bisa menulis karena mereka memang ditakdirkan untuk bersama. Soul Mate dari menulis adalah kegiatan membaca dan mengamati. (Hm... memang rada poligami nih si menulis). Tiga serangkai ini harus senantiasa berjalan beriringan. Jika salah satu tidak dikerjakan, maka yang terjadi adalah ketimpangan yang akan membawa bencana bagi penulis itu sendiri.

Saya selalu punya cara unik untuk mengamati segala sesuatu di sekitar saya. Rajin ngobrol kiri kanan, suka mancing-mancing lebih dalam sebuah rahasia orang lain, terlibat lebih dalam dengan masalah dalam negeri orang lain, dan juga menjalin relasi komunikasi dengan banyak orang dan banyak komunitas. Segala sesuatunya sering saya tulis di dalam notes handphone saya. Itu sebabnya, meski gaptek total, saya tetap memerlukan diri untuk memakai handphone yang sedikit canggih hanya karena mereka memiliki fasilitas untuk menulis cepat, menyimpan data mentah tersebut dan mentransfernya dengan mudah ke PC di rumah untuk diolah kemudian. Jika suatu hari handphone tertinggal atau habis batterenya, maka saya sudah menyiapkan rencana B untuk menulis moment menarik yang ingin saya abadikan. Di dalam dompet saya, selalu tersedia sebuah pulpen mini (amat mini karena bisa disimpan di dalam dompet koin) dan saya juga tidak pernah membuang kertas struk pembayaran. Hehehehe.... yang terakhir ini lebih karena proyek idealis.

Coba deh perhatikan struk pembayaran yang anda terima dari kasir. Di bagian belakangnya selalu tersedia lembar kosong kan? Nah.. padahal, untuk menghasilkan kertas yang sepertinya tidak berguna ini, sudah berapa batang pohon di hutan kita yang ditebang? Itu sebabnya kertas struk ini selalu saya simpan karena sering saya gunakan kembali untuk menulis macam-macam. Menulis daftar belanjaan, menulis nomor telepon atau alamat rumah jika bertemu dengan seorang teman dan ingin tuker-tukeran alamat, dll. Nah... Kertas ini juga yang saya gunakan untuk menulis sebuah moment yang berpotensi untuk menjadi tulisan karena di pandangan saya sarat dengan sebuah hikmah.

Sedangkan untuk kegiatan membaca, saya memerlukan diri untuk menyediakan dana spesial, khusus untuk membeli buku. Dahulu sebenarnya saya berlangganan beberapa majalah wanita (karena suami juga berlangganan beberapa majalah yang dia sukai dan itu bukan majalah wanita). Tapi, dalam perkembangannya, saya mengamati sesuatu telah terjadi pada penyajian tulisan di majalah wanita tersebut. Apa yang terjadi? Yaitu, ternyata banyak penulis artikel di majalah wanita tersebut yang terkena penyakit malas menghasilkan tulisan yang berkualitas. Kebanyakan dari mereka banyak yang menulis Copy Paste sesuatu yang tersebar di internet, lalu membumbuinya dengan kalimat-kalimat pengantar atau penghubung. Menghiasinya dengan tata letak dan gambar dan WOALA... jadilah sebuah artikel. Fuih. Menyebalkan. Mending saya browsing internet saja sekalian, unlimited ini.

Akhirnya, saya berhenti berlangganan majalah wanita. Melirik tabloid, huff, hanya wartawan gosip yang rajin memperbaharui tulisan mereka dengan gosip baru. Apa bedanya dengan infotainment di televisi yang jam tayangnya dari pagi hingga tengah malam berganti-ganti di beberapa channel itu?

Pada akhirnya, buku adalah pilihan yang paling menjanjikan untuk bisa membuka cakrawala dan merefresh pengetahuan.

Dalam perkembangannya saat ini, ternyata saya bertemu dengan cara membeli buku baru dengan mudah. Yaitu dengan cara barter buku dengan sesama penulis. Jadi, saya punya koleksi buku ini ini ini, dan mereka punya koleksi buku itu itu itu. Saya memilih buku yang saya inginkan, dan dia pun demikian. Lalu kami barter. Insya Allah sama-sama happy karena kami hanya mengeluarkan ongkos kirim saja.

Akhirnya koleksi buku saya bertambah tanpa terasa dan diseling dengan berbagai kegiatan dan ketahanan fisik, saya mulai melahap membacanya satu persatu. Dan inilah komentar saya (yup, sekali lagi, ini hanya masalah selera):

Yang pertama. Jujur. Saya ternyata tidak begitu menyukai buku yang memasukkan banyak sekali syair lagu di dalam tulisannya. Menurut saya ini sebuah manipulasi tingkat yang paling rendah sekali. Bayangkan jika dalam satu bab yang terdiri dari dari 6 halaman, dua lembarnya terdiri dari syair lagu yang ditulis layaknya sebuah syair yang harus dinyanyikan oleh kelompok paduan suara. Huff... kenapa nggak sekalian saja menuliskan partiturnya jadi bisa dimainkan oleh pembacanya? Dengan begitu kan tulisan tersebut akan menjadi 10 halaman? Mentang-mentang sekarang dituntut harus menulis novel atau buku minimal 150 halaman, masa lagunya 50 halaman sendiri? (Itu sebabnya setiap kali ingin membeli buku, saya usahakan untuk mengintip dahulu di dalamnya, ada banyak sisipan lagu nggak ya? Karena, saya memang ingin mengeluarkan uang untuk membeli buku yang memuaskan mata, bukan ingin membeli buku lagu).

Yang kedua, saya juga tidak menyukai ternyata, buku yang banyak memasukkan kutipan orang lain kelewat banyak. Aduh!! Tolong deh, ini kan sedang membaca novel bukan sedang membaca makalah?

Misalnya begini (ini hanya rekaan saya saja ya, untuk ngasi gambaran betapa nggak enaknya baca novel yang mirip makalah):

Aku termangu menatap buku yang terpampang di hadapanku. Kipas angin yang mengantarkan segelontor angin langsung menyibak halaman yang terpentang hingga mataku bisa leluasa membacanya. Buku itu seperti godam yang memukul-mukul kepalaku. Mengingatkanku pada peristiwa tempo hari yang seperti menari-nari di depan mata. Perih itu kembali terasa. Di buku itu tertulis:
Butir-butir pancasila sila pertama adalah:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
(7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

hehehehehhe.... ini contohnya. Tuh, kesel kan berasa jadi baca makalah.

Dari dua hal di atas, ada satu kesalahan fatal dari banyak penulis adalah, mereka sering lupa untuk menulis sumber dari mana mereka mengutip. Seperti lagu misalnya, kok saya tidak melihat catatan kaki siapa penyanyi aslinya, judul lagunya dan tahun berapa lagu itu dikeluarkan dan lewat label apa ya? Habiburrahman El Shirazy alias Kang Abik, senantiasa tertib menuliskan kutipan puisi atau lagu yang dia kutip loh. Hebat kan beliau. Sedangkan untuk sebuah makalah, wajib menuliskan narasumber kutipan (tapi ini niatnya nulis novel kan, bukan nulis makalah?)

Yang ketiga (dan karena saya menulisnya sudah terlalu banyak jadi menjadi yang terakhir), saya tidak suka dengan kumpulan puisi yang puisinya garing. Aduh...Arrrggghhh... mau marah rasanya membacanya. Jujur, saya tidak bisa menulis puisi. Mungkin karena saya punya kecenderungan untuk menulis banyak (makanya kalau disuruh nulis flash Fiction nyerah), saya selalu memandang kagum pada para penyair atau penulis yang mampu menulis puisi yang indah-indah.

Membuat puisi itu susah. Kita harus merangkum sebuah rasa yang berjuta cukup dengan beberapa penggal kata saja. Lalu menaruh ruh di dalam beberapa penggal kata itu. Ini yang sulit. Itu sebabnya, meski hanya beberapa kalimat pendek, tapi kesan yang ditimbulkan dari sebuah puisi sering terasa membekas amat dalam bagi pembacanya. Dan saya termasuk seorang penikmat puisi. Setiap kali membuka facebook, ada beberapa notes dari beberapa sahabat yang selalu saya buka. Bahkan, jika sedang merasakan kejumudan untuk menulis karena tuntutan deadline yang mendesak sementara mood belum juga tertangkap, maka saya selalu mampir ke notes beberapa sahabat tersebut. Selalu ada padang rumpun hijau yang saya temui ketika mampir ke notes mereka, ada air terjun jernih, ada kicau burung dan langit biru.. semuanya menyegarkan pikiran dan menenangkan hati hingga inspirasi bisa kembali muncul dan kejumudan bisa ditanggulangi. Itu sebabnya dalam list teman, saya membuat list khusus dengan nama "teman penyair". Syaiful Alim, Cepi Sabre, Arther Panther Olie, Faradina Izdhihary, Fajar Alayubi, dan sebagainya adalah deretan teman yang masuk list Teman Penyair saya.

