Para Perempuan Hebat

Catatan sakit 2: Para Perempuan Hebat

1.
“Dokternya sudah tua apa masih muda ya?” Aku bertanya ragu pada seorang perempuan yang duduk sambil memeluk map hasil rontgennya. Perempuan setengah baya yang memiliki senyum yang amat keibuan. Lembut dan hangat. Aku suka semua perempuan yang memiliki senyum yang lembut dan hangat. Ada sebuah rasa nyaman yang senantiasa terkirimkan dari senyuman yang lembut dan hangat.

“Iya, usianya sudah 63 tahun. Dia termasuk dokter senior di RS Dharmais.”




Aku termangu. Sesungguhnya, aku juga tidak tahu untuk apa bertanya perihal masih muda ataukah sudah tua. Apakah semakin tua seseorang pasti akan membuat dia semakin pandai dan bijaksana? Mungkin saja. Tapi ada banyak orang yang justru semakin tua fisiknya, tidak pernah membuat dia berubah menjadi sosok yang semakin dewasa, pandai dan bijaksana. Coba lihat sekeliling kita, berapa banyak kesusahan dan persoalan yang justru timbul diakibatkan oleh para orang tua yang tidak bijaksana? Berapa banyak masalah yang justru makin bertambah parah hanya karena para orang tua yang tidak bertambah pandai dalam menyikapi perubahan di sekelilingnya? Meski demikian, muda pun bukan berarti lebih pandai dan lebih berpengetahuan. Banyak orang muda yang ceroboh hanya karena merasa dirinya lebih memiliki pemikiran yang lebih fresh. Mereka lalu menjadi sombong dan tergesa-gesa untuk menerapkan sesuatu hanya karena desakan rasa ego akibat jiwa muda yang bergolak penuh semangat.

Ah. Mungkin bukan saat yang tepat untuk mempercayakan mahir tidaknya seseorang dengan melihat usia biologi yang dia sandang.

Aku pun tersenyum pada ibu yang memiliki senyum yang lembut dan hangat tersebut, lalu menganggukkan kepala sebagai tanda terima kasih untuk informasi yang dia berikan atas pertanyaanku.

“Mbak…?... berobat juga ya disini?”
(Aduh, bodohnya pertanyaanku ini. Itu sudah pasti. Perempuan ini datang seorang diri lalu memeluk map yang berisi hasil rontgen dengan sangat erat seakan-akan map itu merupakan hartanya yang paling berharga. Sudah pasti dia ingin berkonsultasi juga dengan dokter yang sama. Artinya, dia juga ingin berobat. Tapi…. Bisa saja map itu merupakan hasil rontgen orang lain. Orang yang amat disayanginya. Itu terlihat dari cara dia memeluk map tersebut. Bahkan, tas tangannya sendiri, tampak teronggok di lantai seakan tas tangan tersebut hanya berisi sampah makanan yang siap ditinggalkan).

“Iya… saya berobat juga disini. Saya sudah stadium tiga.” DEG. Tanpa sadar mulutku mengucapkan istighfar. Kulitku merinding.
“Oh, maaf. Saya tidak tahu.”
“Nggak papa. Mbak juga berobat?”
“Baru mau konsultasi saja. Ada benjolan juga.”
“Sebelumnya sudah pernah operasi?”
“Iya, dulu. Tujuh belas tahun yang lalu. Sudah lama sekali. Jadi sudah lupa sendiri, makanya sekarang serasa dapat pertama kali saja.”

TIba-tiba perempuan pemilik senyum lembut dan hangat itu mendekatiku lalu menggenggam tanganku dengan lembut.

“Tenang saja mbak. Ini seperti melahirkan lagi setelah lama sekali tidak punya anak. Semoga tidak parah ya. Lihat, saya sendiri sudah diangkat seluruhnya. Habis. Tapi saya jadi lebih bahagia sekarang.”
Map yang sedari tadi dipeluk erat oleh perempuan pemilik senyum lembut dan hangat itu akhirnya diturunkan. Takut-takut aku melirik bagian dadanya yang tertutup jilbab dan kemeja. Subhanallah.

