Ngomong-ngomong soal Poligami

Ngomong-ngomong Soal Poligami


Karya : Ade Anita


tentang-pernikahan.com - Tahun lalu, berita tentang Poligami pernah sangat naik daun (hehehe, dah jadi celeb baru). Ini gara-gara Puspo Wardoyo, seorang pengusaha sukses pemilik rumah makan ayam bakar Wong Solo, menggelar acara Poligami Award. Dengan penuh keyakinan, si pemilik hajat, Puspo Wardoyo, mengatakan bahwa acara ini berkenaan dengan maksud untuk menyebarkan virus Poligami di tengah masyarakat (duh, istilah yang digunakannya..*!?%£@!?.. ). Pertimbangannya adalah, jika terdapat 10 juta pengusaha kaya raya yang mengambil 4 wanita menjadi istrinya, maka itu artinya, bisa menyelamatkan 40 juta wanita Indonesia dari jurang kemiskinan, memberdayakan mereka secara lebih terhormat dan otomatis bisa mengurangi jumlah TKW yang harus dikirim ke luar negeri (Pikiran Rakyat, 2 agustus 2003).




DUAARRR?
Ada banyak sekali pihak yang langsung tampil saling berhadap-hadapan. Siapa lagi kalau bukan mereka yang kontra dan mereka yang pro. Masing-masing dengan argumen yang sama-sama mereka yakini kebenarannya (tentu saja menurut daya nalar atau interpretasi masing-masing). Yang Pro, tentu dari kalangan Muslim sendiri. Yang kontra, berasal dari kalangan muslim dan non muslim. Ada banyak alas an yang mereka kemukakan mengapa mereka sangat menentang poligami. Salah satunya adalah, karena kenyataan yang terjadi masyarakat, menurut survey mereka, terdapat 80% Poligami yang akhirnya melahirkan perilaku yang tidak berpihak pada wanita dan anak-anak. Seperti rumah tangga yang berantakan, anak-anak yang mengalami broken home dan juga tindakan menyia-nyiakan (bahkan katanya menzhalimi istri pertama). Jadi, sangat jauh dari tujuan mulia yang seharusnya ingin melindungi wanita dan anak-anak. Lebih dasyat lagi, ada segolongan mereka yang kontra dengan poligami akhirnya mengeluarkan ide untuk melarang poligami dan hal itu dimulai lewat pesantren-pesantren. Caranya, yaitu dengan mengeluarkan sebuah kajian ulang terhadap interpretasi penafsiran Al Quran yang khusus membahas tentang Wanita dan Perkawinan. Hasilnya? Kelompok ini sepakat untuk mengatakan bahwa Poligami sudah tidak relevan untuk diterapkan di masa sekarang ini. Poligami dianggap sebagai sebuah virus yang berbahaya bagi masyarakat dan karena itu harus dilawan dan ditentang. Mereka menamakan gerakan mereka sebagai gerakan Anti Poligami (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/23/swara/1211435.htm).

Beberapa hari belakangan ini, gaung Poligami kembali membahana di seantero media. Yang jadi gara-garanya, mungkin bisa ditunjuk karena kasus perceraian pasangan Dewi Yul dan Ray Sahetapi. Mba Dewi, tiba-tiba saja mengajukan hak gugat cerainya terhadap suami yang telah mendampinginnya selama 23 tahun, Ray Sahetapi, karena merasa tidak bisa mengikhlaskan bang Ray menikah lagi. Alias tidak bersedia dimadu dan menjalani kehidupan poligami. Akhirnya mereka bercerai. Dan?.
DUAARR!
Kembali gaung poligami terdengar dan jadi celebrities di banyak media massa. Coba lihat tayangan infotainment, tabloid, majalah, Koran, bahkan di antara email-email yang memenuhi milis-milis internet, selalu terselip sorotan yang membahas tentang siapa yang menjadi pelaku poligami dan siapa yang tidak setuju dengan ide ini. Yang disorot dalam hal ini tentu saja tokoh-tokoh yang pro dan kontra terhadap poligami di kalangan celebrities. Siapa lagi kalau bukan artis atau tokoh masyarakat. Misalnya, diberitakan bahwa baru-baru ini, Kiwil, kedua istrinya baru saja melahirkan di waktu yang hampir bersamaan. Mas Kiwil ini contoh dari artis yang sukses memadukan dua orang istri. Atau tentang istri Jelita dari Qaradhawy, yang dicarikan sendiri oleh istri pertamanya untuk dinikahkan dengan suaminya. Atau tentang Parto (pelawak Patrio) yang karena usahanya untuk berkelit dari kejaran wartawan yang ingin mengorek kisah poligaminya, terpaksa berurusan dengan polisi dan kini mendekam di penjara. Yang paling gres, tentu saja kisah tentang ketidak jelasan jumlah istri wakil presiden kita yang sekarang, Bapak Hamzah Haz. Bahkan, dalam VCD yang dipermasalahkan oleh Panwaslu sehubungan dengan ketidak-netralan POLRI dalam Pemilu Capres baru lalu, jumlah istri capres dari PPP ini dibicarakan juga agar membangkitkan sentimental kaum ibu agar tidak mencoblos capres dari PPP ini.