Lalu, apa yang terjadi ketika menerima sebuah buku kumpulan puisi dan ketika membacanya saya banyak membaca puisi yang garing? Aduh... dari sebuah tempat yang damai, tentram dan penuh inspirasi, saya seperti terlempar ke tempat yang tandus dan gersang. Bahkan saya pernah membanting sebuah buku yang sudah terlanjur saya beli, dengan harga yang lumayan, karena memuat puisi yang amat buruk. Kesal.

Itu sebabnya, secara jujur saya selalu merekomendasikan beberapa buku untuk dibaca kepada teman-teman dan sekaligus kadang merekomendasikan juga beberapa buku yang sebaiknya tidak usah dibeli atau tidak usah dibaca kepada teman-teman. Sekali lagi.. ini masalah selera.

Yup, ini cuma masalah selera. Selera dari seorang Ade Anita yang sok tahu dan sering sok idealis (masih inget kan kasus kertas struk? hehe... jika kalian kenal saya lebih dalam, kalian bisa tahu seberapa sok idealisnya saya, mungkin sebelas duabelas dengan freak). Maafkan jika ada yang tersinggung dengan tulisan ini. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun. Sungguh.

----------------
Penulis: Ade Anita.

Dia yang kusayang

[Keluarga] Entahlah. Setiap kali melihat dia datang, aku selalu merasa memiliki rasa sayang yang berlimpah yang tiba-tiba tumbuh dan memenuhi seluruh isi rongga dadaku. Dia yang aku sayang.

Perempuan itu, perempuan hitam manis dengan tubuh yang langsing. Setiap hari dia datang dengan keringat yang berbutir-butir di seluruh permukaan pelipis dan wajahnya. Aku tidak pernah melihatnya marah, menggerutu atau memasang wajah sedih. Dia selalu terlihat tabah dan bahagia.

Fallen

I can't believe it, you're a dream comin' true.
I can't believe how I have fallen for you.
And I was not looking, was content to remain.
And it's ironic to be back in the game.

You are the one who's led me to the sun.
How could I know that I was lost without you...

And I want to tell you, you control my rain..
And you should know that you are life in my veins.

You are the one who's led me to the sun.
How could I know that I was lost without you...

I can't believe it, you're a dream comin' true.
I can't believe how I have fallen for you.

And I was not looking, was content to remain.
And it's erotic to be back in the game.

http://www.youtube.com/watch?v=rAGtATC82OI

ternyat aasyik ya

Jujur nih.. selama ini aku nulis blog buat iseng-iseng aja. Ini gara-gara gaptek. Dulu, aku nggak bisa masukin foto, gambar atau apapun ke blog ini selain masukin tulisan aja. Ya sudah, karna nggak ngerti aku pun memperlakukan dia sebagai sebuah memory internal untuk semua tulisanku, termasuk tulisan di ... tapi, belakangan, setelah ngobrol sana ngobrol sini dengan beberapa orang, ternyata nulis di blog itu asyik juga ya.

Karena blog punya keistimewaan dibanding diary. Yaitu, bisa masukin gambar dan link. Yiippiii... mana bisa kita masukin kedua hal ini ke diary kita.

dan keistimewaan lain adalah, tulisan di blog itu dibaca orang. nah.. nah.. ini yang harus diwaspadai. Artinya, kita nggak bisa asal cablak kan? hehehe.

Okeh.. berarti mulai sekarang aku mau serius nulis di blog ini. Asyik sih ternyata.

Mengenal Cerpen by Rurin Kurniati

Rurin Kurniati created a doc.
Mengenal Cerpen


I. PENGERTIAN CERPEN
Cerpen adalah cerita pendek yang memiliki satu cerita atau peristiwa yang diungkapkan di dalamnya, atau mengandung satu persoalan dan satu kesan, yang keseluruhannya dibaca secara singkat atau sekali duduk yang biasanya menghabiskan waktu 10-15 menit.

II. KARAKTERISTIK CERPEN
Cerpen memiliki karakteristik (ciri khas) utama sebagai berikut :
1. Konflik : tunggal
Sebagaimana pengertiannya, konflik tunggal identik dengan “satu persoalan dan satu kesan”. Konflik / persoalan terdiri atas:
a. Konflik personal, semisal konflik psikologis
b. Konflik antarpersonal, misalnya konflik dengan orang lain
c. Konflik situasi, misalnya konflik diri dengan situasi sekitar, entah dengan situasi sosial, politik, ekonomi, bencana alam, dll.
2. Tokoh utama : tunggal
Ada satu tokoh utama dalam cerpen, dan tokoh tersebut bisa tunggal (aku, saya, kamu, dia, si A), bisa pula dalam jumlah tertentu.
Tokoh utama pun tergolong dua jenis :
a. tokoh manusia
b. tokoh yang dipersonifikasikan, misalnya hewan, tumbuhan, benda-benda, dll.
Penempatan tokoh utama dalam cerpen sebaiknya pada permulaan (bagian awal) cerpen.
3. Waktu : Peristiwa / cerita berdurasi maksimal 2 tahun.
Penulisan Fiksi Josip Novakovich (2003) mengatakan, cerpen meliputi waktu dari beberapa menit, hari sampai satu atau dua tahun; umumnya tidak lebih dari dua tahun. Senada dengan yang pernah dikatakan Sastrawan Raudal Tanjung Banua ketika beliau menjadi Juri dalam Lomba Menulis Cerpen tingkat Pelajar se-D.I. Yogyakarta (2004), cerpen meliputi kurun waktu hingga dua tahun.
Apabila pengarang hendak memasukkan masa silam, biasanya bisa berupa “cerita flashback” atau disusupkan dalam sepenggal ingatan tokoh.
4. Karakter kata : 500 -5.000 kata, bahkan ada juga cerpen yang berisi 30.000 kata (ratusan halaman!).

III. PETA CERPEN
A. PERMULAAN (5-10%)
1. Perkenalan
2. Perkembangan Konflik
B. BAGIAN TENGAH (80-90%)
1. Masuk ke Konflik
2. Ketegangan (Suspense)
3. Klimaks
C. BAGIAN AKHIR (5-10%)
1. Penyelesaian konflik
2. Antiklimaks
3. Kejutan (Surprise)
PERMULAAN / PENGENALAN / INTRODUCTION / PROLOG (5-10 %)
1. Perkenalan
Perkenalan atau pembukaan cerpen ini menuturkan perihal apa, siapa, di mana, kapan dan mulai masuknya konflik. Perkenalan tidak usah diceritakan bertele-tele. Lebih cepat, tepat dan ringkas bagian ini lebih baik.
2. Masuk ke Konflik
Konflik secepatnya dimunculkan. Konflik merupakan unsur yang menimbulkan persoalan dalam cerita. Ada sesuatu hal yang menarik sehingga pengarang merasa perlu menuliskannya. Menulis cerita adalah menemukan masalah, menemukan persoalan, menemukan konflik. Seorang penulis adalah seorang pencari masalah!
PERKEMBANGAN / PENGURAIAN KONFLIK (80-90 %)
1. Perkembangan Konflik
Konflik ini dapat terjadi dalam diri manusia atau hubungan manusia dengan lingkungannya. Konflik dalam diri manusia itu sendiri, antara lain kejiwaan, spiritual, falsafah dan seterusnya. Konflik manusia dengan lingkungannya, antara lain konflik sosial, konflik fisik, dan seterusnya. Pengolahannya harus tetap terfokus pada satu konflik atau satu persoalan.
2. Ketegangan (Suspense)
Pengarang harus mahir dalam menyusun serentetan ketegangan (suspense) yang menarik pembaca sehingga dalam benak pembaca akan muncul pertanyaan : “Apa yang akan terjadi kemudian?”
3. Klimaks
Bagian ini menantang pengarang untuk unjuk keterampilannya. Pada bagian ini pengarang menggiring semua bahan cerita menuju suatu klimaks cerita.
Di sini pun akan muncul konflik/masalah lainnya (yang masih berhubungan dengan cerita), sehingga dari kalimat dan paragraf itu akan memancing pertanyaan: “Apa lagi yang akan terjadi? Apa lagi? Apa lagi?”
PENGAKHIRAN / ENDING / EPILOG (5-10 %)
1. Pemecahan / Penyelesaian Klimaks Konflik
Setelah cerpen diisi dengan konflik dan ketegangan mencapai suatu klimaks, pengarang melakukan pemecahan / penyelesaian terhadap klimaks konflik. Apakah konflik yang memunculkan suspense dan klimaks dapat diantisipasi? Atau pembaca berpikir, “Bagaimana penyelesaiannya? Akan beginikah? Akan begitukah?”
Misalnya, apakah murid bandel itu akan bertobat? Apakah guru yang baik itu bisa sembuh dari penyakit? Apakah penjaga sekolah itu akan sanggup membuktikan bahwa hantu itu ternyata adalah permainan iseng murid-murid?
2. Antiklimaks
Alur cerita menggiring pembaca dari sajian pemecahan klimaks menuju akhir dari cerpen, “Bagaimana akhirnya?”
3. Kejutan (Surprise)
Kejutan (surprise) di akhir cerita juga dapat membuat cerita menjadi menarik, memberi kesan tersendiri bagi pembaca. Pengarang harus mengolah akhir cerpennya agar alur berpikir pembaca mengenai keseluruhan cerpen pada akhirnya menemukan suatu surprise. Ketika pembaca menebak-nebak (mungkin membuat suatu kesimpulan) akhir cerita “akan begini-begitu”, surprise bisa mengecoh tebakan itu sehingga memberi kesan tersendiri bagi pembaca. Surprise bisa saja berupa perkembangan suspense yang tak diduga-duga oleh pembaca.
Contoh
Konon ada seorang raja yang sangat mencintai isterinya. Mereka saling mencintai dan amat bahagia. Rakyat ikut bahagia. [Pengenalan]
Pada suatu hari sang permaisuri jatuh dari kuda tunggangannya ketika mereka berdua sedang meninjau kebun anggur. Sang permaisuri menderita luka yang sangat parah, sehingga ia meninggal dunia. Raja amat sedih. Ia merasa telah kehilangan segalanya. [timbulnya konflik]
Hari-hari berikutnya sang raja tak sanggup menanggulangi kesedihannya. Lantas ia mengurung diri dan tidak mau makan. Kondisi kesehatannya mulai menurun. Tubuhnya lemas dan jatuh sakit. Dalam sakitnya ia terus mengigau, memanggil istrinya. [klimaks]
Raja tak kuat mengatasi sakit dan rasa kehilangannya. Akhirnya sang raja wafat karena duka-lara. [pengakhiran]
Konflik utama cerita adalah konflik batin dalam diri sang raja, dan konflik itu menimbulkan suspense: bagaimana akhir hidup sang raja?