2.
“Eh, Kemarin aku ke rumah loh. Tapi kata anaknya sedang pergi ke rumah sakit. Siapa yang sakit?”
“Oh, tante. Maaf ya, iya… kemarin aku yang pergi ke rumah sakit.”
“Oh, siapa yang sakit? Bu Ade ya?”
“Iya tante.”
“Sakit apa?”
“Ada benjolan disini.”
“Besar?”
“Kecil sih. Kemarin USG, katanya sih diameternya cuma 1,4 cm.”
“Apa itu? Kista? Tumor? Atau apa?”
“Belum tahu tante. Hari ini ke rumah sakit lagi sih, untuk mammografi.”
“O…. semoga bukan apa-apa deh.”
“Iya, semoga.”
“Tapi kalau memang sesuatu, ya segeralah dioperasi. Jangan dipikir yang macam-macam lagi. Takut atau ragu atau apa. Mumpung masih kecil. Nanti kalau sudah besar, malah repot nanganinnya. Saya nih, sudah diangkat juga karena dulu terlalu ragu dan penakut. Asalnya kecil padahal, cuma 0,8 cm, tapi ditunda-tunda terus, akhirnya empat tahun kemudian tiba-tiba sudah sebesar 11 cm. Akhirnya, terpaksa harus diangkat keseluruhan.”
Aku termangu dan tanpa sadar melirik ke arah dada tetanggaku ini. Siapa yang menyangka perempuan yang selalu terlihat ramah pada semua orang, rajin membantu tetangganya, senantiasa berangkat ke tempat kerja setiap hari dengan ceria ternyata pernah mengidap penyakit yang amat berbahaya.
“Tante hebat.”
“Bukan hebat. Tapi memang harus begitu jika ingin sembuh. Semangat dan berpikiran positif. Jangan pernah ragu dan takut. Eh.. sepertinya dalam berbagai macam hal sih itu berlaku.”

3.
Apa yang terjadi pada seorang penakut yang dipaksa berjalan menyusuri lorong yang gelap seorang diri? Dia akan dicekam ketakutan setiap kali kakinya akan melangkah. Ada beban yang terasa berat menggayut di pundaknya hingga sulit baginya untuk berdiri tegap menatap jalan di lorong yang gelap tersebut. Ada belenggu yang membelit kedua kakinya hingga sulit untuk digerakkan. Dan satu-satunya sahabat yang terus menemaninya adalah prasangka buruk yang bersemayam dan bertahta perkasa di dalam kepalanya. Terus membisikinya tentang berbagai macam kesusahan dan mala petaka yang akan dia hadapi jika dia meneruskan perjalanannya.
Segera ambil belati, hunuslah sahabat dan raja dalam kepala kalian tersebut. Dia tidak pantas menguasai diri kita. Dia yang senantiasa meniupkan kegagalan dan rasa pesimis, tidak boleh diangkat jadi sahabat!

Apa yang terjadi pada seorang penakut yang dipaksa berjalan menyusuri lorong yang gelap bersama dengan seorang temannya yang juga penakut? Mereka akan bergandengan tangan dan mulai saling memberi semangat bahwa bersama, mereka bisa mengatasi segalanya. Kesepakatan mungkin dibuat. Yang satu mewaspadai sebelah kiri hingga bisa menendang semua musuh yang menyusup dan mencoba menggagalkan perjalanan mereka. Yang lain mewaspadai sebelah kanan hingga bisa menumpas semua bayangan yang menakut-nakuti mereka dari sebelah kanan.

Lalu… apa yang terjadi pada seorang penakut yang dipaksa berjalan menyusuri lorong yang gelap bersama dengan serombongan orang penakut lainnya? Mereka menjadi sekumpulan orang yang saling bekerja sama dan berusaha dengan berbagai macam cara untuk dapat mencapai titik terang di ujung lorong. Dan setiap hari, Allah menghadirkan di hadapanku para perempuan hebat yang tidak pernah aku sangka sebelumnya mengidap penyakit yang sama, berbeda atau bahkan lebih parah dariku. Tapi mereka menebar dan menularkan semangat, rasa optimis, dan keceriaan yang luar biasa. Subhanallah, wa Alhamdulillah Allahu Akbar.