Di milis-milis yang saya ikuti, juga ramai dibicarakan tentang kasus poligami ini. Duhh? sampai lelah tangan saya ini untuk buka, baca, hapus email-email tersebut. Jika tidak dibuka tiga hari saja, langsung penuh. Semua orang, baik yang pro maupun yang kontra, merasa perlu untuk ikut berbicara tentang pandangannya terhadap Poligami. Ada banyak pernyataan yang lucu, yang serius, yang ?dalam? juga yang ?dangkal?, yang mendekati pernyataan ?ilmiah? (saking begitu serius analisa yang dia paparkan), juga pernyataan yang sangat nge-pop. Ini salah satu narasi yang diberikan oleh Asma Nadia dalam sebuah milis (isinya membuat saya tersenyum-senyum karena sangat nge-pop. Khas Asma Nadia yang memang sangat menguasai penulisan cerita untuk remaja).

?Ketika suatu hari saya duduk diantara suami dan teman-teman kuliahnya dulu, yang semuanya laki-laki, maka yang selalu tidak pernah luput disinggung adalah: poligami.
Ketika saya menghadiri acara mastera, menjadi kaum minoritas diantara Begitu banyak laki-laki, maka topik yang selalu menjadi gelak tawa, adalah poligami.
Ketika saya bersama para sastrawan dalam beberapa acara, dan menjadi satu-satunya perempuan di sarang 'penyamun':)maka topik yang menjadi bahan guyon paling segar dan sering, adalah poligami.
Barangkali mereka cuma bercanda, barangkali mereka serius, barangkali Itu luapan cita-cita. entah. Saya cuma sedih, membayangkan bagaimana seorang istri begitu mudah dilupakan, begitu mudah digantikan setelah semua jerih payah: mengandung, melahirkan, merawat anak dan suami, terperas masa muda dan kejelitaan.
Poligami memang ada dalam islam, itu tidak boleh dinafikkan. Suatu hari, saya bercerita kepada dua sahabat dekat saya,
- betapa cerdasnya suami saya, (dan karenanya sayang sekali jika hanya memberikan kecerdasan itu pada anak-anak yang sedikit)
-betapa supportivenya dia membangun istri untuk produktif dalam karya (dan karenanya merupakan kemubaziran jika hanya saya yang disupport untuk meraih eksistensi, sementara dia mampu mendorong banyak perempuan lain untuk berkarya)
-betapa luar biasanya dia sebagai ayah, the best father can be... betapa tidak, berapa banyak ayah yang sepulang dari bertugas dua bulan di Timor timur, pulang dan langsung bermain dengan energik bersama anak-anaknya.
Berapa ayah yang membawa pulang tukang ojek, hanya supaya anaknya berkesampatan naik ojek, lain waktu becak yang disewa, lain waktu andong...
Berapa banyak ayah yang sungguh2 memperhatikan dan sangat concern dan Mau terlibat aktif dalam semua urusan anak, sejak lahir. begitu melimpahnya kasih sayang suami kepada anak-anak... sehingga sangat sayang jika dia hanya memperoleh anak dari satu istri
- betapa hebatnya suami saya memanage waktu dan membuat setiap pertemuan dengan keluarga terasa optimal. sayang sekali jika dia hanya memiliki satu keluarga, dengan kemampuan manajemen diri dan waktu yang dia miliki.
-betapa luar biasanya suami saya, sebab dia lebih suka melihat istrinya berkarya ketimbang sibuk dengan segala masalah rumah tangga yang bisa dikerjakan oleh orang lain. Sehingga sungguh sangat sayang jika suami saya, yang memiliki pengertian tinggi, hanya memiliki satu istri.
Teman2 saya tersebut berdecak, dan kemudian bertanya, "apakah dengan demikian asma mengizinkan suami nanti nikah lagi?" Dengan simple dan tanpa ragu saya pun menjawab, "Siapa yang bilang akan mengizinkan? saya kan ... cuma menyayangkan..." Tetapi sikap saya tegas sejak awal, saya sudah berjanji tidak akan marah, jika suami saya jatuh cinta lagi, dan menikahi perempuan lain.
silakan... itu janji yang akan saya pegang teguh, insya allah. saya tidak akan marah. Saya hanya akan meminta izin, untuk tidak bersamanya lagi...(kata suami saya: sama juga bohong!:))