IV. UNSUR-UNSUR CERPEN
A. Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik disebut juga unsur-unsur dalam cerpen, atau juga struktur cerpen. Unsur-unsur ini terdiri dari: 1) alur, 2) tokoh, 3) lokasi, 4) waktu, 5) suasana.
1) Alur / Plot
Alur/plot adalah perjalanan cerita dari awal sampat akhir, yang terdiri dari :
a. Plot Terbuka
Alur/Plot yang memberi kesan “tidak tamat”, “bersambung”, yang biasanya disengaja oleh pengarang untuk memberi kesempatan pembaca mengisinya sendiri dengan imajinasi pembaca.
b. Plot Tertutup
Alur/plot ini umumnya pada cerita untuk anak-anak, baik itu berakhir dengan bahagia ataupun sedih.
2) Tokoh / Penokohan
Cerita memiliki tokoh atau dibalik, tokoh memiliki cerita. Dalam cerpen, tokoh / penokohan berupa :
a. Manusia (aku, kamu, dia, mereka, si A, si B, dst), baik sebagai protagonis, antagonis, maupun peserta tokoh dan lain-lain, mempunyai latar belakang : usia, status sosial, ekonomi, budaya, karakter, psikologis, dll.
b. Personifikasi (hewan, tumbuhan, benda-benda, dst yang “dimanusiakan”)
3) Lokasi / Tempat
Setiap cerita memiliki lokasi / tempat (di mana). Di mana cerita itu terjadi? Maka seorang pengarang sebaiknya benar-benar mengolah lokasi/tempat sedemikian rupa, yang bertujuan :
a. Lokasi untuk memperkuat kesan cerita (tokoh, konflik, suasana, aliran/gaya, dst)
b. Lokasi sekadar tempat terjadinya cerita
4) Waktu
Setiap cerita memiliki waktu (kapan). Kapan cerita itu terjadi? Maka seorang pengarang sebaiknya benar-benar mengolah waktu sedemikian rupa, yang bertujuan :
a. Waktu untuk memperkuat kesan cerita (tokoh, konflik, suasana, aliran/gaya, dst)
b. Waktu sekadar petunjuk kapan terjadinya cerita
5) Suasana
Suasana merupakan bagian dari cerpen yang memberi gambaran :
a. Kondisi atau situasi tertentu dalam cerpen, misalnya ramai, sepi, bau, semrawut, gelap, penuh cahaya, dan lain-lain.
b. Perilaku dan interaksi tokoh-tokoh yang menimbulkan suatu keadaan, misalnya mencekam, penuh tawa, bermusik, menjengkelkan, ramai, sepi, dan lain-lain.
B. Unsur Ekstrinsik atau unsur di luar cerpen, misalnya siapa pengarangnya, kapan cerpennya dibuat, bagaimana proses kreatifnya, dan lain-lain.

V. RUANG CERPEN
Ruang cerpen terbagi dua :
1. Ruang cerpen di halaman media massa
Umumnya media massa (koran, majalah) menetapkan ukuran cerpen yang akan mereka terima adalah berkisar 4-6 halaman kuarto, ukuran font 12, diketik spasi rangkap/ganda. Ada juga yang bisa sampai 8 halaman (Harian KOMPAS).
Media massa lainnya mematok 6 halaman kuarto, ukuran font 12, dan diketik dengan spasi 1 ½. (Harian Pagi Sinar Harapan).
Namun sebaiknya perhatikan dulu ukuran cerpen yang ditetapkan oleh suatu penerbitan media.
2. Ruang cerpen di halaman buku atau juga situs pribadi di internet
Wilson Nadeak pernah mengatakan (1989), ada cerpen yang panjangnya sampai 30.000 kata atau ratusan halaman.
Namun demikian, ada seorang pengarang membuat cerpen yang sama sekali tidak memperhitungkan lagi berapa kata dan lembar halaman. Kemudian medianya berupa buku atau internet. Persoalannya bukan pada panjang-pendeknya, melainkan esensi cerpen (konflik tunggal, cerita tunggal, durasi 2 tahun, dst) yang sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.
--oo000oo--
DAFTAR PUSTAKA:
Atmowiloto, Arswendo. Menulis itu Gampang. Jakarta: PT Gramedia, 2001
Cerpen Pilihan KOMPAS. Kado Istimewa. Jakarta: Harian KOMPAS, 1992.
Nadeak, Wilson, Drs. Bagaimana Menulis Cerita Pendek. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1989.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1986.
Sumardjo, Jakob. Catatan Singkat Tentang Menulis Cerpen. Cet. 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001
Sumber: Gus Noy

coba coba ya..


Photo Cube Generator

Persembahan Cinta

by Ade Anita on Thursday, 22 December 2011 at 22:15
Sepanjang hari ini, ada sesuatu yang aku tunggu dengan rasa hati yang harap-harap cemas. Sesuatu yang tidak bisa aku bayangkan. Tidak. Lebih tepatnya, tidak ingin aku bayangkan. Ya. Karena aku seorang pecinta kejutan.
Ah. Mungkin kalian belum tahu, kenapa aku memulai tulisan ini dengan deretan kalimat di atas. Baik, aku akan ceritakan kronologis tulisan ini dibuat. Tulisan ini bermula ketika kemarin, aku menulis di status facebookku dengan tulisan seperti ini:


Ade Anita

‎"Eh.. besok hari apa bu?" hawna tiba-tiba bertanya dengan wajah seperti tersadar akan sesuatu.
"hari kamis."
"Tanggalnya?"
"22 desember."
"Oh.. berarti hari ibu dong. Ingetin aku ya bu, karena aku mau ngasi hadiah buat ibu." (sebagai seorang ibu yang belum bisa melepas jiwa materialistiknya, mataku kontan terbelalak dan hatiku girang melompat mendengarnya).
"Hadiah apa?" (mata berbinar-binar bertanya)
"Aku mau bikin kue yang bikin ibu kurus." (kelopak bunga yang mekar di hatiku langsung rontok satu demi satu. Kue apa yang bikin kurus? duh... mau bersenang-senang saja kok ya susah)...

(ceritanya bersambung besok... kita lihat apa surprise yang akan dia berikan)Like · · Yesterday at 15:43 near Jakarta



Nah... nah. Dengan sebuah “clue” yang begitu unik, hati ibu siapa yang tidak penasaran? Dan demikianlah aku sejak pagi. Menanti dengan sabar kejutan apa yang akan terima.