------------ bersambung---------
Penulis: Ade Anita, catatan kenangan februari 2011 (sekali lagi, nggak usah sms atau telepon dulu. Ceritanya belum selesai kok. Hehehe).

dan ini adalah semua komentar yang diberikan oleh teman-teman facebook yang penuh perhatian.

Angelini Sollistifani, Miyosi Ariefiansyah, Tyas Amalia Yahya and 7 others like this.

Rena Puspa aku minta ditag dong mba...
12 February at 08:05 · Like

Rena Puspa heu dah penuh nampaknya jatah tag nya ya...^_^
12 February at 08:06 · Unlike · 1 person

Arfianti Dwi Kusuma Ade makasih ya..udh lama ga bc note mu....ktnya kl pikiran positif menimbulkan energi positif n support klrg tnyata bs membw kesembuhan..(bbrp yg lalu kick andy pernah menayangkan pengalaman bbrw wanita melawan penyakit ini ya de) smg kt sll mjd org2 yg berpkr positif n optimis..tq de
12 February at 08:15 · Unlike · 1 person

Ochi Aja Beneran nih mb Ade. Aku langsung refleks memeriksa. Takut ada sesuatu yang mengganjal atau apapun yang mengganggu di "sana".

Thanks udah bagi pengalamannya ya. semoga cepet sembuh. ^^
12 February at 08:28 · Unlike · 1 person

Cepi Sabre saya terdiam di kotak komentar lama sekali, tidak tahu harus berkata apa, mba ade.

btw, saya jadi menyesal kemarin menakut-nakuti mba ade perihal jendela dan malam yang gelap. hehehe...

saya jarang berdoa, tapi setiap kali mendengar cerita yang membuat bulu di tangan saya berdiri begini, biasanya saya berdoa. diam-diam. malu-malu.

cepat sembuh ya, mba ade.
12 February at 09:01 · Unlike · 1 person

Dewayanie Prasetio smg semuanya lancar De... semangat!:-)
12 February at 09:34 · Unlike · 1 person

Ilham Q Moehiddin Kalian memang perempuan2 hebat.
12 February at 09:51 · Unlike · 1 person

Sari Viciawati Catatan hebat dari Perempuan hebat
12 February at 13:17 · Unlike · 1 person
Ade Anita ‎@all: makasih ya semuanya...
12 February at 13:37 · Like
Ade Anita ‎@cepi: makasih ya cep. Justru bercanda seperti kemarin itu menyenangkan lagi, lebih asyik ketimbang dua jam main game... hehehe...
12 February at 13:38 · Like
Ade Anita Sebenarnya, ada buanyak sekali cerita yang meluncur dari perempuan-perempuan hebat yang aku temui. Ada yang harus berpisah dari anak yang baru saja dia lahirkan 8 hari sebelumnya karena ada kanker di rusuk sebelah kirinya. Ada juga yang harus merelakan sebelah kakinya hilang... tapi aku tidak bisa menulisnya satu persatu. Mungkin besok aku akan berusaha menuliskannya satu persatu karena sungguh semua mengandung hikmah yang amat sangat dalam untuk dipetik. Mereka orang-orang hebat... dan pada orang hebatlah kita bisa memperoleh banyak pelajaran berharga.
12 February at 13:41 · Like · 3 people

Dewayanie Prasetio De, temanku dlm wkt dkt sdh mau kemo yg ke-2 dr 6x kemo yg dijadwalkan, kanker rahim, padahal dia blm berkeluarga loh... apa ya yg bs kubantu buatnya selain do'a?
12 February at 14:18 · Like

Astrid Septyanti Fuyuharuaki huhuhu
mbak Ade kok nggak tag astrid yang ini? tp gpp deh. udah astrid acak2 notenya. semoga note yg ketiga membuktikan hasil yang tdk menyedihkan....
12 February at 17:31 · Like

Afifah Ahmad Istirahat aja dulu mbak Ade, soal 'panen tulisan' mah insya Allah masih banyak kesempatan....
12 February at 17:43 · Like