--asma nadia?
Hehehehe?. Entah tulisan ini serius atau hanya sekedar wacana fiktif yang lahir karena kepiawaian Asma Nadia merangkai kata seperti yang telah beberapa kali dia buktikan lewat buku-bukunya yang selalu laris manis.

Pro dan Kotra tentang Poligami tampaknya akan terus bergaung sampai kapanpun. Baik pro dan kontra yang terdengar di tengah masyarakat, maupun Pro dan Kontra yang diangkat oleh Media hingga menjadi pembicaraan di tengah masyarakat. Yang kontra tidak melulu dari kalangan wanita dan yang pro-pun tidak melulu dari kalangan pria. Gola gong, mengaku bahwa dia tidak berminat untuk menjalani kehidupan poligami karena penghargaannya pada Tias, istrinya, yang telah mendampinginya sekian tahun sebagai istri dan ibu anak-anaknya. Ade Armando juga demikian. Tapi ada juga kesadaran yang hadir di tengah beberapa kelompok muslimah bahwa perlu ada sebuah tindakan nyata untuk membantu sesama muslimah agar dapat menikah dengan muslim yang sudah ketahuan dan teruji akhlak dan ketakwaannya dengan cara berbagi suami.

Puncaknya adalah pada tanggal 26/8/2004, ketika TV 7 menyiarkan acara Duduk Perkara dengan tajuk, ?Poligami di Kalangan artis?. Moderatornya seperti biasa si Uni, dan yang hadir sebagai narasumber adalah Astri Ivo, Komar (pelawak) dan Bu Musdah (seorang yang mengaku sebagai seorang feminis muslimah).

Awalnya acara tersebut asyik-asyik saja. Yah namanya juga ngomongin sesuatu yang memang diyakini pasti akan menghadiri sebuah wacana yang tidak ada habisnya, Pro dan Kontra. Itu sebabnya judul acaranya ?Duduk Perkara?. Tapi, acara jadi bikin kening berkerut ketika Bu Musdah (yang notabene mengaku seorang feminis muslim, mulai berbicara.

Beliau, memulai pembicaraannya dengan menyetir ayat-ayat dari surat An Nisa, dengan pilihan kalimat yang cerdas, dan tuturan yang santun. Pokoknya enak deh kalau didengar cara penyampaian beliau ini. Hanya saja, ketika telinga ini mulai dipasang baik-baik, tertangkaplah pernyataan (yang menurut saya sedikit aneh, jika memang tidak boleh dikatakan bertentangan dengan ajaran Islam sendiri). Pertama bahwa beliau (dengan memakai kata ?kami?) menginginkan agar Indonesia, menerapkan penegakan syariat Islam seperti halnya negara Tunisia, yang juga menerapkan Syariat Islam, tapi dengan cara memasukkan wacana Poligami sebagai sesuatu yang haram untuk dilakukan. Alasannya ya itu tadi, karena kenyataan membuktikan ternyata poligami tidak lain hanya menciptakan kenyataan yang pahit bagi anak dan wanita.


Hmm.
Terus terang. Saya sering banget denger cerita tentang cepak terjang para feminis muslimah ini dalam usaha mereka untuk menginterpretasikan ulang semua penafsiran dari Al Quran dan Al Hadits. Dan memang kenyataannya, terlalu banyak oknum muslim (pinjam istilah pejabat yang selalu menyebut oknum untuk mereka yang diduga menyalah-gunakan seragam yang dikenakannya), yaitu mereka yang mengaku sebagai seorang muslim tapi kelakuannya sama sekali tidak mencerminkan Islam itu sendiri. Tapi, baru kali ini saya tonton dengan mata kepala sendiri, bagaimana serorang feminis muslim dengan semua kepandaian dan kecerdasan yang beliau miliki, dengan beraninya mengharamkan sesuatu yang telah nyata dihalalkan oleh Islam? Dengan semena-mena menginterpretasikan Al Quran dan Al Hadits. Ditonton oleh berjuta-juta pasang mata lagi di televisi. Dengan kepiawaiannya berbicara, bahkan Astri Ivo dan Komar, tampak tak berkutik di hadapannya (beberapa kali saya menyayangkan, kenapa milih Komar, bukan celeb lain yang lebih menguasai permasalahannya).