Kebetulan, pagi ini aku harus mengambil raport Hawna ke sekolah. Sejak hari selasa, Hawna sakit jadi tidak masuk sekolah. Ternyata, di hari Rabu, kelas Hawna ada kegiatan tambahan. Yaitu, setiap anak membuat kartu istimewa untuk ibu mereka, menulisnya dengan tulisan tangan mereka sendiri kalimat yang ingin mereka ucapkan sebagai rasa terima kasih untuk para ibu mereka. Sehingga, ketika hari ini, Kamis, 22 Desember 2011, kami, para ibu (ini hari kerja jadi yang mengambil raport memang para ibu atau nenek atau kakek bagi yang ibunya bekerja.. tidak ada pembantu, apalagi supir atau tetangga), selain menerima raport dari anak-anak juga menerima kartu cantik dari anak kami. Sayangnya, karena Hawna tidak masuk sekolah, dia “istimewa” ketimbang anak lain di kelasnya. Dia tidak bisa memberikan kartu cantiknya untukku. Tapi dia memberikan senyumnya yang paling manis untukku di pagi hari sambil mencium kedua pipiku dan mengucapkan “ibu, selamat hari ibu ya.”

Akhirnya, pulang sekolah, setelah ganti baju rumah, Hawna langsung sibuk mencari kertas dan alat tulis.

“Untuk apa?”
“Aku mau bikin sesuatu untuk ibu.”
“Hawna butuhnya apa?”

Lalu dia menyebut beberapa benda yang dibutuhkan dan aku pun menyediakannya dengan suka cita. Setelah semua benda-benda itu terkumpul, dia lalu mulai menekuni kertas putihnya dan mulai menulis. FYI: Hawna baru kelas satu sekolah dasar, jadi untuk menulis dan membaca dia masih mengeja. Jadi, meski dia menutupi kertasnya dengan tubuhnya agar aku tidak bisa mengintip, meski dia berusaha keras berbisik (tapi dia belum bisa berbisik dengan suara bisikan, jadi bisikannya masih agak keras), aku tetap bisa mendengar untaian kalimatnya. Belum lagi ketika dia kesulitan mengeja sebuah kata dan terpaksa bertanya padaku.

“Bu, kalau ‘harap’ itu pake ‘b’ atau pake ‘t’?
“Bukan semua, tapi pake ‘p’. Jadi h-a-r-a-p.”

Uh. Aku seorang pecinta kejutan, dan akhirnya jadi risih sendiri jika harus mendengar tahap demi tahap sebuah kejutan yang akan diberikan seseorang padaku.

“Hawna, ibu tinggal nyuci baju aja ya. Hawna berani kan sendirian? Nanti kalau sudah selesai, bilang saja. Oke?”

Akhirnya, aku pun memisahkan diriku dari dia. Menjauh, demi menjaga kejutan agar tetap jadi kejutan.

Satu jam kemudian, Hawna menyusulku ke tempat mencuci pakaian sambil senyum-senyum. Tapi, dia tidak membawa apa-apa. Loh? Mana kartu yang sedang dia tulis tadi? Apa jangan-jangan batal? Apa jangan-jangan dia tidak mengeja dan gagal menulisnya hingga akhirnya mengurungkan niatnya untuk menulis kartu ucapan untukku? Aduh.... Jujur, aku sedikit kecewa. Kejutanku terlepas begitu saja. Tapi... hei! Aku langsung membenci diriku sendiri. Kenapa harus berharap sih? Apapun yang dia berikan atau tidak ingin dia berikan, bukan hakku untuk menuntutnya. Aku ikhlas untuk apapun yang aku berikan untuknya dan tidak ingin merusak rasa ikhlas itu dengan harapan dia akan membalasnya. Diam-diam, aku istighfar. Berharap pahala ikhlasku selama ini tidak menguap hanya karena perkara ingin balasan dari anaknya.

“Bu, aku bantuin ibu nyuci baju ya?”

Hawna bertanya malu-malu masih dengan senyum manisnya yang tidak lepas dari wajahnya. Dia giat membantuku mencuci baju (lebih tepat disebut main air sebenarnya). Lalu ketika aku sedang menjemur, karena tali jemuran letaknya tinggi, maka dia hanya menatap semua jemuran itu dijemur.

“Ibu, aku bantu apa lagi nih?”
“Eh, udah nak. Sudah beres semua. Ini tinggal dijemur kok.”

Aku masih sibuk menjemur dan tinggallah dia sendirian menonton aku menjemur pakaian hingga tiba-tiba dia kembali bertanya:

“Ibu, aku bantu ibu bersihin embernya ya?”
“Hah? Embernya? Buat apa?” (sambil menatap ember-ember bekas cucian yang memang sudah lusuh. Karena sudah selesai mencuci, maka semua ember itu aku balik posisinya. Dengan posisi terbalik, tampaklah pantat ember yang berlumut. Aku tidak pernah ambil pusing dengan lumut-lumut itu.)
“Biar bersih. Aku soalnya hari ini mau bantuin ibu. Kan hari ini hari ibu.”

SPLASH... entah mengapa aku jadi terharu mendengar pengakuannya yang polos ini. Aduh, kenapa tadi aku meragukan ketulusan hatinya? Langsung saja aku raih tubuh mungilnya dan aku cium dia bertubi-tubi. Rasa sayangku benar-benar meluap.

Lalu, ketika sore sudah tiba dan semua pekerjaan rumah sudah beres. Dia pun diam-diam memberikan sebuah kertas putih HVS kepadaku.

“Bu, ini buat ibu.”

Perlahan, aku membacanya... kalian ingin membacanya juga? Ini.. silahkan.







Nah, tulisan di atas itu, di samping syair lagu yang dia berikan, adalah tulisan dengan bunyi “lagu ini dimulai” tapi karena dia melihat petunjuknya mengarah ke suatu arah maka dia pun menulisnya mengikuti arah tanda panah. Jadi, dia menulisnya terbalik menjadi “ialumid ini ugal”....

Aku hampir tertawa melihat dia menulis terbalik, tapi sesaat kemudian aku berpikir... ini hebat nggak sih, kok dia bisa mengeja secara terbalik? Menurutku sih luar biasa.

Dan malam ini, belum cukup rasanya semua persembahan cinta yang dia berikan padaku. Ketika menonton Opera Van Java, dia memberiku sebuah kue. Kue Biskuat Coklat ukuran mini (yang mungkin harganya Rp1000 di warung).




Isi kuenya sudah hancur lebur, karena dia mendapat dan menyimpan kue ini sudah lama, dia simpan untuk dia berikan padaku di hari ini. Tertimpa buku-buku pelajarannya, kena ombang ambing isi tasnya yang berat, dan mungkin juga tanpa sengaja terduduk olehnya. Aku yakin jika aku membuka bungkusnya, yang akan aku temui hanyalah remah-remah. Tapi... itu tidak akan mengurangi rasa terharuku atas semua persembahan cinta yang dia berikan padaku. Aku menghargai semua usaha dia untuk menunjukkan rasa sayangnya padaku. Dan rasa sayangku padanya, kian bertambah besar hari ini dan insya Allah besok-besok juga.

I love you anak-anakku.
==============
Penulis: Ade Anita (yang sedang merasakan luapan rasa cinta di dalam hati, hari ini, di hari ibu, 22 desember 2011)
Persembahan Cinta
by Ade Anita on Thursday, 22 December 2011 at 22:15
Sepanjang hari ini, ada sesuatu yang aku tunggu dengan rasa hati yang harap-harap cemas. Sesuatu yang tidak bisa aku bayangkan. Tidak. Lebih tepatnya, tidak ingin aku bayangkan. Ya. Karena aku seorang pecinta kejutan.
Ah. Mungkin kalian belum tahu, kenapa aku memulai tulisan ini dengan deretan kalimat di atas. Baik, aku akan ceritakan kronologis tulisan ini dibuat. Tulisan ini bermula ketika kemarin, aku menulis di status facebookku dengan tulisan seperti ini:


Ade Anita

‎"Eh.. besok hari apa bu?" hawna tiba-tiba bertanya dengan wajah seperti tersadar akan sesuatu.
"hari kamis."
"Tanggalnya?"
"22 desember."
"Oh.. berarti hari ibu dong. Ingetin aku ya bu, karena aku mau ngasi hadiah buat ibu." (sebagai seorang ibu yang belum bisa melepas jiwa materialistiknya, mataku kontan terbelalak dan hatiku girang melompat mendengarnya).
"Hadiah apa?" (mata berbinar-binar bertanya)
"Aku mau bikin kue yang bikin ibu kurus." (kelopak bunga yang mekar di hatiku langsung rontok satu demi satu. Kue apa yang bikin kurus? duh... mau bersenang-senang saja kok ya susah)...

(ceritanya bersambung besok... kita lihat apa surprise yang akan dia berikan)Like · · Yesterday at 15:43 near Jakarta



Nah... nah. Dengan sebuah “clue” yang begitu unik, hati ibu siapa yang tidak penasaran? Dan demikianlah aku sejak pagi. Menanti dengan sabar kejutan apa yang akan terima.

