Tayangan 'Syur' di Ruang Keluarga

KORAN TEMPO
Rubrik Laporan Utama
Edisi 2004-08-22

Seorang ibu mengungkapkan rasa gundahnya berkaitan dengan tayangan sinetron yang menurut dia seronok. Ia menulis di situs eramoslem.com, antara lain tentang sinetron Montir-montir Cantik yang ditayangkan RCTI tahun lalu.
"Pertama kali aku melihat sinetron ini secara tidak sengaja, memperlihatkan seorang montir (diperankan oleh Sarah Azhari) yang sedang membersihkan mobil dengan menggunakan selang air dan sabun. Dengan diiringi musik, dia mulai bergoyang mengelap mobil, menyabuninya lalu, hop la... kran air yang dipegangnya diarahkan pada dirinya sendiri. Setelah itu, dia pun mandi di tempat pembersihan mobil itu, tentu saja dengan gerakan yang sangat erotis. Dan kamera terus menari-nari meliput liuk tubuhnya di mana pakaian basah yang dikenakannya sudah menempel di seluruh permukaan tubuhnya," tulis Ade Anita, si ibu yang prihatin itu.


Montir-montir Cantik mulai ditayangkan pada Senin, 5 Mei 2003, pukul 21.00 WIB. Dibintangi artis-artis tenar seperti Sarah Azhari, Jeremy Thomas, Nadia Stephanie, di bawah arahan sutradara Yonki Souhoka, produksi Rapi Film.
Awal cerita sinetron ini bermula dari Susan (diperankan Sarah Azhari), gadis cantik, sensual, dan senang berpakaian seksi. Setelah ayahnya meninggal karena stres terlibat utang, kehidupan ekonomi Susan jadi berubah susah, maka Susan bersama teman-temannya yang cantik dan seksi mendirikan bengkel "Montir-montir Cantik".
Lama sebelum Montir-montir Cantik pada 1998-1999, beberapa sinetron yang menduduki peringkat atas justru mengundang kritik dari pemirsa. Sejumlah sinetron mengundang kritik lantaran tema-tema ceritanya yang berkutat pada masalah perselingkuhan, pamer kekayaan, menjual mimpi. Tema-tema seperti itu terlihat di sinetron Noktah Merah Perkawinan, Shangrila, Janjimu, Abad 21, Di Antara Dua Pilihan, Ketika Cinta Harus Memilih, Bukan Cinta Sesaat.
Sinetron komedi situasi Warkop Millenium pun tak jauh-jauh dari film-film yang biasa dibintangi kelompok Wakop ketika mereka masih utuh. Warkop Millenium kerap mempertontonkan wanita-wanita cantik dengan rok mini dan dada nyaris terbuka.
Sinetron Cowok-cowok Keren (2003) sempat pula menerima banyak kritik pedas dan menuai kontroversi. Ditayangkan RCTI, setiap Senin pukul 20.00, Cowok-cowok Keren menampilkan cerita yang berfokus pada petualangan seks sejumlah eksekutif muda Jakarta.
Episode-episode dalam Cowok-cowok Keren penuh dengan perempuan yang berlenggak-lenggok dengan pakaian minim dan menggoda. Bahkan, dalam salah satu episodenya, ada adegan pertandingan catur bersyarat: yang kehilangan buah catur harus melepaskan pakaian satu per satu. Kebetulan si perempuan tak jago main catur, sebelum pertandingan berakhir, ia sudah harus menanggalkan semua pakaiannya.

Di episode lain, misalnya, gara-gara putus dengan pacarnya, salah seorang pemeran pria di sinetron ini melampiaskan patah hatinya dengan cara mencari wanita lain sebanyak-banyaknya untuk diajak pesta seks.
Cowok-cowok Keren menuai protes keras dari Aliansi Masyarakat Anti Pornografi dan Pornoaksi pada Oktober 2003. Aliansi ini menuding sinetron itu terlalu mengeksploitasi seks ketimbang cerita. "Pada episode awal dialog-dialognya sangat vulgar, plus adegan syur dan cewek berpakaian seksi. Kemudian ditunjukkan bahwa mereka sedang pesta seks," kata Warsa kepada hukumonline.
Tayangan seperti Montir-montir Cantik dan Cowok-cowok Keren memang tak lagi muncul kecuali pada jam tayang malam. Mereka sudah digeser tayangan dengan sasaran para remaja. Tapi aromanya pun tak jauh beda, hanya disesuaikan untuk level ABG. Kegiatannya masih sama, seputar hubungan khusus perempuan dan laki-laki. Cuma pacarannya gaya anak remaja. Berebut kekasih pun jadi kisah yang kerap muncul. Kata pacar, cinta, cium pun menjadi pilihan judul sinetron. Sebut saja Ada Cinta di Lantai 9, Cinta Terbagi Lima.
Di atas pukul 22.00 ada tayangan Layar Tancap Malam Sabtu, Cucak Rowo, Nah Ini Dia, Jakarta Underground dan Desah Malam. Layar Tancap Malam Sabtu di Lativi menampilkan film-film bioskop produksi akhir 1980-an sampai awal 1990-an. Film-film itu selama ini dikonsumsi bioskop-bioskop "pinggiran" dan kini masuk ke ruang-ruang keluarga di rumah.

Afdal Makkuraga Putra, Koordinator Media Watch and Consumer Center, mengatakan, ia melihat ada kecenderungan masyarakat dan pemerintah Indonesia terlalu rikuh pada karya yang mengatasnamakan kebebasan berekpresi dan berkarya. "Padahal, kebebasan berekpresi tidak berarti bebas pula mengumbar aurat," katanya.

Ia memberi contoh tayangan sebuah stasiun televisi di atas pukul 22.00 yang berbau seks, kekerasan, dan mistik. "Ini kan namanya pembodohan," kata Raga. ngarto/utami

2 komentar