Uhh? Ini gara-gara ada banyak oknum yang menyalah-gunakan kesempatan yang diberikan Allah untuk berpoligami (kembali saya menyesali para oknum tersebut).
Jujur, ada banyak pelaku poligami yang sebenarnya memang belum pantas melakukan poligami. Anaknya jadi terbengkalai, istri tuanya jadi susah dan bahkan istri tua dan istri muda jadi berkelahi. Gara-gara para oknum ini, yang ketika melakukannya meng-atas namakan Islam (selalu alasannya, ?mengikuti sunnah Rasul?, padahal yang dimaksud adalah pingin nikah lagi.. karena buktinya sunnah Rasul yang lain, yang harus dilakukan untuk menyertai sebuah poligami yang sukses seperti asli Sunnah Rasul yang sebenarnya, tidak mereka jalankan), mereka-mereka ini yang pada akhirnya menghancurkan nama baik Islam sendiri. Kondisi ini semakin memberi ruang bagi musuh Islam karena mendapat angin kesempatan untuk semakin mendiskreditkan Islam.

Alhamdulillah, akhirnya, keesokkan harinya, di acara Midnight Show (pukul 23.00WIB, tgl 27/8/2004) di MetroTV, kembali ada sebuah talk show dengan tajuk, ?Poligami? (tuh kan bener lagi naik daun banget). Kali ini, pembicaranya memang mereka yang menguasai dan mereka yang sukses sebagai pelaku Poligami. Saya sendiri bukan yang pro juga bukan yang kontra. Saya seorang yang meyakini bahwa sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasullah SAW atas petunjuk dari Allah, adalah sesuatu yang sempurna sifatnya dan juga yakin bahwa Allah Maha Mengetahui segalanya. Dia tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan hamba_Nya.

Pada akhirnya, saya hanya berharap agar teman-teman kembali memperdalam pengetahuan agama Islam, baik dari Al Quran maupun Al Hadits. Kita harus yakin bahwa hukum dari Allah tidak pernah cacat dan Islam telah diberi jaminan langsung oleh Allah sebagai agama yang sempurna. Kalau ada yang belang-blentong dalam menjalankan Islam, yang bisa dipastikan adalah, itu karena kekurangan si pelaku, bukan ajaran Islam yang salah. Wallahu?alam (adeanita_26@yahoo.com.au)



Sumber : www.kafemuslimah.com


Komentar-komentar :

winda - kalimantan
Piligami!!!!!!!! Ogah ah!!!!!! Sempet terbersit pikiran semacam itu. Dan kita bener-bener sok idealis menentangnya. but seandainya kita benar-benar mengalaminya belum tentu kita akan menentangnya. Karena mengalami beda sekali dengan hanya sekedar membayangkannya saja.

akhwat - jakarta
Poligami adalah indah...

aLEyAnA - Riau
ketika poligami terjadi, pertanyaan 1 yang mungkin bakalan keluar adalah apakah seorang suami bisa adil terhadap istri-istrinya nanti. lalu bagaimana sebenarnya yang dikatakan adil itu sendiri dalam islam, sedang Rasul sendiri berpoligami itu dengan tujuan untuk menyelamatkan seorang muslimah ?

saiful - malang
shipz...lanjutkan keinginan anda,yangpenting damai Peace n Love

tylla subijantoro - Kabul-Aghanistan
Menangapi Kehalalan Poligami, Bukankan hal yang halal itu bis amenjadi Makruh Bahkan Halal kalau pelaksanaannya tidak benar ? Contoh : Menikah saja bisa menajdi wajib, Halal dan Haram ditinjau dari niat dan pelaksanaannya? Kalau ditemukan bahwa Poligami memang membaw alebih banyak Mudharat dan Manfaat, dan Pada kenyataannya sayarat2 yang diberikan Oleh Al-Qur'an tidak lagi secara relevan dapat dilaksanakan oleh Laki-Laki saat ini, saya rasa tidka menutup kemungkinan uintuk melarang Poligami dalam sistem hukum negara Indonesia. Toh Tidak wajib ini, dan tidka akan bertentangan secara frontal dengan aturan Islam.

Tidak ada komentar