Kebetulan, pagi ini aku harus mengambil raport Hawna ke sekolah. Sejak hari selasa, Hawna sakit jadi tidak masuk sekolah. Ternyata, di hari Rabu, kelas Hawna ada kegiatan tambahan. Yaitu, setiap anak membuat kartu istimewa untuk ibu mereka, menulisnya dengan tulisan tangan mereka sendiri kalimat yang ingin mereka ucapkan sebagai rasa terima kasih untuk para ibu mereka. Sehingga, ketika hari ini, Kamis, 22 Desember 2011, kami, para ibu (ini hari kerja jadi yang mengambil raport memang para ibu atau nenek atau kakek bagi yang ibunya bekerja.. tidak ada pembantu, apalagi supir atau tetangga), selain menerima raport dari anak-anak juga menerima kartu cantik dari anak kami. Sayangnya, karena Hawna tidak masuk sekolah, dia “istimewa” ketimbang anak lain di kelasnya. Dia tidak bisa memberikan kartu cantiknya untukku. Tapi dia memberikan senyumnya yang paling manis untukku di pagi hari sambil mencium kedua pipiku dan mengucapkan “ibu, selamat hari ibu ya.”

Akhirnya, pulang sekolah, setelah ganti baju rumah, Hawna langsung sibuk mencari kertas dan alat tulis.

“Untuk apa?”
“Aku mau bikin sesuatu untuk ibu.”
“Hawna butuhnya apa?”

Lalu dia menyebut beberapa benda yang dibutuhkan dan aku pun menyediakannya dengan suka cita. Setelah semua benda-benda itu terkumpul, dia lalu mulai menekuni kertas putihnya dan mulai menulis. FYI: Hawna baru kelas satu sekolah dasar, jadi untuk menulis dan membaca dia masih mengeja. Jadi, meski dia menutupi kertasnya dengan tubuhnya agar aku tidak bisa mengintip, meski dia berusaha keras berbisik (tapi dia belum bisa berbisik dengan suara bisikan, jadi bisikannya masih agak keras), aku tetap bisa mendengar untaian kalimatnya. Belum lagi ketika dia kesulitan mengeja sebuah kata dan terpaksa bertanya padaku.

“Bu, kalau ‘harap’ itu pake ‘b’ atau pake ‘t’?
“Bukan semua, tapi pake ‘p’. Jadi h-a-r-a-p.”

Uh. Aku seorang pecinta kejutan, dan akhirnya jadi risih sendiri jika harus mendengar tahap demi tahap sebuah kejutan yang akan diberikan seseorang padaku.

“Hawna, ibu tinggal nyuci baju aja ya. Hawna berani kan sendirian? Nanti kalau sudah selesai, bilang saja. Oke?”

Akhirnya, aku pun memisahkan diriku dari dia. Menjauh, demi menjaga kejutan agar tetap jadi kejutan.

Satu jam kemudian, Hawna menyusulku ke tempat mencuci pakaian sambil senyum-senyum. Tapi, dia tidak membawa apa-apa. Loh? Mana kartu yang sedang dia tulis tadi? Apa jangan-jangan batal? Apa jangan-jangan dia tidak mengeja dan gagal menulisnya hingga akhirnya mengurungkan niatnya untuk menulis kartu ucapan untukku? Aduh.... Jujur, aku sedikit kecewa. Kejutanku terlepas begitu saja. Tapi... hei! Aku langsung membenci diriku sendiri. Kenapa harus berharap sih? Apapun yang dia berikan atau tidak ingin dia berikan, bukan hakku untuk menuntutnya. Aku ikhlas untuk apapun yang aku berikan untuknya dan tidak ingin merusak rasa ikhlas itu dengan harapan dia akan membalasnya. Diam-diam, aku istighfar. Berharap pahala ikhlasku selama ini tidak menguap hanya karena perkara ingin balasan dari anaknya.

“Bu, aku bantuin ibu nyuci baju ya?”

Hawna bertanya malu-malu masih dengan senyum manisnya yang tidak lepas dari wajahnya. Dia giat membantuku mencuci baju (lebih tepat disebut main air sebenarnya). Lalu ketika aku sedang menjemur, karena tali jemuran letaknya tinggi, maka dia hanya menatap semua jemuran itu dijemur.

“Ibu, aku bantu apa lagi nih?”
“Eh, udah nak. Sudah beres semua. Ini tinggal dijemur kok.”

Aku masih sibuk menjemur dan tinggallah dia sendirian menonton aku menjemur pakaian hingga tiba-tiba dia kembali bertanya:

“Ibu, aku bantu ibu bersihin embernya ya?”
“Hah? Embernya? Buat apa?” (sambil menatap ember-ember bekas cucian yang memang sudah lusuh. Karena sudah selesai mencuci, maka semua ember itu aku balik posisinya. Dengan posisi terbalik, tampaklah pantat ember yang berlumut. Aku tidak pernah ambil pusing dengan lumut-lumut itu.)
“Biar bersih. Aku soalnya hari ini mau bantuin ibu. Kan hari ini hari ibu.”

SPLASH... entah mengapa aku jadi terharu mendengar pengakuannya yang polos ini. Aduh, kenapa tadi aku meragukan ketulusan hatinya? Langsung saja aku raih tubuh mungilnya dan aku cium dia bertubi-tubi. Rasa sayangku benar-benar meluap.

Lalu, ketika sore sudah tiba dan semua pekerjaan rumah sudah beres. Dia pun diam-diam memberikan sebuah kertas putih HVS kepadaku.

“Bu, ini buat ibu.”

Perlahan, aku membacanya... kalian ingin membacanya juga? Ini.. silahkan.







Nah, tulisan di atas itu, di samping syair lagu yang dia berikan, adalah tulisan dengan bunyi “lagu ini dimulai” tapi karena dia melihat petunjuknya mengarah ke suatu arah maka dia pun menulisnya mengikuti arah tanda panah. Jadi, dia menulisnya terbalik menjadi “ialumid ini ugal”....

Aku hampir tertawa melihat dia menulis terbalik, tapi sesaat kemudian aku berpikir... ini hebat nggak sih, kok dia bisa mengeja secara terbalik? Menurutku sih luar biasa.

Dan malam ini, belum cukup rasanya semua persembahan cinta yang dia berikan padaku. Ketika menonton Opera Van Java, dia memberiku sebuah kue. Kue Biskuat Coklat ukuran mini (yang mungkin harganya Rp1000 di warung).




Isi kuenya sudah hancur lebur, karena dia mendapat dan menyimpan kue ini sudah lama, dia simpan untuk dia berikan padaku di hari ini. Tertimpa buku-buku pelajarannya, kena ombang ambing isi tasnya yang berat, dan mungkin juga tanpa sengaja terduduk olehnya. Aku yakin jika aku membuka bungkusnya, yang akan aku temui hanyalah remah-remah. Tapi... itu tidak akan mengurangi rasa terharuku atas semua persembahan cinta yang dia berikan padaku. Aku menghargai semua usaha dia untuk menunjukkan rasa sayangnya padaku. Dan rasa sayangku padanya, kian bertambah besar hari ini dan insya Allah besok-besok juga.

I love you anak-anakku.
==============
Penulis: Ade Anita (yang sedang merasakan luapan rasa cinta di dalam hati, hari ini, di hari ibu, 22 desember 2011)

Nyaris

"Nggak masak?"
Aku menggeleng sambil tersenyum.
"Ini weekend... lupa ya? Aku kan perlu liburan juga."

Sudah menjadi kebiasaan di rumahku, setiap hari ahad, aku libur tidak mengerjakan pekerjaan apapun. Capek juga sepanjang pekan bekerja dan melakukan semua pekerjaan seorang diri.

Ya. Aku memang seorang ibu rumah tangga yang tidak pernah memakai tenaga pembantu (meski sebenarnya mampu untuk menggaji mereka mengingat suamiku adalah seorang Profesor di kampusnya; tapi ternyata dalam perkembangannya; aku merasa seorang ART itu sering merusak privacyku, juga privacy keluargaku jadi akhirnya kami tidak memakai tenaga mereka); juga tidak punya supir (karena memang tidak punya mobil atau kendaraan bermotor lain, satu-satunya kendaraan yang kami miliki hanyalah sepeda); juga tidak punya baby sitter (karena memang tidak punya bayi yang mau "diduduki"). Satu-satunya orang yang meringankan pekerjaanku hanyalah Mbak Fitri, tukang setrika yang setiap senin dan kamis mengambil pakaian yang telah aku cuci dan dimasukkan ke dalam karung plastik untuk dia setrika (jujur, ini karena aku tidak bisa menyetrika... menurutku ini pekerjaan yang paling susah di antara semua pekerjaan rumah tangga lainnya. Kita rapihkan yang depan, yang belakang lecek. Begh...).