Dini Kaeka Sari sekitar 2th yg lalu, ketika masih berdomisili di sidoarjo. aku ini akhirnya mendapatkan sahabat, seorang ibu dengan 2 org anak. yg pada akhirnya menangis padaku sebab di dada kirinya bersarang sesuatu. sahabatku itu menangis dan berkata tak siap jika kematian itu menjemputnya, dua org anak2nya masih kecil katanya. dia tak tega.
sementara itu lucunya, aku sendiri sdg menjalani terapi pengobatan utk kanker cervix ,hehe..dan aku tdk merasakan apa2, Allah sdh mengatur rezki dan jalan hdp tersendiri bagi karin jika memang rizkiku di dunia, di sudahi, tamat.
tak ada seorangpun yg boleh mengerti aku sdg sakit saat itu, bahkan memberitahu ibuku saja aku ulur2 wkt mb ade,khawatir membuat mrk cemas.hehe...
sekali jg pernah ketika di ruang tunggu periksa, seorang ibu yg sdg kontrol setelah operasi kista berbincang dgku katany, "hooo..jd mb sakit itu, hati2 ya mb, kmrn tmn sekamar saya mati setelah operasi"
kontan aku tertawa.hahaha...
sakit itu tak membuatku takut mb ade, bukankah Allah menjanjikan pengampunan dlm sakit itu?aku bersyukur dg byk ikhtiar.
dan kekuatan itu hrs diberikan pd sahabatku itu, dia skrg sehat dn bahagia, dan kami masih saling merindukan berbincang di ruang tamu melihat anak2 saling timpuk mainan :))
benjolannya itu sekedar TB alveoli, bukan lebih. dan itu syukur kami bersama.
aku berdoa utk semua perempuan. semuanya hebat!
bahkan mb ade, taukah aku ini diam2 merindukan bisa bertemu mb ade suatu saat nanti?hehe :)
12 February at 18:30 · Like

Nur Rahma Hanifah mbaakk... makasi ya. sekali lagi makasi. gak salah aku jadi fans tulisan2nya mbak ade :) aku sangat suka tulisan mbak ade. begitu jujur. begitu penuh rasa. karena dari yang sebenarnya. mbak, semoga aku juga bisa berbagi seperti mbak ade ya. bisa menceritakan apa yang kutemui disana, seperti mbak ade ini :) mbak... tetep semangat ya :) Allah really love you. Allah do love you so much, mbak ade ku sayang :)
12 February at 21:23 · Like · 1 person

Indria Auliani Smg benjolannya bukan apa2 ya mbk... Smg ketabahan, kesabaran, keikhlasan terlimpah utk mbk n kel... Semangat mbk!
12 February at 21:47 · Like

Aisyah Dian Dan semoga mbak ade menjadi salah satu dari para perempuan hebat itu. so tetap semangat dan positif thingking yach mbak ;)
13 February at 03:23 · Like

Rizki A. Widiyanto saya gak bisa comment apa2 mbak, selain 1 kata: hebat!
subhanallah...
13 February at 12:03 · Like

KembaRa Gelungan Hitam hehe,,,

jadi sekelebat baca komen cesa juga mbak, aku suka menemani teman2 dengan canda dan selalu pemikiran positif, meski mereka hanya menggunjingkan halhal negatif

kata sebuah buku yang aku baca, dengan bercerita mengelurkan energi negatif pada yang mendengar lalu sebagai pendengar ada baiknya menjadi penolak bala dengan memberi ion positif sebagai pengobatnya,

aduuh semoga ga salah dan mengalahkan rasa takutku seperti berpuisi di atas panggung yang mampu buat dengkulku mendadak jantungan mbak,,,

aku suka mptivasi terakhirnya
13 February at 20:38 · Like

Nurul Asmayani Mba, segera pulih ya
14 February at 13:34 · Like

Nazla Luthfiah amazing story...
14 February at 19:32 · Like
Ade Anita ‎@all: makasih ya untuk apresiasi dan perhatian dan doa2nya... makasih banyak
14 February at 19:47 · Like

Tidak ada komentar