Sepanjang pekan, aku selalu berusaha untuk jalan kaki ke sekolah anakku (yaitu ketika seorang diri sebelum si anak kujemput atau setelah si anak masuk ke kelasnya) ke rumah, pulang pergi. Jaraknya lumayan jauh, sekitar 1 kilometer demi menjaga agar jantungku senantiasa kuat dan juga mencegah osteoporosis. Lalu masak, mencuci pakaian, mencuci piring, menyapu mengepel, membersihkan seluruh ruangan, barulah kemudian membuka komputer untuk bermain game agar keringatnya kering. Setelah keringat kering, baru aku membuka internet untuk FB-an (lebih sering mampir ke baw sih) Setelah itu jemput anak sekolah. Sore aku selalu olah raga selama satu jam.

Aku juga mengajarkan sendiri anak-anak belajar di rumah (anakku aktif sekali, jadi setiap kali pulang sekolah dia menuntut untuk mengerjakan soal tanya jawab. Sudah dicoba sih beli beberapa buku bank soal tapi ini masih kurang. Jadi, aku sering ngetik ulang semua soal2 di berbagai bank soal, menyusunnya dalam sebuah daftar pertanyaan yang sepertinya baru padahal sebenarnya recycle, lalu menyimpannya untuk dia kerjakan sepulang dia dari sekolah. Atau memikirkan untuk memberinya tugas menggambar sesuatu. Dengan begitu dia bisa sedikit kalem di rumah).

Nah.... jadi terbayang kan kesibukanku dalam sepekan. ITu sebabnya aku perlu libur di akhir pekan. Dan jadilah hari Ahad kemarin kami sekeluarga pergi jalan-jalan seharian. Pulang selepas senja. Tapi... ternyata kondisi rumah gelap gulita.
Hei. Ada apa ini? Sementara tetangga kiri kanan terang benderang. Rupanya saklar listrik turun hingga listrik padam.
Akhirnya anak sulungku berinisiatif menyalakannya karena ada pertandingan Barcelona di ESPN... Tapi, segera setelah pertandingan berakhir, listrik kembali putus. Padam lagi. Padahal aku sedang ada di dapur bersiap untuk merebus Sosis untuk cemilan malam. Suamiku menaikkan kembali saklar listriknya. Tapi dia turun lagi. Keadaan sekarang gelap gulita. Aku menyalakan kompor, sehingga suasana sedikit remang-remang karena api kompor. Suamiku kembali menaikkan saklar listrik. Ketika itulah terdengar bunyi yang aneh di atas kepalaku. Bunyi seperti .... seorang makhluk alien yang datang ke bumi.

BRZZZZZ..... BBBRRRRZZZ....

Spontan aku melihat ke atas kepalaku dan disanalah aku melihat lidah api kecil yang menjilat dudukan lampu dapur kami. Lalu.... BLAR! Listrik kembali padam. Aku langsung teriak.

"Mas, Masya Allah, .... ada api... ada api nih. Jangan dinyalakan dulu llistriknya. Bahaya nih."

Mulutku spontan menghembuskan udara ke arah api kecil itu. Sebenarnya ini tidak masuk logika sama sekali. Langit-langit dapur itu cukup tinggi dan napasku tidak sama dengan napas Troll yang meski bau dan berwarna hijau, tapi bisa menerbangkan manusia-manusia di film Resident Evil. Jadi, lidah api sekecil itu pasti padam oleh hembusan napas Troll. Tapi, alhamdulillah lidah api itu makin mengecil lalu padam.

Kami semua terperangah. Cepat, aku menelepon instalatir listrik langganan kami. Dia datang 45 menit kemudian.

"Wah, pak. Ini namanya hubungan pendek listrik. Beruntung listriknya otomatis mati, jika tidak rumah ini pasti sudah terbakar ludes. Ini yang sering membuat rumah-rumah yang ditinggal mudik penghuninya terbakar habis."

"Gara-garanya apa?"

"Kami juga nggak ngerti. Memang takdir saja mungkin ya. Karena ada rumah tua yang kondisi kabelnya amburadul tidak pernah mengalami ini. Tapi ada rumah yang rapi kondisi kabelnya, dan apik penataannya, malah mengalaminya. Bapak sekeluarga masih dilindungi."

Subhanallah... Nyaris... nyaris saja aku pulang ke rumah yang sudah rata dengan tanah kemarin. Alhamdulillah, kami masih dilindungi. Akhirnya, semua kabel-kabel listrik di rumahku diperiksa ulang hingga pukul 23.30 malam... Fiuh. Benar-benar sebuah malam yang panjang.

Rupanya, ada pipa air yang bocor di dalam dak tempat jemuran, nah, air yang bocor ini telah membasahi kayu penyanggah tempat dudukan lampu yang mengalami hubungan pendek itu ternyata. Itu sebabnya lidah api tidak pernah bisa membesar karena ketika dia akan membesar, dia bertemu dengan kayu yang basah. Dan ternyata kayu basah itu melebar di sepanjang kuda-kuda atap rumahku. Air sudah merembesi seluruh pori-pori kayu.

"Bu.... Ini bukan berarti selamat ya. Ibu memang selamat dari bahaya kebakaran, tapi masih diintai oleh bahaya lain. Yaitu, atap rubuh karena ternyata kuda-kuda atap rumah ibu basah semua kayunya, jadi sedikit lapuk."

Aku dan suamiku saling berpandangan. Ya sudahlah. Yang penting alhamdulillah sudah terhindar dari bahaya pertama.
Jadi.. cathar ini aku tulis karena aku benar-benar bersyukur terhindar dari bahaya kebakaran. Semoga seterusnya, dan semoga kalian juga senantiasa dilindungi oleh Allah SWT. Aamiin.

----
Penulis: Ade Anita (19 desember 2011)

status facebookku kemarin

Ade Anita
hari ini aku meremove 5 orang dengan alasan: mereka memasang foto porno diri sendiri (begini ini kalau waktu pemilihan miss pantai tidak terpilih karena body kurang memadai), atau karena mereka terlalu sering menggunakan bahasa alay yang aku nggak ngerti (mungkin ini saatnya pemerintah mulai memikirkan peraturan untuk memasukkan pelajaran bahasa alay di sekolah-sekolah.. asli 4kv n994k n9e3ti maux ap4)
Like · · 19 hours ago ·
Tyasti Aryandini, Nur Rahma Hanifah, Nurlaili Sembiring and 22 others like this.

Mappajarungi Manan heheheh,, samma bu Ade, aku puyeng bacanya.. kirain nilau duit heheheh
19 hours ago · Like

Riesta Ariesta Hahahahaha......pokoknya klau laki2 fotonya keliatan dadanya jgn di confirm dah pasti ngak bener,cewek jg klau pake pose menantang jgn deh..mendingan yg dah tua2 aja deh lebih nyambung ngobrolnya...
19 hours ago · Like

Rena Puspa Huahahahah...mba ade...mba ade...lucu bgt
19 hours ago · Like

Tras Rustamaji Ya, setuju. Remove aja orang2 dengan
2 kategori itu. Heran, menurut mereka
cool kalik yah tulisan 4l4y kayak gitu.
Satu lagi kategori yang tidak kalah
menyebalkan, nulis status/komen yg
panjang-panjang kayak cerpen.

Cuma orang gila kalik nulis comment
di facebook panjang-panjang!.
Kalau panjang-panjang, mendingan
bikin notes, atau bikin blog
aja sekalian. Kenapa?

Pertama, postingan panjang
belumtentu dibaca! Kan jadi
sia-sia kita nulisnya. Udah
capek-capet nulis
ternyata nggak dibaca! Padahal
waktu kansangat berharga!
Ingat, semua orang
dikasih waktu yang sama: 24 jam.
Jangan buang-buang waktu dengan
menulis postingan yang belum
tentu dibaca!

Itulah, bedanya dengan blog.
Blog dirancang untuk menuliskan
ide atau opini beserta
analisisnya. Jadi wajar saja
kalau panjang lebar. Sedangkan
facebook adalah sarana
social networking. Untuk saling
sapa atau saling mengingatkan.

Walaupun ada juga sebagian orang
yang memanfaatkan facebook untuk
jualan. Makanya nggak heran banyak
orang yang posting barang dagangannya
di wall kita. Masih mending
kalau orang itu emang jujur mau
jualan. bagaimana kalau ternyata
dia adalah penipu?

Sudah banyak contoh kasus orang
menipu menggunakan account facebook.
Yang paling sering adalah orang
jualan barang elektronik
dengan harga sangat murah.
Padahal kalau kita
transfer uangnya, barangnya
pasti nggak
akan dikirim. Kasihan kan?

Makanya, terima friends jangan
sembarangan. Check dulu, apakah
dia emang temen kita. Jangan
jangan dia itu pemalsu yang menggunakan
nama dan foto kawan kita. Saya sudah
menemukan modus seperti itu.

Kedua, posting, status ataupun comment
FB yang panjang-panjang bisa
merugikan pembacanya.

Tidak semua orang membaca facebook
dengan perangkat notebook dengan
layar 14 inch. Sebagian besar malah
menggunaka handphone dengan layar
yang kecil. Untuk menggeser layar
bukan pakai mouse tapi pakai tombol
scroll.

Bayangkan kalau dia harus menscroll
tulisan yang panjang dengan tombol
panah ke bawah?!
Bisa-bisa jempol keram. Atau lebih parah
lagi keypad nya rusak!

Kan kasihan kalau keypad kawan kita
rusak. Dia mesti service dulu handphone
nya supaya bisa online
lagi. Selain waktu yang hilang,
uang yang terbuang juga
tidak sedikit. Masih mending
kalau dia punya uang, lha
kalau lagi bokek gimana?
Minta uang sama orang tua?
Belum tentu orang tuanya punya uang.

Sekalipun punya uang, mungkin itu
uang itu untuk belanja makan
sehari-hari.

Apakah orangtua harus korupsi?
Supaya bisa service handphone???
Ini lah yang menyebabkan banyaknya
kasus korupsi di negara kita.

Jadi gimana dia bisa online
kalau handphonenya rusak?
Pinjam handphone temen? pacar?
Bisa berabe urusannya. Itu nanti
pesan-pesan rahasia jadi bisa
kebaca deh.

Gimana kalau di dalamnya ada pesan-
pesan yang membahayakan, misalnya
pesan mesra ke selingkuhan?

Handphone sekarang kebanyak sudah
dipasang facebook yang autologin.
Nggak perlu masukin password udah bisa
login ke akun facebook orang tersebut

Oh iya......
Sebenarnya saya malas
tulis komen status .. tapi
bagaimana lagi? tugas saya di
facebook ini hanya Update
Status, Like Status, dan Komen
Status, jadi maaf klo komen saya
ini terlalu panjang untuk anda
mengerti.. sebenarnya saya juga
bingung mau nulis apa,, ya
jadinya hanya tulisan-tulisan
kecil ini yang bisa saya tulis..
seperti kerjaan saya di Facebook
yang hanya Update Status,Like
Status, dan Komen Status..
sekali lagi maaf klo dibilang
nyampah dan menuh-menuhin
notif anda, khan saya udah
bilang
klo kerjaan saya di facebook
hanya Update Status, Like Status,
dan Komen Status, jadi
gak salah dong klo saya komen
status anda sebagai bagian dari
kerjaan saya di facebook
yaitu Update Status, Like Status,
dan Komen Status..

Mungkin dalam pikiran anda,
knapa koq komen ini panjang
sekali, apa gak capek ngetiknya,
dan kapan selesainya,
hmm.. sebagai jawaban atas
pertanyaan anda pertama:
saya nggak capek, karena tinggal
copy paste aja. Yang kedua, saya
gak ngerti harap maklum karena
kerjaan saya di facebook hanya
Update Status, Like Status, dan
Komen Status..
jadi sesuai pekerjaan saya saya
akan komen status anda, namun
saya bingung mau komen apa
karena saat ini otak saya sedang
BLANK makanya saya sendiri
bingung mau komen apa.
mungkin sejenak anda berfikir,
niyh komen koq gak abis-abis,
panjang banget lagi, dan anda
mulai ingin berhenti untuk
membacanya, namun rasa
penasaran
anda ingin tau apa maksud dari
komen saya ini maka dari itu
anda teruskan membaca komen
ini kata demi kata anda baca
dengan serius, untuk mengetahui
apa maksud dari komen ini, anda
bahkan ikhlas menggerakkan
tangan anda untuk meng-klik
baca selengkapnya atau see
more, tapi anda malah melihat
komen ini malah nambah
panjang, dan anda mulai
berkeinginan untuk tak
membacanya lagi, namun kembali
rasa penasaran anda menggugah
anda untuk meneruskan
membaca komen ini lebih
lanjut, tapi anda gak menemukan
maksud dari komen saya ini,
maka dari itu saya sudahi saja
komen ini.. lagipula capek lho
ngetik panjang-panjang ehh tapi
sebentar sebenarnya saya malas
mengomentari status anda... tapi
bagaimana lagi, tugas saya di
facebook ini hanya Update
Status, Like Status, dan Komen
Status, jadi maaf klo komen saya
ini terlalu panjang untuk anda
mengerti.. sebenarnya saya juga
bingung mau komen apa ya
jadinya hanya tulisan-tulisan
kecil ini yang bisa saya
tulis..seperti kerjaan saya di
facebook yang hanya Update
Status, Like Status, dan Komen
Status, sekali lagi maaf klo
dibilang nyampah dan menuh-
menuhin notif anda, khan saya
udah bilang klo kerjaan saya di
facebook hanya Update Status,
Like Status, dan Komen Status,
jadi gak salah dong klo saya
komen status anda sebagai
bagian dari kerjaan saya di
facebook yaitu Update Status,
Like Status, dan Komen Status..
mungkin dalam pikiran anda, kenapa
koq komen ini panjang sekali, apa
gak capek ngetiknya, dan kapan
selesainya..

Mudah-mudahan komen singkat ini
bisa dipahami. Kalau kurang jelas
mari kita ngopi bareng di Starbuck.
Nanti saya jelaskan lebih detil.
Tapi traktir saya yah? Soalnya
duit saya habis buat service ini keypad
gara-gara nulis panjang-panjang.

Salam.
19 hours ago · Like · 2

Leyla Imtichanah wkwkwk... aku ngekek baca komen bapak di atasku. Minta diremove jg dia, mba ade ;p
19 hours ago · Like · 1

Tyas Amalia Yahya ‎4d00hhh t@kUd d1r3mov3 dw33hhh :P
19 hours ago · Like

Anik Nuraeni wkwkwkwkwk....wkwkwkwk..wkwkwk...baik status updater maupun komentatornya lucu..wkwkwk
19 hours ago · Like

Nina Karmila Aku suka yg komennya panjangnya senovel itu de... @_@
18 hours ago · Like

Triana Wibawanti ikutan ketawa dg yang dimaksud Mba Leyla Imtichanah,wkwkwkwkwkw:D
18 hours ago · Like

Lin Wulynne hahaha mba ade pandai tuh nulis 4l4y ^^'
18 hours ago · Like

NurCahyo Nc ‎5484r y4 d3..., hehe
18 hours ago · Like

Indri Effendi Betul si Mas, pendek kata minta fibayarin kopi.
18 hours ago · Like

Jesayas A. Sirait hai ade betul juga tuh...
kepikiran utk melakukan hal yg sama,

teruama yg suka nulis pake bahasa planet tadi
17 hours ago · Like

Nur Elisma Tras...............Gubbrak...............
16 hours ago · Like

Enny Nie mbak adee aku jgn di rimuv yaa
16 hours ago · Like

Ade Anita hahahahahahhahaaa.....traassssssssssssssssss gilaaaaaaaaaaa.....wekekekekekekekekekk
16 hours ago · Like

Dian Depe Ampyuuuuun...... Panjang bener Tras.....
13 hours ago · Like

Kerry Utoro Hehehe... Gw juga gitu, temen Ƴƍ di fb diusahain Ƴƍ kenal2 aja.. Kalau ada Ƴƍ add, konfirm.. Liat2, Ǩάlő kira2 ajaib.. remove lagi.. ☺
12 hours ago · Unlike · 1

Permintaan Terakhir

Tadi pagi, aku datang ke pengajian rutin tiap hari jumat di Masjid Nurul Huda, Tebet. Ada berita duka cita, ternyata ustad yang biasa mengisi acara tausiyah meninggal dunia dua hari yang lalu. Aku belum pernah bertemu dengan beliau karena ketika aku mulai aktif di pengajian ini, beliau sudah sakit-sakitan sehingga sudah mulai jarang dipanggil oleh panitia karena panitia kasihan melihat dia ketika memberi tausiyah. Tangannya sudah tremor, orangnya juga sudah sepuh. Tapi, meski sudah tua dan sakit-sakitan, pak Ustad ini terus semangat memberi tausiyah dimana-mana. Dia punya sebuah cita-cita:

"Saya ingin meninggal dunia dalam keadaan sedang berdakwah."

Akhirnya, Allah menjawab permintaan terakhir beliau tersebut. Ketika sedang memberikan ceramah, dia tersungkur, lalu menghembuskan napasnya yang terakhir. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Saya terenyuh mendengar berita kematian pak ustad almarhum ini, meski belum pernah sekalipun bertemu dengannya. Entahlah. Ada rasa sayang dan haru. Mungkin karena kegigihan beliau itu ya? Atau .. entahlah.

Tapi, rupanya ketua pengajian belum selesai menyampaikan berita duka ini. Masih ada berita lainnya.

"Ibu-ibu... kemarin, saya dan suami ke rumahnya untuk takziah. Sebelumnya, saya ingin bercerita dulu. Sudah satu bulan ini saya sebenarnya ingin mengontak Pak Ustad agar berceramah di pengajian kita ini. Tapi beliau susah sekali dihubungi. Di sms tidak dibalas, di telepon tidak diangkat. RUpanya, selama ini, karna Pak Ustad sakit, maka istrinyalah yang mengatur semua jadwal ceramah suaminya, juga menyiapkan segala keperluan suaminya, termasuk membalas sms, telepon dan materi ceramah. Tapi... satu bulan yang lalu, ketika si suami sedang sakit, si istri juga wara wiri ngurus suaminya... nah.. rupanya, karena repot dan sudah tua juga, dia terjatuh dan patah kakinya. Sehingga tidak bisa lagi berjalan dan beraktifitas. Padahal, di rumah itu, di samping harus merawat suaminya yang sakit, ada juga nih, adik suaminya yang juga sakit.. ginjalnya bocor kalo nggak salah.. jadi, si istri ini sibuk ngerawat dua orang sakit. Nah, karena dia patah kakinya sementara anak-anaknya jauh di luar kota, akhirnya.... ya... kondisinya amat mengenaskan."

Duh... hati saya rasanya seperti teriris-iris mendengar kisah ini. Kasihan sekali. Nggak kebayang pengorbanannya.

"Kenapa anak-anaknya nggak dpanggil aja ya bu untuk nemenin."
"Si ibu nggak mau ngerepotin anak-anaknya."

hmm... asli spechless deh.

Sebelumnya.. saya juga ngobrol dengan seoran saudara saya. Dia bercerita tentang permintaan terakhir ayahnya sebelum meninggal dunia.

"Nanti, aku ingin meninggal dalam kondisi masih ada wudhu dan shalat ya."

Nah... jadi, pas dia masih sakit, tiba-tiba sakit, dia berusaha untuk wudhu. Karena merasa sakit, dia berusaha keras juga untuk shalat sambil berbaring. Setelah salam, dia lalu melihat ke anak-anaknya dan berkata:

"Tolong luruskan kaki saya, lalu sedekapkan kedua tangan saya di atas dada."
Anaknya meski bingung, menuruti permintaan ortunya ini.

"Tolong, miringkan badan saya ke sebelah kanan, menghadap kiblat."
Anaknya kembali menuruti permintaan terakhir ini. Lalu, tidak lama kemudian terdengar suara takbir dan.... ayahnya itu pun menutup matanya untuk selamanya... Innalillahi wa inna lillahi rajiun.

Kematian... apa semua orang diberi tahu ya ketika kematian akan datang menghampirinya?? Entahlah. Karena kematian sendiri adalah takdir yang hanya diketahui oleh Allah SWT. Tapi... apakah permintaan terakhir tiap-tiap orang itu akan dikabulkan ya??
Allahu'alam.

Jadi... permintaan terakhirmu apa?

Resensi Buku: Ketika Bunda Menghampiri Pintu Syahid

Ketika Bunda Menghampiri Pintu Syahid

Judul Buku: Berjuanglah, Bunda Tak Sendiri
Penyusun: Qonita Musa dan Naqiyyah Syam
Penerbit: Elex Media
Peresensi: Leyla Imtichanah

Proses melahirkan adalah proses yang menegangkan dan menakutkan bagi wanita mana pun di dunia. Terlebih bila telah mendengar kisah-kisah traumatis seputar melahirkan. Seorang nenek yang saya kenal, tidak memiliki anak, dengan alasan trauma karena pernah melihat kakaknya melahirkan. Sehingga dia tidak mau melahirkan seumur hidupnya, dan hanya mengangkat seorang anak.

Bicara soal takut melahirkan, saya juga takut. Bahkan, saya sudah takut sejak masih SMP, sejak ibunda tercinta sering mengulang-ulang cerita mengenai betapa sulitnya melahirkan saya (pelajaran untuk para bunda: jangan menceritakan soal kesulitan melahirkan pada anak-anak kita, ya, terutama anak perempuan). Namun, saya ingin memiliki anak-anak kecil yang lucu-lucu (ternyata pada kenyataannya, mereka tidak selalu lucu, hehe). Bahkan, saya bercita-cita ingin punya enam anak. Entah bagaimana caranya kalau tidak melahirkan.

Akhirnya, ketika saya memutuskan untuk menikah, ketika itu juga saya sudah harus siap mempunyai anak. Tentunya anak kandung, kalau memang mampu. Otomatis, saya harus mempersiapkan diri untuk melahirkan. Kenyataannya, memang proses melahirkan itu mempertaruhkan nyawa, bahkan saya meminta untuk mati saja ketika rasa sakit sudah tak tertahankan. Terbayang pengorbanan ibunda sewaktu melahirkan saya. Tapi, meskipun katanya kapok, eh setahun kemudian, saya melahirkan lagi.

Buku Berjuanglah, Bunda Tak Sendiri, berisi kisah-kisah pengalaman para Bunda dalam berjuang melahirkan buah hatinya. Dari proses yang relative mudah, susah, sampai yang membuahkan trauma berkepanjangan. Ada kisah Bunda Ade Anita yang melahirkan di Sydney, Australia. Negara itu sangat mendukung program kelahiran, karena masyarakat urban di sana sudah amat jarang yang mau memiliki anak. Sehingga pelayanan terhadap ibu hamil dan melahirkan, sangat memuaskan. Berbeda dengan kebanyakan dokter di Indonesia yang kerap kali menyarankan operasi cesar pada proses kelahiran yang sulit (bahkan yang mudah pun sering diminta operasi saja), di Australia, dokternya justru melarang untuk cesar. Sesulit apa pun, diusahakan untuk melahirkan normal, karena operasi cesar banyak kekurangannya. Subhanallah, Bunda Ade bisa melahirkan bayinya secara normal, dengan bimbingan seorang bidan yang keibuan (memang, bidan-bidan di Australia sangat hangat dan keibuan), bayi berbobot 5 kilogram itu terlahir dengan sehat dan selamat. Bandingkan dengan di Indonesia, pasti sudah disuruh cesar oleh dokter.
Kisah traumatis saat melahirkan, dialami oleh Bunda Riawani Elyta dan Bunda Yudith Fabiola, yang mengalami keracunan obat (antibiotic). Bunda Riawani yang mengalami gangguan saluran kemih, disuruh minum obat oleh dokter, yang ternyata tidak boleh dikonsumsi oleh penderita asma. Padahal, Bunda Riawani sudah mengatakan bahwa dia menderita penyakti asma dan tidak boleh minum obat tertentu. Hampir saja Bunda Riawani kehilangan nyawanya. Meskipun demikian, 1,5 tahun kemudian, Bunda Riawani melahirkan anak lagi. Berbeda dengan Bunda Yudith yang trauma akibat kasus yang sama dengan Bunda Riawani, hingga baru mau melahirkan anak lagi setelah lima tahun kemudian.

Ada juga kisah Bunda Nurul Asmayani yang sulit melahirkan gara-gara meminum air rendaman rumput Fatima. Sebagaimana mitos yang beredar, air rumput Fatima kabarnya dapat mempermudah kelahiran. Nyatanya, Bunda Nurul sampai dimarahi oleh dokter dan suaminya, gara-gara meminum tiga gelas air rendaman rumput Fatima yang membuat pembukaan jalan lahirnya tidak maju-maju, tapi kontraksinya terus meningkat!

Dan banyak lagi kisah-kisah melahirkan di dalam buku ini yang bisa menjadi pelajaran untuk para bunda yang akan melahirkan, apakah itu proses persalinan cesar, persalinan normal, maupun persalinan yang terhitung mudah. Yang ingin disampaikan oleh buku ini adalah, bahwa proses melahirkan memang bukan proses yang sepele. Para Bunda benar-benar mempertaruhkan nyawanya dalam proses itu. Tetapi, jangan khawatir. Pengorbanan para Bunda akan diganjar oleh pahala setimpal, karena apabila Bunda meninggal saat melahirkan, maka kematiannya terhitung sebagai mati syahid. Subhanallah. Dan untuk mempersiapkan diri dalam menyambut kelahiran bayi, hendaknya para Bunda menggali ilmu sebanyak-banyaknya tentang melahirkan, agar tidak terjadi malpraktik atau human error yang bisa dilakukan oleh siapa pun, entah Bunda sendiri, keluarga, bahkan paramedic (bidan dan dokter).

Di bagian akhir buku ini juga disertakan tips-tips dalam menyambut kelahiran, terutama bagi para Bunda yang baru pertama kali melahirkan. Tips ini sangatlah bermanfaat. Jadi, untuk para Bunda yang sedang mempersiapkan kelahiran bayinya, silakan jadikan buku ini sebagai salah satu referensi Bunda. Bahasanya enak dicerna, khas tuturan Bunda-Bunda. Meski ada kekurangan sedikit dalam hal editing, Juga ada beberapa kisah yang terasa datar, tapi tak menghilangkan tujuan dari buku ini untuk memberikan inspirasi bagi para Bunda.